dua puluh delapan

25.1K 1.6K 78
                                    

Bugh!

Siswa itu kembali terjatuh akibat pukulan Audora. Wajahnya sudah penuh lebam membiru. Tapi Audora masih tetap memukulnya.

Audora menarik paksa kerah baju siswa itu, hingga siswa tersebut tertarik. "Kenapa lo nabrak kakak gue njing!?" Tanya dia dengan emosi yang meluap.

Tadi pagi saat dia bertemu dengan Zero, dia langsung mendesak cowok itu agar mengatakan siapa pelakunya. Awalnya cowok itu menolak. Tapi tidak ada yang bisa berbohong dari gadis seperti Audora.

"Dia siswa di sekolah kita." Kata Zero terpaksa.

"Dia bukan tipe badboy. Dan gue juga gak tau kenapa dia bisa nabrak Azka. Yang pasti pas gue liat dia kayaknya sengaja nabrak Azka." Ujar cowok itu.

"Namanya Nino." Lanjutnya.

Audora kembali menatap nyalang Nino. "Jawab bangsat!" Teriaknya.

Nino masih diam dengan mata hampir tertutup. Jika Audora memukulnya kembali bisa dipastikan dia akan pingsan.

Sedangkan ketiga temannya yang melihat itu hanya meringis ngilu. Kemudian mereka berdecak kesal. "Si Audora bego amat dah. Orang udah mau pingsan gitu masih juga di tanya. Ya gak bisa jawablah!" Celetuk Chika.

Annisa yang sedang duduk sambil makan keripik kembali meringis saat Audora mencekram rahang Nino. "Lanjutin!" Serunya.

Dian menatap mereka jengah. Bukannya di pisahin malah di tonton. Mirror! "Bisa mati tu bocah kalo gak ditolong!" Kesalnya.

Mereka akhirnya bangkit untuk menolong Nino. Walaupun ini sudah terlambat! Yang penting ditolong!

Dian menahan tangan Audora yang hendak memukul Nino kembali. "Ini masih lingkungan sekolah. Lo boleh lakuin apapun asal jangan disini." Katanya.

"Atau lo mau gue panggil Azka kesini?" Ancamnya saat Audora sepertinya tidak peduli.

Dan berhasil! Audora menghempaskan tubuh Nino kasar ke tanah. Lalu bangkit sambil mengusap darah yang mengalir disudut bibirnya. Karena tadi Nino sempat membalas pukulannya.

"Biar gue yang urus." Bisik Dian tepat ditelinganya. Dia mengangguk singkat.

Dian mulai mendekati Nino. Melihat itu Nino makin menunduk. "Biar gue bantu lo bangun." Jelas itu membuat Nino heran.

Dengan hati-hati Dian memapahnya dan mendudukannya di sofa bekas. Dian menyentuh dagunya pelan. "Sakit?" Dia mengangguk.

Kemudian Dian tersenyum. Itu merupakan hal yang langka bagi sebagian orang. Dian itu tidak dingin, tapi dia juga tidak ramah. Jadi dia tidak akan tersenyum pada semua orang.

"Gue punya pertanyaan mudah. Dan lo pasti bisa jawabnya." Ujarnya. "Kenapa lo nabrak Azka kemarin?" Tanya dia.

Nino terdiam, memikirkan jawaban apa yang akan dia berikan. Baru dia akan membuka mulut Dian sudah memotongnya.

"Tapi sebelum lo jawab pertanyaannya, lo harus tau satu hal." Ibu jari cewek itu mengusap sudut bibirnya yang robek. "Kalo lo bohong dan kita tau itu. Lo bakal dapet yang lebih parah dari ini. Dan gue gak akan cegah Audora buat abisin lo. Lo ngertikan?" Ucap Dian lembut.

Nino menelan ludahnya kasar. Dia dalam masalah karena menabrak satu orang saja.

"G-g-gu-e g-gak ta-u d-ia sia-pa. Ya-ang pa-sti ada per-empuan yang ny-uruh gu-e buat nab-rak Azka. Dan dia ba-akal bayar gue." Jelasnya terbata. Dia gemetar sekarang.

Dian memicingkan matanya, mencari tau apa yang ia katakan benar atau bohong. Tapi dia tidak menemukan kebohongan disana.

"Oh. Oke." Ucapnya.

My Childish [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang