Part 4

8.6K 555 16
                                    

Jangan lupa klik tombol bintang ☆ sebelum membaca  💖💙

❤ Happy Reading ❤

__oOo__

"Pak Ali mau ngapain?"tanya Prilly panik. Dan Ali tak menjawab.

Tatapan tajam Ali membuat Prilly bergidik ngeri. Apalagi pisau yang Ali mainkan ditangannya

"Kamu tanya saya mau apa dari kamu?"
Ali mendekati Prilly membuat gadis itu
semakin takut.

"Perlu kamu tahu! Harusnya kamu udah mati sejak pertama kita ketemu."

"Mam-.."Prily terdiam seketika
saat pisau yang Ali pegang diarahkan ke wajahnya.

Belum hilang bayangan kejadian kemarin kini gadis itu harus merasakannya lagi?

"Awsshhh.."Prily meringis karena
ujung pisau itu mengenai pipinya
hingga sedikit darah keluar.

"Apa salah aku sama pak Ali?Kenapa pak Ali ngincar aku dari awal."    

Prilly menangis, semua rasa takut bercampur marah ia keluarkan.
Kenapa hidupnya sudah tak tenang setelah bertemu Ali.

"Salah kamu.." Ali diam sejenak
menatap wajah Prily yang ketakutan.
Sungguh ada rasa aneh didada Ali .
Membuat seorang Devil seperti Ali yg tak pernah merasa kasihan pada korbannya. Kini mulai tak tega melihat air mata gadis itu.
.
.

"Argh!!"Ali berteriak frustasi,
menarik wajah Prilly kedekatnya.
Kemudian dengan lembut Ali mengecup luka yang ia gores serta sedikit menghisapnya.

"Ingat kamu akan jadi korban selanjutnya!" Ali  pergi dengen cepat
meninggalkan Prilly yg kini menangis
ketakutan.

Kenapa Ali begitu ingin membunuhnya? Kenapa harus dirinya?
Apa hanya menabrak tubuh Ali adalah
kesalahan?


__ oOo __

"Salah gue apa?"gadis dengan rambut
pirang itu berteriak ketakutan. Ia memundurkan tubuhnya namun sial dibelakangnya hanyalah tembok
keras.

"Salah Lo? Lo nanya salah lo Apa?"
Ali menatap marah padanya
dan dengan senyum miring, Ali mengambil sebuah balok didekat kakinya

"KARNA LO BERANI NYENTUH GUE!" Teriak Ali dengan marah dan dengan secepat kilat ia melempar balok pada kepala gadis malang itu. Hingga darah langsung mengucur dan gadis itu lunglai di depannya

"Hue benci di sentuh jalang! Dan lo itu
jalang! Inget J A L A N G"
Ali mendekati gadis itu kemudian
mengeluarkan gunting disakunya.

"ARGHH!!" gadis itu berteriak saat Ali memaksanya membuka mulut.
Kemudian dengan tanpa ampun Ali merobek mulut gadis itu dengan
guntingnya.

Ali terus merusak wajah gadis itu hingga terlihat hancur.
Dan nampaknya gadis itu sudah dijemput ajal semenjak tadi Ali merobek mulutnya.

"Lo jalang keseribu yg bernasib sama"
Ali tersenyum manis pada raga yg telah tak bernyawa itu.

Ali itu sangat benci di sentuh oleh wanita. Siapapun yg berani menyentuhnya akan bernasib sama seperti gadis ini.

"Selamat jalan!" Ali menuangkan minyak tanah ketubuh
gadis itu. Kemudian dengan santai ia menyalakan korek dan melemparnya ketubuh gadis malang itu.

Ali itu seperti terlalu candu akan darah,
baginya membunuh adalah keharusan.
Dan sifat ini sangat bertolak belakang dengan Ali 20 tahun lalu.

.
.
.

"Gue heran sama lo li!"
Ali melirik bagas dengan ujung matanya.

"Lo itu psikopat atau apa sih? Ngebunuh  orang aja kelakuannya.
Nama panggilan aja udah kayak kyai"

Ali tertawa mendengarnya,.sebenarnya ia di panggil Ali juga agar jika ada yg curiga padanya maka akan berpikir dua kali.

Mana ada pembunuh dengan nama sebagus itu.

"Lo ngoleksi beginian li? Ck mending lo
ngoleksi majalah dewasa deh"
ujar bagas menatap jijik pada setoples
yang ia yakini jari jari dari beberapa
korbannya
.
"Kenapa? Lo mau? Di kamar itu ada dua toples mata! Lo mau ngambil silahkan."
Bagas hanya mendelik mendengar ucapan Ali.

Mungkin jika orang awam masuk ke
apartement Ali , pasti akan muntah atau mungkin pingsan. Tapi sialnya kenapa polisi tidak pernah curiga pada Ali. Ingin rasanya bagas melaporkan Ali . Tapi Bagas yakin sebelum dia sampai pada kantor polisi,. ia sudah terlebih dulu sampai pada ajal. Lagipula Ali adalah sahabatnya mana tega dia menjebloskannya ke Penjara.

"Anak SMA kemarin itu siapa?" Bagas
bertanya membuat wajah Ali berubah drastis.

"Korban selanjutnya"
.
"Lo yakin? Kok gue nggak ya Li.
Kalau emang korban kenapa lo gak bunuh dari kemarin"

"Karna nunggu waktu yg tepat"

"Perasaan setiap lo ngebuh gak mikir waktu tuh." Ali terdiam saat Bagas memojokkannya.

"Lo suka ya?"Tuding Bagas hingga Ali menatapnya tajam.

"Ye selow aja tuh mata kali! Pantas aja
kemarin dia takut sampe nangis lo nya aja serem kek gini"

Ali mendengus mendengar komentar Bagas.

"Anjir sakit bego! Suka banget ya lempar pisau."
Bagas memegang bahunya yang terkena lemparan pisau dari Ali. Hingga baju yang Bagas pakai sobek
kemudian kulitnya sedikit terluka.

"Makanya jangan ngebacot"

"Sebenarnya kesini gue mau nanya sesuatu"

"Apa?" Ali memposisikan dirinya menghadap Bagas. Hingga Bagas sedikit ngeri melihat tatapan Ali.
Mungkin setiap orang akan merasakan hal yang sama seperti Bagas.

"Tadi malem lo bawa Angel kemana?"

"Angel siapa?"

"Cewek yang rambutnya pirang"

"Oh dia! Udah mati"

"Oh Shit! Dia sepupu gue Li"
Bagas mengusap wajahnya kasar
padahal angel di titipkan kepadanya.
Ya walaupun bagas ingin berterima kasih,.setidaknya wanita menjengkelkan itu sudah musnah.

Tapi bagaimana bagas menjawab
pertanyaan orang tuanya?

"Terus jasadnya?"

"Gue bakar!"

Oke Bagas menyerah, mungkin beberapa bulan ini ia harus pergi
dari negara ini.
.
.
.

TBC.

Black Devil ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang