empat puluh sembilan

23.2K 1.9K 323
                                    

Audora membuka matanya perlahan, lalu melihat ke jam beker yang ada di meja samping kanannya. Sudah pukul 6:30.

Untuk sejenak dia diam, mencerna apa yang terjadi. Kemudian dia mengumpat keras setelah mengingat apa yang terjadi tadi malas.

"Sialan! Mereka ngasi gue obat tidur!" dia menggeram.

Tadinya dia hendak bangkit dan menghampiri temannya yang ada di luar. Dia yakin jika mereka tidur di Apartemennya. Tapi, sebuah tangan melingkar di sekitar perutnya. Itu tangan Azka.

Dia menyingkirkan tangan Kakaknya itu pelan, agar cowok itu tidak bangun. Lalu turun perlahan dari kasurnya.

Kaki kirinya sakit saat di gerakan. Mungkin akibat pukulan semalam.

"Aduh! Ni kaki, pake sakit segala!" gerutunya.

Meski sakit, dia tetap memaksakan kakinya melangkah keluar kamar. Setibanya di ruang tengah, dia berdecak kesal. Semua temannya sedang tidur di lantai beralaskan karpet bulu warna abu-abu.

"Dikira Apartemen gue kontrakan apa?!" gumamnya.

Dia menarik napasnya panjang. Lalu bersiap untuk mengeluarkannya, "BANGUN!!"

Semua terbangun mendengar suara cemprengnya. Dan dia puas akan hal itu.

"Berisik amat, sih, lo!" ketus Alden. Dia mengusap wajahnya kasar.

"Siapa yang ngasi gue obat tidur?!" Audora bertanya dengan wajah galak.

Mereka saling pandang, kemudian kompak menunjuk Ardan. Cowok itu hanya mendengus kesal karena dijadikan kambing hitam.

Audora menatap Ardan tajam, dan di balas tatapan datar cowok itu. "Apa?" tanya dia.

Tidak ada yang Audora katakan. Dia tau bagaimana kelakuan teman gengnya ini. Jika ada yang berbuat salah, pasti Ardan yang akan di jadikan kambing hitam. Jadi dia tidak bisa menyalahkan cowok itu. Biasanya yang sering berulah adalah Alden.

"Lo pada, kemana, pas gue tidur?" tanya dia.

"Main." Jawab Ardan singkat.

"Main apaan? Muka kalian juga luka gitu? Ck! Kalian datengin markas Zeus?" nada suara Audora tinggi. Tapi ada kekhawatiran di dalamnya.

Mereka hanya mengangguk polos. Percuma saja berbohong pada gadis itu. Tetap saja akan ketahuan. "Iya."

"Haduh," Audora duduk di sofa yang kosong. Sambil memijit kepalanya yang pusing. "Gue bilang jangan. Biar gue aja." Katanya.

"Udah terlanjur. Gimana dong?" tanya Alden dengan wajah sok polosnya.

"Nasinya udah jadi bubur. Tambahin garam aja. Biar ada rasa." Ujar Garren pula.

"Ngomong-ngomong soal bubur, "Audora berucap. "Gue jadi laper." Katanya.

Yang lain mengangguk setuju. Lalu semua tatapan mengarah pada Arif. Cowok itu tau apa arti tatapan mereka. Tentu saja mereka menyuruhnya memasak.

"Nasib,"

★♣★

"Ara mau makan apa?" Alland bertanya dengan senyum hangatnya.

"Gak usah deh. Udah kenyang." Jawab Audora.

"Mau minum?"

Audora menatap Alland dengan tatapan heran. Ada apa dengan Childish-nya ini? Apa cowok itu sempat terjatuh sebelum datang ke Apartemennya? Kelakuannya membingungkan.

My Childish [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang