Part 26

6K 502 60
                                    

Jangan lupa klik tombol bintang ☆ sebelum membaca  💖💙

Happy Reading ~

*
*
*

Ali terus menatap Prilly yang menangis histeris, rasanya begitu sesak melihat air mata yang jatuh dari mata Prilly
apalagi itu karnanya.

Ali ingin memeluknya, tapi bayangan tentang Melia yang menghancurkan hidupnya membuat Ali urung melakukan itu.

"Kalo sampe kak Ali sakitin mama! Aku bakal balas lebih dari itu." Ancam Prilly
membuat Ali tersenyum miring.

"Aku tunggu," balas Ali seraya mengelus pipi Prilly lembut lantas ia mengecup pelan kedua pipi itu.

Prilly tertegun sesaat melihat senyum Ali. Senyum yang dulu pernah membuatnya bahagia.
Tapi sekarang Ali benar benar berubah
dan Prilly sangat membencinya.

"Aku benci kak Ali lebih dari apapun," Pekik Prilly dengan tangis yang kembali pecah.

Membayangkan bagaimana selama Ali membunuh korbannya membuat Prilly takut jika itu benar terjadi pada Melia.

"Kamu cantik," Gumam Ali pelan
lantas melangkahkan kakinya
meninggalkan Prilly yang membeku dengan derai air mata.

***

Bau anyir darah begitu menyengat
dan beberapa potong tubuh berceceran
layaknya sampah yang tak berguna.

Marco terkekeh pelan melihat wajah terkejut Ali manakala pria itu ke markasnya dan melihat Melia duduk terikat dengan mulut tersumpal kain hitam.

"Lihat Li? Segampang ini bawa dia"ujar
Marco mengejek membuat rahang Ali mengeras.

Ada banyak alasan mengapa Ali tak secepat itu membunuh Melia dan Marco tidak perlu tau alasan itu.

"Gue bilang gue yang akan bunuh dia!" ujar Ali mengeram menahan amarah yang memuncak.

Marco tertawa hambar seraya menenggak botol wine ditangannya.
Ia mendekati Melia lantas melepas
penyumpal mulut wanita itu.

"Karna gue baik! Gue izinin lo bunuh
dia," ujar Marco hingga mata Melia membulat seketika.

"Ali jangan nak!" pekik Melia
namun Ali hanya menatapnya datar.

"Gue yang akan bunuh dia," ujar Ali lagi yang dibalas anggukan ringan oleh Marco.

"Silahkan!"

Marco menjauh lantas keluar dari ruang mutilasi membiarkan ali berdua bersama Melia.

Mata tajam Ali terus menatap Melia
ada rasa takut dibalik mata Ali
entah takut karna apa? Ali tak mengerti.

"Ali mama minta maaf," ujar Melia terisak

"Maaf anda gak bikin adik saya hidup lagi."

"Ali mama tau mama salah! Tapi tolong
maafin mama kasian Prilly Li kalo dia kehilangan mama."

"Anda juga gak mikir rasanya saya
kehilangan mama saya."

Ali mengeluarkan pisau lipat dari saku
celananya lantas senyum kecut ia tampilkan.

"Ali!"

"Anda tau seberapa bencinya saya pada
anda?
Anda adalah alasan kenapa hidup saya
hancur." Gumam Ali seraya mendekati Melia membuat wanita paruh baya itu ketakutan.

"Ali pikirin Prilly li! Kasian dia,"

"Li mama tau mama salah! Tapi kasain Prilly li,"

"Ali Prilly masih butuh mama."

"JANGAN PERNAH BAWA NAMA ANAK ANDA! SAYA TIDAK AKAN LULUH." Pekik Ali marah saat Melia terus mengoceh tak jelas.

"Ali mama minta maaf"ucap Melia terisak namun Ali malah tersenyum melihatnya.

"Dulu Aldo juga menangis! Tapi anda tetap memukul dia,"

"Ali mama minta maaf,"

"Saya benci anda!"

"Prilly sayang sama kamu li! Kalo dia tau kamu bunuh mama dia pasti akan benci sama kamu." Ujar Melia
membuat Ali terdiam sesaat.

Kenapa harus Prilly yang menjadi kelemahan Ali?
Kenapa Ali begitu menyayangi gadis itu?
Hidup Ali hancur lalu untuk apa memikirkan orang lain sedangkan orang lain selalu mengabaikan Ali.

"Ali mama minta maaf nak!"

"Devano? Kamu yang urus dia." Panggil Ali pada Devano lantas Ali sendiri keluar dari ruangan itu.

"Gue bunuh ya?" tanya Devano
yang tak digubris oleh Ali.

.
.
.

"Jadi kemarin pas Ali ngelempar botol kejidat lo! Lo nangis Gas?"

"Apasih lo Bas? Ngarang"

"Parah lo Gas! Kek cewek aja baperan"

"lo tuh kali!"

"Pake rok ajalah Gas! Malu punya burung tapi cengeng."

"Ngebacot lagi gue bunuh lo Bas!"

Ali, Rey dan Kevin tertawa melihat
perdebatan Bastian dan Bagas
sedari tadi. Mereka kalau bertemu selalu memperdebatkan hal tak penting dan saling mengejek.

"Terus mama tiri lo sekarang gimana
li?"tanya Rey tiba tiba membuat suasana sepi seketika.

"Gak tau! Mati kali! gue serahin sama
Devano tadi." Ujar Ali santai lantas menyandarkan tubuhnya pada
sandaran sofa.

Brakk

Pintu terbuka secara kasar lantas disana berdiri Prilly dengan mata memerah bekas menangis.

"KAK ALI JAHAT! AKU BENCI KAK ALI." Pekik Prilly membuat semuanya terdiam.

"Mama mana? Aku pengen ketemu mama"

"Kak Ali jawab! mama mana?"

Prilly menangis histeris didepan semuanya, persetan dengan rasa malu
yang sekarang Prilly takutkan mamanya kenapa napa.

"KAK ALI!!"

Ali mendekat dengan tatapan datar
berbeda dengan tatapannya selama ini.
Ada rasa sesak setiap melihat tangis Prilly. Rasa bersalah seketika muncul dibenak Ali.

"Kak Ali jawab!"pekik Prilly lagi
namun tak membuat Ali bersuara.

Pria itu berdiri tepat dihadapan Prilly
menatap gadis itu secara intens.
Lantas dengan kasar Ali menghapus air
matanya.

"Kalo saya bilang dia udah mati! Kamu akan balas saya?"ujar Ali dingin
membuat Prilly diam seketika.
Bahkan kosa kata Ali sudah berubah pada Prilly.

"Mama mana?"tanya Prilly lagi mengabaikan ucapan Ali barusan.

Tbc

Black Devil ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang