Part 2

10.3K 634 21
                                    

Klik tombol bintang ☆ sebelum membaca.  😊❤💙 

Happy Reading ~

               .....oOo.....


Dulu ketika Aldo di pukul dan menangis, wanita itu sama sekali tak perduli. Dan saat Aldo tampak tak bernyawa, wanita itu malah pergi bersama selingkuhannya

Dulu Ali memang bocah tujuh tahun yg tidak tahu apa apa, yg hanya bisa terdiam melihat adiknya disiksa.
Dan demi apapun Ali akan membalas setiap tetes air mata Aldo. Ali akan membalas setiap jeritan ketakutan
dari adiknya.

Ali akan melakukannya perlahan
dan akan membuat wanita itu merasakan bagaimana kehilangan orang yang kita sayang.

Ali mengepalkan tanganya ingatan sialan itu selalu menghinggap saat melihat wajah gadis itu dan rasa bencinya menguat.
.
.

"Pelajaran selesai" ujar Ali
membuat semua murid kegirangan,
kecuali Prily gadis itu malah tampak buru buru berlari keluar. Dia takut karna slalu merasa terintimidasi.

***

"Ah "teriakan Prily terpotong karna sebuah bekapan yg menariknya kedalam kamar mandi perempuan
ia menggeleng dengan deru nafas kencang.

"Kenapa selalu takut" ujar Ali pelan
matanya menyiratkan sebuah luka.

"Tolong lepasin"

"Kita akan selalu terikat"
Ali mengecup pelan bibir Prily membuat gadis itu meneteskan air matanya.

"KALIAN!"sebuah suara membuat Ali sedikit menjauh dari Prily.

"Saya bakal laporin kalian ke kepsek karna telah berbuat mesum disekolah". Gadis dengan rambut ikal itu pergi
meninggalkan Ali dengan mata menyala.

"Siapa dia?" tanya Ali
.
"Si..siska" jawab Prily takut takut

"Aku akan buat dia diam untuk
selamanya" ujar Ali kemudian pergi
meninggalkan Prily dengan rasa takutnya.

Prily menutup wajahnya dengan tangan ia masih memikirkan kata kata Ali beberapa menit lalu.

Bagaimana sekarang keadaan Siska? Apa dia masih hidup? Prily tak perduli yg jelas dia harus cepat cepat pergi.


oOo

Ali memainkan pisau di tangannya.
Tersenyum miring, kemudian menusuk
sebuah bola mata dengan beberapa tetesan darah di piring.
.
.
"Ck!"desis Ali kesal saat bola mata itu ia tusuk  wajahnya terkena cipratan lendir dari mata itu.
.
"Do kakak akan buat kamu bangga"ujar Ali pelan kemudian membuang pisau beserta mata itu.

Mungkin ini alasan kenapa Ali dijuluki Black devil. Setiap dia membunuh seseorang tidak akan pernah ada yg tahu. Seolah Polisi pun hanya akan menemukan kegelapan jika mengusut kasusnya.

"Kakak akan balas semuanya Do!
Kakak akan buat orang itu menyesal"


*****

"Tapi gue curiga sama pak Ali!"

"Kenapa?"

"Kemarin gue liat terakhir Siska ngobrol sama pak Ali di depan perpus dan Siska kayak marah marah"

"Maksud lo pak Ali gitu yg culik Siska?"

"Ya gue sih gak yakin! Soalnya pak Ali gak ada muka muka kriminal yg ada malah muka minta disayang"

"Huu.."

Prily hanya diam mendengar obrolan
beberapa siswi. Ingin rasanya Prily berteriak jika Ali pelakunya,
tapi rasa takut lebih dominan.

"Oh ya Pril nanti ikut gue keruangan pak Ali ya? Soalnya tugas yg dia kasih baru bisa gue selesain tadi malem. Lo tau sendirikan kemarin gue alpa"ujar Vira menoleh kearahnya.

Prily langsung menggeleng cepat

"Kenapa?"tanya Vira heran
.
"Gue takut! gue mau dikelas aja lo ajak yg lain" Vira menautkan alisnya bingung Prily takut pada Pak Ali? Bukankah semua siswi disini menyukai guru tampan itu.

"Gak waras lo"ejek Vira
Prilly diam saja tak menanggapi ejekan Vira.

***

"Maaf! Saya mohon lepasin kita". Kembali darah mengucur dan Ali tersenyum bahagia.

"Arghhhh!"

"Pak Alii jangan!" Prily menangis tanpa daya saat melihat pak Tono supirnya
sedang disiksa oleh Ali.

"Pak Ali udah!". Prily menyesal
kenapa dia tadi harus berlari kesupirnya, Jika pada akhirnya ia sama seperti menyerahkan supirnya pada kematian.

"Kamu pikir saya akan culik Prily? Sampai kamu larang saya buat anter pulang dia?"tanya Ali pada pak Tono
yg menahan perih diwajahnya akibat
sayatan barusan.

"Maaf saya hanya menjalani perintah"

"GAK GUNA!"

"Arghhhhh!!"

"Pak Tono!" Prily berteriak keras
saat Ali kembali menggores wajah supirnya dengan gunting.

Ingin Prily berlari dan mendorong Ali
menjauh. Tapi ikatan ini kembali menyiksanya.

"Argghhh!"

"Maaf- Argghhh!"

"Pak Ali udah aku mohon udah"

"Tua bangka sialan!". Ali menusuk mata kiri pak Tono ,hingga kembali darah mengucur disana.
Wajah pak Tono seakan sudah tak dikenali akibat luka sayatan dan darahnya.

Prily menjerit ketakutan. Ini pertama kalinya Prily melihat secara langsung penyiksaan yang sangat sadis

"Pak Ali lepasin! Aku janji gak akan lari lagi dari pak Ali" mohon Prily
membuat Ali menoleh kepadanya

"Kamu yakin?"tanya Ali sarkatik
dengan beberapa tetesan darah diwajahnya.

"Tapi pak Ali lepasin kita! Aku janji gak akan lari lagi"

"Oke!"
Ali tersenyum tanpa arti membuat Prily semakin takut.

"Tapi aku harus bunuh dia sekarang"
.
"Argghhhhhhh!"
.
"Pak Tono"histeris Prily
saat dengan tiba tiba Ali menusukkan
guntingnya kearah kepala pak Tono.
Hingga pria paruh baya itu benar benar tak bernyawa lagi.

"Pak Tono hiks hiks!"tangis Prily pecah saat itu juga.

Namun sama sekali tak Ali perdulikan, yang Ali rasakan sekarang adalah kebahagian.
Rasa puas melihat darah dan jeritan
kesakitan. Ali menyukai setiap sayatan yang ia buat. Ali seperti candu akan sebuah kehilangan, Ali bahagia melihat sebuah tangisan.



.
.
.

Tbc.

Black Devil ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang