enam belas

34.9K 2.3K 41
                                    

Setelah semuanya tenang, Audora menghampiri Rania. Gadis itu masih terisak. "Gimana dia?" Dia bertanya pada Chika.

"Dia masih trauma nih Ra." Ujar Chika. Mereka masih berusaha menenangkan Rania yang menangis.

Azka mendekat. "Dek? Dia kenapa?" Tanya dia.

"Bajingan tadi mau berbuat hal gak senonoh sama dia! Ck! Bener-bener brengsek!" Ujar Audora geram. Kedua tangannya terkepal kuat.

Azka heran. Di kantin ini kan ramai. Tapi kenapa cowok itu berani melakukannya? Apa tidak ada yang berani mencegahnya?

"Tapi Dek, disinikan rame. Emang dia gak takut?" Kata dia heran.

"Yang ada penghuni kantin ini yang takut sama dia. Lo sih ngapain nahan gue? Udah bagus juga gue abisin tadi! Orang kayak gitu gak pantes hidup!" Wajah Audora tampak memerah.

Jika di suruh memilih, dia lebih baik memilih Zero yang tingkat nakalnya tinggi tapi masih menghargai wanita! Dari pada Bram. Si brengsek tak bermoral!

Dia mengalihkan perhatiannya pada Alland. Pria itu sedang kesusahan membujuk temannya, Rania. "Udah dong Ran. Jangan nangis lagi. Cowok itu udah gak ada kok." Ujarnya.

Audora duduk di samping Rania. "Eh siapa nama lo? Diem dong. Tuh cowok brengsek udah gak ada. Lo tenang aja. Dia gak akan berani ganggu lo lagi. Jadi diem ya. Gue traktir deh." Bujuknya.

Rania mengangkat kepalanya menghadap Audora. "Ta-api..hiks...kalo di-a...balik lagi?" Tanya dia terbata.

Audora menyeringai. "Berarti dia nyari mati!" Ujarnya. "Diem ya. Gue gak pinter nih bujuk orang. Jadi kalo lo berhenti nangis gue traktir deh. Beneran." Katanya kemudian.

Rania mengangguk sambil menyeka air matanya. Lalu dia menatap sekeliling. Semua sudah seperti sedia kala lagi. Ini pasti ulah Audora.

Audora memanggil Doni dengan kode tangan. Cowok itu datang dengan wajah was-was. "A-ada apa Ra?"

"Santai aja kali Don. Gue cuma minta tolong pesenin makanan buat kita. Boleh kan?" Kata Audora halus. Berbanding terbalik dengan tatapannya.

"I-iya. Boleh kok. Kalian mau p-pesen apa?" Tanya cowok gugup.

Azka yang sedari tadi memperhatikan memasang wajah bingung. Dia sama sekali tidak mengerti dengan kejadian ini. "Dek. Lo gak boleh maksa orang ah. Gak baik. Apalagi dia ketua kelas gue. Kalo lo mau biar gue aja yang pesenin." Katanya.

Jantung Doni langsung lari marathon saat melihat tatapan tajam Audora. "Gak papa kok Ka. Gue ikhlas. Lagian kasian Rania. Dia butuh temen." Ujarnya.

"Doni aja gak keberatan. Mie ayam 6 nasi gorengnya satu. Sama es teh manis 7 ya Don." Kata Audora santai.

Dia memberikan uang berwarna merah dua lembar pada Doni. Belum lagi Azka sempat protes, Doni sudah ngacir ke stan penjual makanan.

Tak mau ambil pusing, Azka duduk di bangku yang kosong. Dia tidak ingat jika tadi pergi bersama Bimo cs.

Rania sudah tidak menangis lagi. Dia bahkan tertawa dengan lelucon garing Annisa. Lalu Doni datang bersama dua orang temannya. Masing-masing membawa nampan.

"Thanks ya. Btw, kembaliannya buat lo aja." Ucap Audora tulus.

Setelah meletakkan pesanan mereka, Doni pergi bersama kedua temannya.

"Oh iya Kak. Kenalin. Ini cowok gue, Alland. Lebih ganteng dari pada lo." Kata Audora. Dia tampak antusias saat mengatakan itu.

Azka mengulurkan tangan pada Alland, dan disambut baik oleh cowok itu. "Azka." Ucap Azka.

My Childish [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang