empat puluh enam

21.4K 1.6K 127
                                    

Audora duduk di samping Azka tanpa mempedulikan Raihan. Dia masih marah pada Ayahnya itu.

"Ra, kamu gak mau obatin luka kamu dulu? Ntar infeksi." Kata Raihan.

"Ntar aja." Jawabnya.

Raihan menghela napas. Putrinya ini sangat keras kepala. "Ra, Papa mau kalian kembali lagi ke rumah. Papa minta maaf karena udah pernah nyakitin Azka. Papa gak seharusnya menyalahkan dia. Kamu mau ya, kembali ke rumah." Katanya.

"Aku gak bisa jawab sekarang. Biar aku pikirin nanti." Ujar Audora. "Dan, makasih buat tumpangannya."

Raihan kembali menghela napas. Membujuk anak gadisnya ini memang sulit. Terlalu keras kepala. Sama sepertinya. "Ya udah. Papa bakal nunggu kalian. Kapan pun kalian ingin kembali. Pintu terbuka lebar untuk kalian."

Audora mengangguk tanpa menoleh. Dia masih mencerna apa yang Raihan katakan itu benar. Jangan sampai dia kembali tertipu olehnya.

"Papa pergi, ya. Kamu baik-baik disini." Raihan menepuk pundaknya dua kali, kemudian keluar dari ruang rawat itu.

Audora menghela napas panjang. Dia yakin 100%, jika Azka pasti akan menerima tawaran Ayahnya itu. Kakaknya ini terlalu baik. Bahkan kepada orang yang sudah menyakitinya sekalipun.

"Ma, liat nih. Kak Azka sakit." Dia berbicara seakan Maura ada di depannya. "Dia nakal sih. Udah aku bilang, jangan ikut kemah. Malah ngeyel! Sakit, kan. Siapa yang ngerasain. Batu dia, Ma." Dumelnya.

"Udah-" dia menutup mulutnya saat melihat Azka bergerak. Bisa kena omel jika ketahuan meledeknya diam-diam.

Dia memperhatikan wajah Azka. Matanya tidak kunjung terbuka. Berarti cowok itu tidak bangun. Tanpa sadar, dia menghembuskan napas lega. "Bikin kaget aja lo."

★♣★

Seorang wanita dengan pakaian perawat masuk ke dalam ruangan Azka. Dia menggunakan masker. Jadi wajahnya tidak kelihatan.

Di dalam tidak ada orang selain Azka. Karena Audora sedang keluar untuk mengurus administrasinya.

Wanita itu menarik bantal yang Azka gunakan, membuat cowok itu terbangun. Sebelum bisa berbicara, dia sudah terlebih dahulu membekap wajahnya dengan bantal.

Tubuh Azka bergerak gelisah. Berusaha menyingkirkan bantal yang menutup saluran pernapasannya itu. Dalam hati berdoa agar Audora segera datang.

Melihatnya berontak, wanita itu makin menekan bantal itu. Agar korbannya segera mati.

Azka sudah lemas sekarang. Ra, tolongin gue.

Tidak tau dia beruntung atau malah sial. Memang ada yang datang. Tapi bukan Audora. Melainkan Alarick!

Alarick mendorong wanita itu dan melempar bantal tersebut asal. "Lo mau bunuh dia!?" Dia belum sadar jika itu Azka.

Tadinya dia ingin menjenguk Ava. Tapi saat melihat ada yang mencoba dibunuh, dia masuk dan menolongnya.

Wanita itu tidak bersuara sama sekali. Bahkan tampak tak gentar. Di luar dugaan, dia malah melayangkan pukulannya pada Alarick.

Cowok itu menghindar dan membalasnya. Dan dia harus di buat tercengang karena wanita itu bisa menahan serangannya dengan mudah. Bahkan berhasil melukainya.

Saat dia jatuh, wanita itu kembali mencoba untuk membunuh Azka. Azka refleks mundur saat wanita itu ingin menyentuhnya.

Prank!

My Childish [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang