enam puluh delapan

21.7K 1.8K 424
                                    

"Udahlah. Jangan berharap. Dia gak ada rasa bego! Tau aja enggak!"

#tertamparkenyataan




Alarick mondar-mandir di depan pintu ruang gawat darurat. Di dalam sana ada Rizal yang sedang di tangani oleh Dokter. Dan dia sedang menunggu dengan gelisah di luar.

Audora memutar bola mata jengah melihatnya. Sudah lebih dari 100 kali cowok itu mondar-mandir tanpa henti. Padahal Rizal hanya babak belur karena di hajar.

"Lebay," cibirnya pelan.

Sebenarnya bukan Alarick yang lebay. Tapi gadis itu saja yang terlalu santai.

Beberapa saat kemudian pintu ruangan itu terbuka. Alarick langsung menghampiri Dokter itu dan menanyakan kondisi Rizal.

"Gimana, Dok? Papa saya gak papa, kan?" tanyanya panik.

"Tuan Rizal tidak mengalami luka serius. Dia hanya perlu di rawat dua hari di rumah sakit saja," jelas Dokter itu.

"Syukur deh," ucap Alarick lega. "Makasih ya, Dok."

"Saya permisi," pamit Dokter itu.

Begitu Dokter itu pergi, Audora menghampiri Alarick. "Bukannya ditabrak mobil. Cuma di pukul doang," sindirnya.

"Berisik lo!" sahut Alarick ketus.

Audora mengangkat bahunya acuh. Lalu menjauh dari cowok itu. Begitu pula Alarick. Keduanya sama-sama sadar jika kondisi tidak memungkinkan untuk adu bacot apalagi jotos. Karena masih ada anggota kelompok masing-masing di sana. Tidak baik mengobarkan api yang sedang berusaha padam.

"Al?"

Semua memfokuskan perhatian pada gadis yang sedang duduk di kursi roda itu. Wanita di belakangnya mendorongnya untuk mendekat kearah mereka.

"Al, kamu gak papa, kan? Gak luka?" tanya Afa khawatir.

Alarick tersenyum kecil lalu berlutut di depannya. "Aku gak papa kok. Cuma luka kecil doang," ujarnya.

"Bucin!" cibir Audora.

Afa langsung mengalihkan perhatian padanya. Mata gadis itu langsung berbinar saat melihat teman lamanya juga ada di sini. "Audora!" pekiknya.

"Syut! Jangan berisik! Ini rumah sakit!" tegur Audora. Tapi kemudian dia tertawa lebar. "Gimana kabar lo? Udah mendingan?" tanyanya.

"Gue udah lumayan lah. Udah bisa ngomong," ujar Afa.

"Bagus kalo gitu."

Afa tersenyum lebar. Gadis itu bahagia. Apalagi bisa melihat dua kubu ini akur. Meski hanya sebentar saja.

Matanya menatap sekitar. Mencari seseorang yang pantas untuk di khawatirkan selain Audora. "Azka mana?" tanyanya.

"Bentar lagi juga datang," Audora berujar. "Buk, pinjem Afa nya, ya. Aku mau ngajak jalan-jalan," izinnya pada wanita yang membawa Afa tadi. Yang tidak lain adalah Aisyah.

Wanita itu tersenyum. "Boleh. Tapi jangan jauh-jauh, ya. Afa masih belum sehat," katanya.

"Oke!" sahut Audora semangat.

Dia mengambil alih kursi roda itu dan hendak beranjak. Tapi Alarick mencegahnya. "Apaan sih?" kesalnya.

"Lo mau bawa cewek gue kemana?" tanya cowok itu.

"Ke neraka! Mau ikut?"

"Yang bener njing!"

"Bawel amat sih!"

My Childish [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang