Part 29 Ending

8K 578 90
                                    

Jangan lupa klik tombol bintang ☆ sebelum membaca  💖💙

Happy Reading ~

*
*
*

"Kita tau Loe bisa aja ngebunuh Marco
tapi disini dia punya anak buah,
lo bisa aja mati dengan gampang." kata Kevin. Wajah yang biasanya tenang kini merambat mulai panik.

Ali menghela nafa panjang berusaha meyakinkan mereka lewat tatapan
lelahnya.

"Ini masalah gue! Gue gak mau kalian ikut dalam masalah ini." balas Ali.

"Tapi dengan ngelawan Marco sendirian lo bisa mati Li." ucap Bagas mulai kesal.

"Kalo gue mati! Ya tubuh gue mungkin udah jadi beberapa bagian." balas Ali  dengan santai.

"Halah! Baru luka dikit aja lo udah
teriak." Cibir Bastian membuat Ali menatapnya tajam.

"Gue gak semenyedihkan itu ya Bas."

"Udah jangan keras kepala! Mau loe
dimasukin ke penjara sama Rey?" ujar
Bastian seraya melirik Rey yang sedari tadi diam.

Inilah yang tak banyak orang tau dari persahabatan aneh mereka.

Ali si psykopath dengan tangan lihainya bermain pisau.
Bastian si pengedar narkoba dengan akting tengilnya.
Bagas pemilik club ternama.
Kevin dengan predikat dokternya.
Dan Rey si anggota polisi.

Sebenarnya bisa saja Rey menangkap Ali dan Bastian.
Atau Kevin yang menyuntik mati mereka.

Tapi mungkin karna terlalu lama bersama dan persahabatan mereka yang terlalu kuat membuat
mereka hanya bisa saling melindungi
walau kadang terlihat tak perduli.

"Gue gak akan kenapa napa!" ucap Ali yakin.

"Terserah."

*
*
*

Bau anyir darah serta potongan potongan tubuh berceceran
seakan itu adalah hal tak berharga.

Ali dulu menyukai bau itu, bau kepuasan atas amarah yang
terlampiasakan. Tapi sekarang dia ingin menjauhinya.

"Marco mana?" Tanya Ali pada Devano
yang tengah fokus menguliti tubuh tak
bernyawa.

Darah segar terciprat kewajah Ali saat Devano melempar sepotong tangan kearah sampingnya.

"Di loteng! Lagi sama jalangnya." sahut
Devano dingin.

Ali mengangguk mengerti lantas berlalu pergi dari ruang mutilasi
menuju tempat yang Devano katakan.

Setelah sampai Ali langsung menghela nafas jengah manakala melihat Marco yang nampak lelah dengan bertelanjang dada serta wanita yang
ada dalam pelukannya.

Syutt

Satu lemparan pisau dari Ali tepat mengenai bahu Marco hingga darah segar langsung mengucur.

"BANGSAT!" umpat Marco.

"Berani juga lo kesini penghianat!" Ujar
Marco dengan senyum miring.

Ali menyandarkan tubuhnya pada tembok menatap Marco yang mencabut pisau itu dengan ringisan.

"Kenapa gue harus takut?"

Syutt

Kembali satu pisau Ali lempar
dan kali ini tepat mengenai kuping Marco hingga darah langsung mengucur dan telinga itu hampir putus.

"Lo cari mati Li!"

Syutt

Kembali Ali melempar Marco pisau
namun kali ini pria itu menghindar.
Hingga pisau itu hanya menancap pada
sebuah kardus.

"Itu doang?" ujar Marco mengejek
seraya menarik pinggang wanita yang baru saja ia tiduri.

Syutt

Ali tersenyum puas saat lemparannya kali ini tepat mengenai mata sebelah kiri milik Marco.

Membuat darah langsung menetes diwajah pria itu.

"ARGHH! SIALAN!" Teriak Marco menggema.

"Yang tadi bukan! Nah yang itu iya." kata Ali dengan santai.

Semua anak buah Marco berkumpul
mengelilingi Ali hingga seakan Ali tak punya celah untuk melarikan diri.

Namun bukannya takut Ali malah semakin bersikap santai seraya memasukkan tangannya kedalam saku jaket yang ia kenakan.

"Mau gue kirim ke negara mana tubuh loe Li?" Ucap Marco tersenyum miring
merasa puas akan kemenangannya.

"Tubuh gue buat Prilly gadis yang spesial dihati gue bukan buat loe!" Balas Ali dengan sedikit kekehannya.

Wajah Marco yang dileleri darah nampak semakin emosi membuat Ali tersenyum puas.

Bugh

Ali tersungkur saat anak buah Marco
menendang punggungnya dari belakang.

Namun dengan cepat Ali berdiri
seraya melirik mereka tajam.

Tatapan Ali berpindah pada Devano
yang nampak mula tak tenang.

Disini hanya Devano yang paling banyak berienteraksi dengan Ali
sementara yang lain? Berani menyapa
taruhannya nyawa.

"Loe mati ditangan gue Li!" ucap Marco.

"Bukan! Tapi kita yang mati ditangan gue." Balas Ali terkekeh.

Lantas dengan santai Ali melempar benda kedepan Marco. Yaitu  Bom yang dua hari ini Ali rakit sendirian.

Bom molotov, bom yang berdaya ledak ringan namun berdaya bakar dahsyat.

Beberapa anak buah Marco berlari
namun ledakan itu terjadi sebelum mereka pergi.

Hingga gedung itu hancur dan terbakar dengan api yang membara.

Tak ada yang selamat karna ledakan itu terjadi dengan tiba tiba dan sangat dahsyat.

***

"Gue gak yakin Ali masih hidup." Ujar Bagas berusaha bersikap santai
menyaksikan polisi yang mengontrol gedung yang sudah hancur dan luluh lantak tak  berbentuk.

"Dia terlalu gegabah! Dia bego." Balas Kevin kesal dengan kebodohan Ali yang tidak mau menunggu bantuan dari para sahabatnya.

Dibalik wajah santainya tersimpan rasa
khawatir dan kesedihan yang begitu besar. Se Devil apapun Ali dia adalah sahabatnya.

Tadi Rey mengabari jika markas Marco
hancur karna ledakan dan mereka yakin Ali ada dibalik ini semua.

Mereka tau Ali memang tidak akan perduli ia akan hidup atau mati
baginya membalas dendam sudah cukup.

"Ali itu licik! Gue gak yakin dia mati." ucap Bastian, Seraya mengeratkan jaketnya agar menutupi seluruh tubuh lebamnya.

"Lihat Bas! Tempat ini hancur, udah berapa ambulance tadi bawa jasad,
mustahil kalo Ali masih hidup."
Balas Kevin menggebu gebu.

Sejahat apapun Ali tetap saja dia adalah teman yang memang harus dipikirkan.

"Kita lihat nanti!" ucap Bastian
masih percaya akan pikirannya.

"Semoga!" sahut Bagas dengan terus menatap gedung yang hancur tak bersisa di hadapannya.

TAMAT.

Black Devil ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang