enam puluh lima

20.3K 1.7K 441
                                    

"Takdir itu kadang nyebelin. Suka banget mainin kita. Tapi itu yg terbaik."

#:)

Seperti janji mereka. Malam ini Audora dan Aurora akan bertemu di Caffe. Audora sudah siap dengan pakaian santainya. Dan bersiap untuk pergi.

Tapi saat melewati ruang tamu, dia berhenti untuk melihat Azka. "Tidur sono lo! Besok sekolah!" katanya.

"Baru jam 9 kali, Dek. Masa udah lo suruh tidur. Kayak anak perawan aja, deh," sahut Azka.

"Mungkin aja," gumam Audora. "Gue mau keluar bentar. Lo jangan kemana-mana," ucapnya.

Azka menoleh kepadanya. "Mau kemana?"

"Jangan kepo," ujar Audora. Membuat Azka mencibir kesal. "Lo tidur aja duluan. Gue bawa kunci cadangan," katanya. "Kalo ada yang ketok pintu. Jangan dibuka. Siapapun itu. Kalo perlu, tarok kursi di depan pintu," pesannya.

Azka menatapnya bingung. "Kenapa?" tanya dia.

"Bawel bener jadi Kakak!" Azka mendengus kesal. "Dengerin aja apa kata Adek cantik lo ini. Dan lo gak akan rugi. Oke?"

"Iya bawel!"

Audora tersenyum lebar lalu berlalu sambil melambaikan tangannya. Tapi senyum itu berubah menjadi senyum mengerikan setelah berada di luar. "Kakak gue emang manis," katanya.

"Jadi, biarkan tetap seperti itu!"

★♣★

"Gimana?" Aurora melihat Audora yang sepertinya sangat tidak sabaran.

"Kata Mama," dia memulai. "Pembunuh Nyokap lo dan Alarick itu sama. Begitu juga dengan orang yang coba nyelakain temen dan kakak lo itu. Dia wanita yang sama. Dan yang ada di pikiran lo adalah jawabannya," jelasnya.

Audora menggeretakkan giginya geram. "Tu orang punya nyali juga," desisnya.

"Lo harus hati-hati. Dia gak semudah itu lo kalahin. Selain jago berantem, dia juga licik. Untuk mengalahkan rubah, lo harus berpikir seperti seekor serigala. Dan lo pasti paham maksud gue," ujar Aurora.

"Lo tenang aja. Mungkin gue gak sehebat lo. Tapi gue punya temen yang akan selalu dukung keputusan gue." Audora tersenyum miring. "Jadi kali ini pasti gue pemenangnya," lanjutnya.

Mau tidak mau Aurora mengangguk. Dia juga yakin jika Audora bisa memecahkan masalahnya ini. Walau dia ragu akan berjalan mulus.

"Kalo lo perlu bantuan," dia berucap. "Gue lagi gak ada jadwal kegiatan kok."

Audora terkekeh geli. Lalu menoyor kepala Aurora kuat. "Gaya lo njir!"

Dengan kesal Aurora membalas toyorannya. "Gak usah pake noyor pala gue juga kale!" sungutnya.

"Ups!"

Keduanya diam untuk beberapa saat. Lalu Audora mulai bersuara. "Ayah Dylan polisi, kan?" tanyanya.

"Iya. Kenapa? Lo mau pake cara hukum?"

"Ntar aja. Tunggu gue puas nonjok muka tu cewek dulu. Baru minta tolong ama polisi," ujarnya. "Gue nanya gitu supaya tu cewek gak bisa nyogok polisi. Soalnya suami dia tajir banget njir. Takut aja bisa lepas."

"Lo tenang aja. Om Ethan bukan tipe orang yang akan tergiur sama uang. Soalnya dia udah kaya," balas Aurora.

"Bagus deh."

Lagi-lagi keduanya diam. Sibuk dengan pikiran masing-masing.

Tanpa sengaja Aurora melihat siluet orang yang sedang mereka bicarakan lewat menggunakan mobil putih. Dan ia yakin jika itu bukan pertanda baik.

My Childish [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang