Part 6

7.9K 545 24
                                    


Jangan lupa klik tombol bintang ☆ sebelum membaca  💖💙

Happy Reading ~

              
               __oOo__


"Pak Ali, aku minta maaf kalo aku ada salah. Tapi tolong jangan lakuin ini." mohon Prilly dengan ketakutan.

Ali menggeleng menatap Prilly.
Sungguh baru kali ini Ali merasa tak tega pada korbannya, dan Ali sadar alasan dari semua itu.

"Pak Ali jangan!"
Prilly terus mencoba mundur dan Ali terus mengikutinya.

Rasanya ruang ini begitu sesak dan panas membuat Prilly benar benar ketakutan.

"Ucapkan permintaan terakhir Prilly?"tanya Ali dengan senyum mematikannya.

"Jangan,, please lepasin Aku Pak Ali!"

"Tapi ini saatnya"tutur Ali lembut
ia menghampiri Prilly mengelus wajah gadis itu dengan pisaunya.

Hingga Prilly hanya mampu diam dan menahan nafasnya.
Sedikit saja dia bergerak bukan tak mungkin pisau itu akan menggores wajahnya.

"Ayo ucapkan sesuatu?"
Ali memundurkan pisaunya hingga berada di tengah tengah dagu
mereka.

Dan Prilly bernafas lega akan hal itu.
.
.

"Pak Ali udah! Aku minta maaf
karna udah nabrak pak Ali waktu itu. Aku beneran nggak sengaja."
Prilly menangis ia takut dengan Ali sejak pertama bertemu.

" Aku maafin kamu soal itu"jawab Ali lembut namun masih memainkan pisaunya.

"Lepasin aku pak! Aku yakin mama aku pasti khawatir sekarang"

MAMA? Kata biadab yg membuat rahang Ali mengeras. Sejak kapan ada kata mama? Bahkan Ali tidak pernah merasakan itu.

Ali sendiri dan hanya bersama Aldo,
tapi wanita yg Prilly sebut mama
sudah menghancurkan semuanya.

Dengan amarah memuncak Ali mendekatkan pisau itu pada leher Prilly.

"Pak Ali jangan!"

"ARGH!!"

Nafas Prilly tercekat sesaat. Dia membulatkan matanya dan seketika Prilly meneteskan air matanya.
Sumpah tadi Prilly hanya melawan
bukan berniat melukai Ali.

Tapi lihat sekarang! Dagu Ali hingga bawahnya robek dan darah segar mengucur dari sana.

Sobekan di dagu Ali sangat jelas
terlalu jelas bahkan! Hingga terlihat daging merah didalamnya.

"Pak Ali! Aku,,Aku,, gak sengaja tadi-"

"Ssshhh! Ambil handphone dilaci" Ujar Ali sambil berusaha menahan darah yg terus keluar.

"AMBIL HP DI LACI!"teriak Ali karna Prilly tak kunjung bergerak,
membuat gadis itu langsung berlari.
Prilly menangis! Dia merasa bersalah
luka itu karna dirinya.

***

"Awsstt.."
Ali sedikit meringis saat Kevin menjahit dagunya.
Rasanya begitu perih saat Kevin menyatukan kulitnya yg terpisah.

Dokter macam apa Kevin ini? Apa dia tidak punya obat pembius.

"Sakit vin! lo jadi dokter nggak guna tau gak!"hardik Ali kesal.

"Bisa diem? Ini hampir selesai"

"Lo pikir gak sakit di jahit tanpa obat bius Hah?"

Kevin hanya mendengus menatap sahabat anehnya ini.
Hoby membunuh tapi paling cerewet jika dirinya sendiri terluka.

"Lo pikir juga gak sakit setiap luka yg lo
goresin ke korban lo?
Giliran diri sendiri luka? Ngomel"

Ali diam! Ia merasa terpojokkan sekarang.

"Gue pergi! Kalo masih sakit datangin gue!" kevin membereskan semua peralatan dokternya sambil  menatap Ali dengan kesal.

Bahkan Kevin rela meninggalkan pasiennya yang sekarat hanya karna telfon dari Ali barusan.

Dan Kevin yakin pasienya pasti sudah
menjemput ajal sekarang.

"Gue pergi!"ujar Kevin malas

"Gih pergi! Gak guna juga lo jadi dokter
mending jadi cabe cabean! Lebih
cocok." Jawab Ali kesal.

Namun Kevin tak menjawab,
jika terus ia jawab maka bisa saja mereka bertengkar sekarang.

"Pak Ali aku minta maaf"
Ali menatap Prilly yang masih berdiri di pojokan. Tangan gadis itu tampak bergetar karna takut.

Ali heran! Kenapa gadis ini tidak kabur saja?
Bukannya tadi itu kesempatan untuknya?
DASAR GADIS BODOH

"Ngapain disitu?"tanya Ali dengan wajah datar.

"Aku minta maaf karna luka itu"

"Pergi!" Usir Ali namun Prilly hanya
menggeleng.

"Luka itu karna aku! Dan aku harus
tanggung jawab"

"Kamu mau aku bunuh kamu sekarang?"

Prilly menggigit bibirnya ketakutan.
Kenapa selalu soal membunuh yang Ali
bicarakan. Apa tak bisa soal matematika yangg Prilly suka
atau soal biologi saja yg Ali bicarakan.

"Pergi Prilly!" Ucap Ali penuh penekanan

" Aku harus tanggung jawab"

Ali tak habis pikir dengan otak gadis ini. Siapapun yg berada dalam kondisi Prilly pasti sudah memilih kabur dan gadis lugu ini malah menangis.
Karena kesalahan yang sebenarnya bukan karenanya.

"Lalu kamu mau apa?"tanya Ali pasrah
dan Prilly nampak terdiam sesaat.

"Aku bakal rawat pak Ali sampai sembuh! Aku janji" Ujar gadis itu
dengan menjentikkan jari kelingkingnya. Sungguh gadis yang sangat lugu.
.
.
.
.
.

"Pak Ali ini pisaunya di jauhin ya?"
Prilly menggeser pisau yang berada di nakas lalu ia gantikan dengan bubur yg ia buat beberapa menit yg lalu.

"Siapa kamu? Berani merintah!"
ujar Ali datar hingga Prilly menelan ludahnya susah payah.

"Maaf!"

Gadis ini? Kenapa mempunyai sifat yang sangat berbeda dengan Ali.

Tidak tegaan dan slalu merasa bersalah.

"Kamu nggak pulang? ini udah malem"
tanya Ali yg melihat Prilly mengipasi bubur dengan sebuah buku.

"Aku nginep disini ya? Aku takut kalo pulang sendirian"

"Kalau nanti aku bunuh kamu gimana?" Tanya Ali hingga Prilly diam.

"Aku nemu gunting dilaci
ini buat jaga jaga aja! Kalo pak Ali macem macem"

"Ck!"

Gadis ini terlalu lugu atau memang tidak takut pada Ali?
Ini sama saja dengan bernaung di rumah harimau yang kapanpun siap memangsanya.



.
.
.
.



TBC.

Black Devil ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang