lima puluh lima

20.7K 1.6K 97
                                    

"Mau ngancurin gue? Kalo bukan karena kebaikan gue, nyentuh sehelai rambut gue aja lo gak akan bisa."

#Audora

Audora menatap sendu pada gadis yang sedang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit itu. Seharusnya dia yang berada di posisi tersebut.

Dia menghela napas panjang. Kejadian itu sudah lama. Tapi sampai sekarang dia belum berhasil menemukan pelaku sebenarnya.

"Seharusnya lo jangan pergi gantiin gue. Lo pasti masih bisa kumpul sama kita," ucapnya.

"Bangun dong, Fa. Katanya lo mau nyatuin Serigala dan Zeus. Gimana bisa nyatu kalo lo masih betah tiduran kayak gini?" omelnya.

Tidak ada respon dari lawan bicaranya. Tentu saja. Karena orang tersebut sedang terbaring koma di hadapannya.

"Lo tau gak? Cowok lo makin berulah setelah lo koma. Dia ngira gue yang udah buat lo jadi kayak gini. Meskipun penyebabnya memang gue. Karena itu gue terima waktu dia mukul gue di gudang."

"Tapi, gak seharusnya dia ngeroyok temen gue. Emang gak bisa, ya, balas ke gue langsung? Harus gitu, temen gue juga," dia mengomel dengan nada rendah. Takut ketahuan penjaga di luar.

Kemudian dia tersenyum kecil. "Eh, tau gak? Gue udah punya pacar loh. Ganteng deh. Tapi dia Childish. Beda banget sama impian gue dulu. Walau begitu, gue cinta banget. Suer deh," dia kembali bercerita.

Tapi berikutnya dia kembali murung. "Mama gue meninggal, Fa. 7 bulan yang lalu. Dia ketabrak mobil. Gue sedih banget, Fa."

Dia melirik jam tangannya. "Gue pergi ya. Bahaya kalo ketahuan cowok lo. Perang lagi yang ada," katanya.

Setelah memandang wajah Afa sekali lagi, dia berjalan menuju pintu ruangan itu. Diluar, salah satu temannya sedang berbicara dengan penjaga yang disuruh oleh Alarick. Tanpa membuang kesempatan dia langsung pergi.

Di ujung lorong sana terlihat Alarick sedang berjalan dengan kantong plastik ditangan kanannya. Buru-buru Audora bersembunyi di balik pilar rumah sakit.

Setelah Alarick sudah agak jauh, baru dia pergi.

Jika di pikir-pikir, Alarick cukup baik untuk dijadikan teman. Hanya saja mereka sudah terlanjur saling membenci. Dan tidak mudah untuk menyatukannya.

"Cepat sadar, Fa. Semua nunggu lo," gumamnya.

★♣★

Sepulang dari rumah sakit, Audora menyusuri jalanan kota dengan motornya. Dia sudah tidak bersemangat untuk sekolah. Biarkan saja yang lain mencarinya. Lagi pula Alarick juga tidak masuk. Jadi tidak ada yang perlu ia cemaskan.

Pakaiannya juga sudah ia ganti dengan baju biasa. Bukan seragam lagi. Jadi dia bisa bebas kemana yang dia suka.

Pikirannya terbang entah kemana. Rasanya terlalu banyak yang harus ia pikirkan.

Sebenarnya dia bukanlah gadis yang peduli apa kata orang. Tapi terkadang apa yang orang bilang ada benarnya juga. Mungkin dia sudah terlalu banyak dosa. Karena itu masalah selalu datang padanya.

Dia menghela napas panjang. Bukannya dia tidak ingin berubah. Tapi, merubah karakter seseorang itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Semua perlu proses. Dan dia selalu gagal melakukan itu!

Lelah berkeliling, dia menghentikan motornya di depan warung kecil pinggir jalan. Warung itu sepi. Hanya ada seorang pria tua yang sedang duduk menikmati secangkir kopi yang sudah tinggal setengah.

Dia duduk sambil mengarah ke jalanan. "Buk, kopi susu satu, ya," ujarnya pada pemilik warung.

Penjual itu menyembulkan kepalanya dari dalam warung. "Gorengnya enggak, neng?" tanyanya.

My Childish [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang