Part 28

6.8K 543 45
                                    

Jangan lupa klik tombol bintang ☆ sebelum membaca  💖💙

Happy Reading ~

*
*
*

Prilly menyengir dengan tangan menopang dagunya. Sesekali gadis itu memainkan garpu yang disediakan di meja Restaurant.

"Kenapa?"tanya Ali karna sudah jengah melihat Prilly seperti itu.

"Aku mau ngomong jujur tapi kak Ali jangan marah ya?"

"Iya."

Prilly memundurkan kursinya agar sedikit menjauh dari hadapan Ali, lantas setelah itu ia kembali tersenyum.

"Aduh gak jadi deh aku malu."

"Pril!"

"Eum.. Itu Soal pistol kemarin."

Ali megakkan duduknya seraya menatap Prilly dengan intens yang nampak begitu takut menceritakan.

"Kenapa?"

"Sebenarnya itu gak ada pelurunya
aku nemu di lemari papa! itu aja gagangnya udah patah jadi aku lem pake lem korea," jelas Prilly dengan lirikan takut takut pada Ali.

Ali menyandarkan tubuhnya pada kursi seraya mengusap rambutnya dengan kasar.

Sialan! Ali di tipu gadis polos didepannya. Padahal kemarin jantung Ali lumayan berdisco.

"Kak Ali?" panggil Prilly saat Ali hanya diam dengan mencengkram pack tissue yang barada diatas meja.

"Kak Ali marah ya?"

Ali tersenyum hingga matanya menyipit lantas setelah itu ia memperbaiki tissue yang ia kusutkan.

"Terus kenapa kemarin gemetar? Kayak ketakutan lagi," ujar Ali lumayan kesal.

"Iya emang ketakutan! Takut kak Ali tau kalo itu bohong. Untung mama keburu keluar, coba kalo enggak? Pasti kak Ali sama yang lain ketawa sambil guling guling." balas Prilly dengan tatapan polosnya.

Ali yang melihat ekpresi itu hanya bisa
terkekeh, rasa kesal seketika hilang begitu saja.

"Oh? iya terima kasih."ucap Ali
saat seorang pelayan mengantarkan
pesanan mereka.

"Jadi gak marah kan?"

"Gak,"

"Hehe."

"PRILLY!" pekikan seorang pria membuat Prilly menoleh ke arah suara.

"Hey Faiz."

"Lagi apa disini? Eh kok sama pak Ali?"

Faiz pria yang tadi memanggil Prilly
menarik kursi lantas duduk didekat Prilly. Sementara Ali wajahnya berubah datar seketika.

"Lagi mau makan."

"Oh."

"Kamu sendiri?" tanya Prilly.

"Abis ngumpul sama temen."

"Ehem," deheman dari Ali
membuat kedua manusia yang tadi sibuk mengobrol menoleh.

"Kenapa?"tanya Prilly yang dibalas senyuman manis oleh Ali.

"Mau saya kasih tau sesuatu gak Iz?" tanya Ali pada Faiz.

Faiz menatap bingung pada Ali dan
ia mengangguk tak yakin.

"Pertama saya benci diganggu kalo saya lagi sama orang spesial," ujar Ali
membuat Faiz mulai sadar sesuatu.

"Kedua.. Saya kalo lagi marah suka pengen bunuh orang kayak gini." ujar Ali lagi seraya mencincang daging dipiringnya dengan kuat.

Faiz menelan ludah susah payah
saat mengerti maksud dari Ali.
Sementara Prilly malah diam diam terkikik geli.

"Dan yang paling perlu kamu tau
saya lagi ngerasain dua hal itu," kata Ali  dengan senyum yang tak pernah lepas. Bukan senyum yang menawan tapi senyum yang mengerikan.

Faiz tau ancaman itu untuknya,
walau Ali tersenyum semanis apapun
tetap saja pesona iblis pria itu lebih
dominan.

"Pril aku duluan ya? Aku lagi sibuk
soalnya," ujar Faiz seraya berdiri lantas berjalan cepat meninggalkan Ali dan Prilly.

"Gak Mau Makan Dulu Iz?"pekik Ali

"Gak usah pak," balas Faiz dengan senyum takut.

"Saya yang traktir Iz."

"Gak usah pak makasih!"

Faiz menghilang dari pandangan
membuat Ali tersenyum miring.

Baru diancam begitu sudah kalang kabut, bagaimana jika Ali melakukan aksinya sungguhan.

"Kenapa?"tanya Ali saat Prilly masih terkikik.

"Gak papa."

***

"Bastian kenapa?" tanya Ali saat ia sudah memasuki apartement milik
Rey.

"Gak papa cuma hampir mampus aja." Sahut Rey ketus.

"Kenapa bisa?"

Bagas menatap Ali yang nampak panik
melihat luka disekujur tubuh Bastian
apalagi sobekan di pipinya yang masih Kevin jahit.

"Lo kalo masih ada masalah sama Marco bilang. Lihat? Temen sendiri jadi korban." Ujar Bagas marah.

Ali terdiam mendengar ucapan Bagas.
Ah sialan! Pria keparat itu belum sempat Ali pikirkan.

"Bastian hampir mati karna anak buah
Marco. Untungnya Bagas dateng tepat waktu." ujar Kevin dengan tenang.

Diantara semua teman Ali! Hanya Kevin yang bisa bersikap tenang,
yang selalu bisa mendamaikan suasana.

"Gue lupa!"

"Cari masalah terus,"dengus Rey.

"Iya sorry."

Bastian mendongak saat Kevin telah selesai melakukan pekerjaanya,
Lantas ia melambaikan tangannya pada Ali.

Hingga mata Ali membulat saat melihat jari tengah dan telunjuk Bastian putus dari tangannya.

"Udah jangan berantem! Gue seneng kali kayak gini. Lihat deh! Jari gue tinggal delapan." Ucap Bastian
terkekeh.

Ali mengehela nafas jengah melihat wajah tengil Bastian.
Ali tau sejak kecil Bastian hidup dengan kekerasan hingga luka begitu baginya sebuah kesenangan.

"Ali lo di incar sama Marco." Ucap Bastian pada Ali.

"Gue tau! Dia begitu karna gue gak ngebunuh Melia."

"Gimana sekarang?" Tanya Rey
setelah rasa kesalnya mulai hilang.

"Kalian gak usah ikut campur! Ini masalah gue," Sahut Ali.

Keempat pria didepan Ali menggeleng cepat. Marco itu mafia dan membunuh itu pekerjaannya. Dan anak buahnya banyak.
Walaupun mereka tau Ali pembunuh yang handal tapi jika satu dilawan seribu tetap saja akan kalah.

"Gak bisa gitu! Kita harus kerja sama," Ujar Bagas.

"Ini masalah gue Gas! Gue gak mau libatin kalian semua yang mengakibatkan nanti kalian kenapa napa."

"Kalo lo mati?"

"Ya gak nafas."



TBC.

Don't forget like and coment. Biar Aku semangat share part berikutnya. Btw ini 1 part lagi bakalan tamat ya. 😇

Jangan lupa juga baca story aku yang lain. 😊💖💙

Black Devil ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang