Part 11

7.3K 522 29
                                    


Jangan lupa klik tombol bintang ☆ sebelum membaca  💖💙

Happy Reading ~

          *****


Ali menarik nafas panjang lantas
mendudukan gadis itu di sofa.
Dari markas Muerte sampai sekarang di Apartement Ali, Prilly masih menangis ketakutan.

"Udah jangan nangis"

Prilly mendongak menatap mata elang milik Ali. Lantas Ia kembali menangis.

"Pak Ali perut aku sakit"

Ali membelalak Kaget. Ia lupa bahwa Prilly terluka, dengan panik Ali segera berlari mengambil kotak P3K.

"Buka!"Intruksi Ali
Hingga Prilly menatapnya bingung

"Apanya?"

"Dasternya"

"Pak Ali mau Perkosa Aku?"Tanya Prilly
dengan tampang polos

"Gak!"

"Terus kenapa harus buka Daster?"

"Katanya Sakit?" Ujar Ali mulai kesal
dengan tingkah Prilly yang polos.

"Iya perut Aku!"

"Yaudah Buka! Biar di Obatin"

"Emang kalo di buka lapernya bisa
ilang?"Tanya Prilly
Membuat Ali menautkan Alisnya bingung.

"Laper?"

"Iya Aku laper pak!"

"Terus lukanya gimana?"Tanya Ali lagi

"Gak luka kok Pak"

"Terus tadi disana kenapa teriak kesakitan"

"Biar di lepasin"Sahut Prilly dengan tatapan tanpa bersalah.

Ali memijit pelipisnya pusing dengan pikiran Gadis ini. Bahkan Ali sudah panik setengah mati. Tapi dengan polosnya Prilly malah berseru lapar.

"Yaudah Ayo Cari Makan!" Kata Ali pasrah, membuat Prilly tersenyum bahagia.



🍁🍁🍁

Pria dengan setelan Jas Hitam yang melekat pas ditubuhnya. Menatap Ali dengan tatapan meremehkan.
Baginya Ali itu hanya mesin pembunuh
yang mau saja di perintah oleh Marko.

Dia adalah Kevin Diandra mafia penyelundup barang haram yang berasal dari Negeri tetangga.

"Sabu 1 Kg dan ini uangnya" Ujar Ali mulai jengah dengan tatapan Kevin.
Lantas menyerahkan uang yang terbungkus kresek hitam.

"Siapa Dia?"Tanya Kevin mengabaikan
Ucapan Ali. Lantas menatap Prilly yang memegang bahu Ali erat.

"Gue ketemu Lo untuk Sabu milik Marko, bukan membahas hal lain"Ujar Ali dingin membuat Kevin tertawa remeh.

"Masih jadi budak Marko? Padahal Lo lebih hebat dari Dia" Ujar Kevin memancing amarah Ali.

"Serahin sabunya dan gue pergi"

"Lo sendiri kapan beli barang ini?"

"Vin!"Kata Ali penuh penekanan

"Ayolah budak Marko! Lo coba dulu dan nikmati hidup"

"Gue gak punya waktu buat ngeladenin
bacotan sampah Lo" Pekik Ali dengan mata tajam menatap Kevin.

Membuat Prilly yang berada di sampingnya semakin erat memegang bahu Ali.

"Oke Oke! Black Devil budak Marko marah! Dan Gue gak mau mati sia sia" Ujar Kevin mengangkat kedua tangannya dengan senyum remeh.

"Kalian ambil kotak itu!"Perintah Kevin
pada dua anak buahnya yang sedari tadi hanya berdiri kaku di sampingnya.

"Sabu 1Kg buat Black Devil" Ujar Kevin
tersenyum Manis lantas memberikan kotak terbalut kain putih pada Ali.

"Semuanya selesai" Ucap Ali dan menarik Prilly menjauhi Gudang kumuh yang bahkan orang tak menyangka disanalah tempat Mafia berada.

***

Ali menarik nafas lega setelah keluar dari Neraka gadungan itu.
Ali sebenarnya jengah menjadi bahan suruhan Marko.
Ali ingin bebas tapi masa bebasnya sia sia karena Gadis di sampingnya.

"Pak Ali ngelempar apa itu" Tanya Prilly  saat Ali melempar sesuatu pada tempat tadi.

Tanpa menjawab pertanyaan Prilly, Ali hanya tersenyum bangga. Itu hanya granat kecil yang Ia ambil dari tempat Kevano kemarin .

Duarr

"Argh Pak Ali!"Pekik Prilly kaget
saat kobaran Api sudah merajai Gudang itu.

"Selamat jalan Kevin Diandra"Gumam Ali pelan

***

"Pak Ali!" Seorang murid mengacungkan tangannya membuat Ali mengangkat alisnya sebelah.

"Saya izin ke kamar mandi" Katanya yang diangguki Ali malas.

Setelah murid itu pergi dan beberapa saat kemudian kembali, Kelas itu sepi.

Entah semua memang fokus pada rumus fisika atau hanya takut pada tatapan tajam Ali.

Ali terkekeh pelan. Bahkan siapapun tak akan ada yang menyadarinya.
Ali sedang tertawa geli akan seorang
murid yang tertidur di bagian Pojok belakang.

Prilly Gadis itu tengah tertidur pulas,
bahkan buku yang tadi Ia buat untuk
menutupi wajahnya terjatuh.

"Aira Prillyana!" Panggil Ali
Membuat Seisi Kelas Menatap Kearah Prilly

"Aira Prillyana"Panggil Ali lagi
hingga Prilly terbangun dengan wajah
kantuknya.

"Keruangan Saya sekarang!" Perintah Ali membuat beberapa Murid langsung
menunduk.

Takut jika hukuman untuk Prilly mengimbas ke mereka.

🍁🍁🍁

"Kenapa tidur di Kelas?" Tanya Ali
lantas menarik pinggang Prilly untuk duduk di pangkuannya.

"Prill!" Panggil Ali lagi saat Gadis itu hanya diam Karena terkejut akan tindakan Ali.

"Ngantuk Pak!" Jawab Prilly tertunduk malu.

"Kamu semalem nyenyak tidurnya" Ujar Ali sarkatik. Mengendus rambut Prilly yang sepertinya akan menjadi candu kedua setelah bibirnya.

"Kok tau?" Tanya Prilly penasaran

"Kita tidur sekamar"

"Oh Iya ya" Prilly tersenyum bodoh

Dan tanpa gadis itu sadari, Ali mati matian menahan tangannya agar tidak mencubit pipi Prilly Karena gemas akan kelakuannya.

"Jadi?" Tanya Ali

"Jadi apanya?"

"Kenapa tidur di Kelas" Ujar Ali berusaha sesabar mungkin.

"Pelajaran Fisika bikin pusing! Jadi Aku
tidur" Sahut Prilly

Membuat Ali tersenyum karena jawaban polosnya.
Devil seperti Ali kembali tersenyum hanya karena Prilly? Ajaib

"Pak Ali Aku kapan boleh pulang?" Tanya Prily sendu.

Prilly rindu Mamanya. Prilly ingin bercerita banyak pada Mamanya.

"Gak akan" Jawab Ali dingin.

.
.
.
.
.

ToBeContinue —

Black Devil ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang