empat puluh lima

23.4K 1.7K 120
                                    

"Aku ingin mencintai kamu dengan sederhana. Yang tidak akan pernah ada kata usai di dalamnya."

#SNL

Seperti janjinya semalam, pagi ini dia beserta seluruh anggotanya pergi ke tempat sekolahnya mendirikan tenda. Berlebihan memang.

Selama perjalanan, Azka terus mengeluh. "Kok semuanya ikut, sih? Lo mau ngajak perang?" tanya dia.

"Siapa yang mau perang sih? Ini tuh, demi keamanan. Takutnya ada hewan buas yang berkeliaran. Kan, bahaya kalo cuma bertiga." Elak gadis itu.

Azka memutar bola matanya malas. Tidak mungkin ada hewan buas disini. Semalam saja, Kepala perkemahannya sudah mengatakan jika pemilik hutan ini selalu mengawasi sekitar. Agar tidak ada hewan yang mengancam keselamatan.

Bukan apa. Rata-rata teman Adiknya ini punya rupa yang menawan. Tapi, jika bertemu orang baru, apalagi musuh, wajah mereka akan membuat orang bergidik ngeri. Dia masih penasaran bagaimana cara Adiknya bertemu dengan orang-orang ini.

Seperti bayangannya tadi. Begitu mereka tiba, hampir semua teman sekolahnya menciut. Mereka berkumpul di satu tempat.

Kemudian, para guru pembimbing datang. Mereka tidak kalah terkejut saat melihat orang yang bukan dari sekolahnya ada di sini.

Pak Burhan, selaku Ketua pelaksana kemah ini mendekat.

"Kalian mau apa?" tanya beliau.

Azka ingin menjawab, tapi dia kalah cepat dari Garren. "Begini, Pak. Saya mau mengantar dua anak didik anda. Kami menemukan mereka sedang terikat di sebuah pohon." Jelas Garren.

"Terima kasih, Nak Garren. Kami memang mencari mereka." Ujar Guru itu ramah.

Tentu saja. Pebisnis mana yang tidak kenal Garren? Anak dari pengusaha batu bara yang kaya raya. Bahkan hutan tempat mereka berpijak itu adalah milik Ayahnya.

Audora mengantar Alland ke depan Pak Burhan. "Nih, Pak. Jagain, ya. Pacar Saya." Kata dia tanpa malu.

Di belakangnya, sudah banyak yang bersorak menggoda. Bukannya malu, dia malah mengelus rambut Alland. Membuat cowok itu malu.

Azka menghampiri mereka. Dia mengelus rambut gadis itu sebentar, lalu mencium pucuk kepalanya. "Gue ke sana ya, Dek." Katanya. Audora mengangguk setuju.

Dia berjalan menuju rombongan Bimo cs. Pandangannya bertemu dengan manik hitam Senja. Cowok itu sedang menatapnya sinis. Dia sama sekali tidak peduli dengan itu.

Alland juga berjalan menuju tempat Rania berdiri, dan di sambut antusias oleh gadis itu.

"Saya titip mereka berdua ya, Pak. Jangan sampai kejadian semalam terulang kembali." Ujar Garren. "Dan, Pak. Papa saya gak suka kalo hutan ini kotor. Jadi tolong jaga kebersihan. Dan jika bisa, saya juga akan memusnahkan manusia busuk dari atas tanah saya." Katanya.

"B-Baik, Nak." Sahut Pak Burhan.

"Baiklah. Kelompok Saya mendirikan tenda tidak jauh dari sini. Jadi kami bisa melihat apa saja yang kalian lakukan. Dan jika saya tidak suka, saya bisa langsung mengusir kalian." Ucap Garren.

Guru-guru itu hanya bisa meng-iya-kan saja. Sebab, Garren punya kuasa penuh atas tanah tempat mereka berdiri. Lagi pula, mereka juga sudah akan pergi.

Audora mengangkat kepalan tangan kiri, memperlihatkan handbet putihnya. Lalu beberapa siswa dari kelompok sekolah juga mengangkat tangan mereka.

Kemudian semua tatapan tertuju pada Senja. Membuat cowok itu ngeri.

"Cabut," komando Audora.

Setelah mereka pergi, banyak yang berbisik-bisik. Seperti,

My Childish [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang