Part 3

9.1K 544 9
                                    


oOo

Ali tau ada yg beda dalam tatapannya
dan Ali mulai menyadari ada perasaan aneh disana. Tapi rasa benci yg ia tahan sejak dulu selalu membuatnya yakin akan tujuannya.

"Pak Ali! Lepasin."
Prily masih terus menangis takut akan setiap gerak pria didepannya.

Ali menggeleng dengan tatapan tajamnya dan sungguh itu membuat prily semakin takut.

"Aku janji gak akan kabur lagi dari pak Ali!"

"Janji kamu bisa di pegang?"bisik Ali dengan pisau yg ia mainkan ditangannya.

"i- iya iya"
Ali menarik nafas berat menatap
pergelangan tangan Prily yang terikat kuat pada kursi kayu.
Setelah itu ia menyeringai kemudian
melepas tali di tangan kiri Prily.

"Pak Ali mau ngapain?"teriak Prily panik saat Ali mengeluskan pisaunya di tangan Prily.

"Pak Ali jangan"

"ARGH!" Prily menjerit tertahan
saat dengan santai Ali menggoreskan
pisaunya. Sobekan itu jelas Prily lihat
dan itu semua dibuat oleh Ali.

Prily tau dia itu hanya gadis biasa saja
tapi kenapa kesialan selalu menimpanya. Rasanya perih ketika Ali terus menggores lengannya.
darah terus mengucur tanpa bisa ditahan.

"Tanda kepemilikan"ujar Ali kemudian
mengecup luka yg ia buat
dengan goresan namannya 'ALI'

"Pak Ali sakit"ucap Prily lemah
semuanya mulai gelap dan ia tak tau apa yg akan terjadi selanjutnya.

oOo

"Lo tau? Lo hampir ngebunuh dia?"

"kenapa bisa?"

"Urat nadinya hampir putus
gara gara lo ngukir hal gak jelas"

"Shit!" Ali mengumpat kesal
akan tindakannya yg membuat Prily tak sadarkan diri. Percaya atau tidak Ali sempat begitu panik saat Prily memejamkan matanya.
Dan Ali tau rasa khawatirnya adalah hal yang salah.

"Tuh dia bangun"
Ali menoleh dengan cepat ketika Bagas
berucap.Bagas itu sudah seperti saudara bagi Ali,.apapun masalahnya orang pertama yg ia kabari pasti dia.
.
.

"Hay nona cantik"seru Bagas

"Diam gas!"sahut Ali tak suka,
Ali merasa aneh akan dirinya
kenapa ia begitu memikirkan gadis ini.

Ya Ali sadar ia salah harusnya ia melakukan semuanya, membunuh gadis ini sejak awal.

"Lukanya sudah diperban jadi tenang saja cantik." Ucap Bagas
saat melihat Prily mengelus lengannya.

"Pak Ali?"nafas Prily tercekat ketika
menyadari keberadaan Ali. Ia memudurkan tubuhnya berusaha
menjauh dari A.li

"Ayo pulang"

"Argh! Pak Ali sakit" Prily berteriak
saat Ali menarik tangannya yg terluka secara kasar.

"Pak Ali sakit"

"Pak Ali aku bisa jalan sendiri"

"Pak Ali ini sakit banget" Prily terus berteriak akan seretan kasar dari Ali.

"DIAM PRILY"bentak Ali dengan nafas
memburu

Cukup sudah! Ali tidak ingin jatuh terlalu dalam pada gadis ini.
Ali hanya akan melakukan tujuan awalnya.

oOo

"Non Prily kenapa?"

"Ak-"

"Jatuh!"sahut Ali saat pembatu Prily bertanya dengan panik.

"Terus pak tono mana non?"

"Pak tono? Eum.."Prily bingung harus
menjawab apa. Tak mungkin ia berkata jujur,bisa jadi ia dan bi irah tewas sekarang juga.

"Dia mati"jawab Ali membuat Prily
menggeleng cepat

"Non? Yang bener?"

"Kelindes truk dan tubuhnya hancur"ucap Ali
kemudian menyerahkan kunci mobil milik Prily pada wanita paruh baya itu.

"Innalillahi" bi Irah menangis hingga Prily merasakan bersalah.

.
.

Di Kamar, Prily terus menangis mengingat kejadian tragis didepan matanya. Harusnya Prily menolong supirnya itu bukan menyaksikan layaknya orang bodoh.

Prily takut sekarang! Ia benar benar takut akan keberadaan Ali.
Prily tak tau apa yang Ali inginkan darinya. Tapi yg jelas dia benar benar mengawasi keberadaan Prily.

"Kamu gak sekolah sayang?"mama Prily masuk hingga gadis itu segera menghapus air matanya.

"Kamu kenapa? Cerita sama mama"

"Enggak ma Prily gak papa"

"Kamu yakin?"

"Iya Prily cuma agak demam aja! Jadi Prily gak sekolah dulu ya?"

"Yaudah! Tapi kecelekaan yg kemarin itu gimana bisa?"tanya mama Prily penasaran

Prily terdiam sesaat dan menatap mamanya. Cukup sudah dia tidak ingin berbohong lagi

"Ma hidup pril.."

"Permisi non! Ini temen non Prily mau
ngejenguk"
Prily menggeleng dengan wajah pucat.
Kenapa harus ada Ali?
Kenapa hidupnya sekarang tidak bisa
tenang. Prily takut demi apapun Prily takut.

"Yaudah mama keluar ya? Kalian ngobrol aja." Ujar mama Prily
kemudian mengelus pipi anaknya.
Ingin rasanya Prily menahan mamanya. Prily ingin berkata jika ia takut, tapi bibirnya kelu untuk mengatakannya.

"Pak Ali ?"prily menarik nafas panjang.

"Pak Ali maafin aku! Aku mohon udahin semuanya. Sebenernya pak Ali mau apa?"akhirnya kata yang ingin Prilly  ucapkan keluar juga.

"Kenapa nanya gitu?"tanya Ali tak suka
terlihat dari tatapannya yang menajam.

"Pak Ali cukup! Aku takut! Pak Ali pikir diawasi setiap detik itu enak?
Selalu takut akan kematian setiap detiknya itu enak?" Prilly  menangis
lelah akan jalur hidunya yg baru.
Masa bodo jika Ali akan membunuhnya sekarang Prilly pasrah.

Ali tak menjawab ia menatap Prilly marah. Merogoh sakunya dan mengularkan pisau kesayanganya.

Ali juga lelah berbohong dan berpura pura baik. Apalagi melihat wanita yg tadi itu sungguh membuat amarah Ali memuncak.

Baik Ali akan mengahiri semuanya.
mengahirinya sekarang juga. Seperti yang gadis ini inginkan.
.
.
,
TBC

Black Devil ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang