Twenty Three

11.7K 920 171
                                    

Rose tengah sibuk bergelut dengan berkas kerjanya yg bertumpukan di atas mejanya. Tak jarang gadis itu mendesah lesu dan letih merasa kepalanya cukup pusing yg terus berkutat di layar Laptop dan melihat ribuan tulisan yg beriringan di dalam layar medisnya.

"Mama, mawar lapar" Rose rupanya melupakan putrinya yg sudah cukup lama duduk di sofa sebrang mejanya dengan wajah di tekuk, gadis kecil itu tampak bosan dan lapar akibat di abaikan oleh ibunya di tambah lagi ia belum di beri makan siang.

Rose mengusap wajahnya lelah ia lantas bangkit dan menghampiri putrinya.

"Maafkan mama sayang. Mawar lapar ya?" Tersirat rasa bersalah di ruat wajah Rose sambil mendaratkan pantatnya kemudian merengkuh tubuh mungil anaknya ke dalam dekapannya

"Mawar lapar" sahut Mawar dalam pelukan ibunya

"Mawar makan ini dulu ya? Habis ini kita pergi makan, bagai mana?" Ucapan lembut serta senyuman hangat selalu membuat gadis kecil itu patuh pada sang ibu

"Baik mama" Jawabnya polos sembari mengambil roti bungkusan yg di beri Rose

"Nah...anak pintar, kalau begitu mama kerja kembali ya?" Seketika suapan yg hendak masuk kemulutnya di tahan dan meletakan roti itu ke atas pahanya

"Mawar mau mama menemani mawar!" Setetes air bening jatuh dari pelupuk mata Mawar membuat tersirat sakit di hati Rose.

"Baiklah..maafkan mama sayang" Rose kembali mendekap tubuh anaknya. Ia sadar telah banyak menghabiskan waktunya pada kerjaannya di banding anaknya. Rose yg merupakan Direktur Uatama waktu luangnya cukup terisita untuk Mawar bahkan sekolah sajah harus supir yg antar jemput dan Mawar tak mengapa untuk hal itu, ia cukup mengerti bahwa ibunya seorang pengusaha besar tetapi saat di rumah atau Mawar yg mendatanginya ke kantor setidaknya ia ingin di perhatikan oleh Rose seperti sekarang ini. Tidak...Rose tidak menomor duakan anaknya dengan kerjaan hanya sajah terkadang pekerjaannya cukup memaksa dirinya harus lebih memilih pekerjaan pentingnya karna itu semua untuk masa depan putrinya juga. Apalagi Rose tidak ingin hidup anaknya kekuarangan walau itu sedikit. Rose sangat memikirkan nasib anaknya yg hidup tanpa ayah di dekatnya. Tidak ingin anaknya sampai meneteskan air hanya untuk meminta sesuatu.
Walau dirinyalah yg harus menjadi menangung sakit dan ksedihan setiap saat tetapi ia tidak ingin menampilkan kesedihannya terhadap putrinya. Memikirkan kisah cintanya yg sangat rumit dan menyakitkan itulah beban Rose selama ini yg terus menghantui dirinya, berusaha tegar dan kuat membesarkan anaknya sendiri dari usia titik awal kehamilannya hingga perutnya membesar dan harus menanggung malu karna hidup sendiri namun perutnya membesar.
Sebenarnya saat sebelum pergi ke paris Rose sudah menagndung satu minggu tetapi ia tidak ingin bercerita kepada Lisa yg seharusnya di wajibkan untuk bertanggung jawab. Tetapi sekali lagi Rose tidak ingin menambah beban Lisa yg sudah menderita dengan keluarganya jadi ia putuskan lebih baik diam dan pergi ke paris berdiam diri di sana dengan memebesarkan anaknya tanpa memikirkan untuk menggugurkan kandungannya. Cukup brrfikir logis serta iba bahwa anaknya itu tidak berdosa tetapi dirinyalah yg memiliki titik kesalahan jadi mau tidak mau Rose menerima nasibnya hingga kini anak itu tumbuh besar dengan di urus penuh kasih sayang olehnya.
Tentu sajah orang tuanya shockhard dengan kembalinya dirinya harus memabwa anak dari paris dengah usia sebesar itu. Bersujud dan memohon di hadapan kedua orang tuanya Rose menjelaskan nasibnya termasuk anaknya awalnya orang tuanya terkejut sekaligus heran tetapi melihat anak kecil yg sangat mirip manis dan imut dengan anaknya mereka ikut menangis dan segera menerima cucunya itu kedalam pelukannya dan di sana Rose bernafas lega dan bersyukur karna orang tuanya tidak membunuh dirinya.


*Tok Tok Tok

"Siapa ma?" Tanya Mawar dengan mulut penuh sambil bermanja ria di lengan Rose

-Tenggelam Dalam Dosa- (Jenlisa) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang