Plugh
"Aakhh.." Jennie meringis saat tubuhnya di banting ke atas sofa yg berada di ruangan Essy di rawat
Jennie menatap Lisa takut begitu mendapatkan tatapan tajam dan semakin mendekatinya
"L-lisa..a-apa yg akan k-kau lakukan?" Suara Jennie tergagap. Lisa hanya diam melangkah pelan menghampiri Jennie dengan sorotan mata yg merah
"L-a..khh...l-isaa..." Ucapan Jennie terbata yg kini lehernya di cekik oleh Lisa. Menahan tangan yg mencengkram lehernya sekuat tenaga namun cengkraman itu begitu kuat
"L-li-li...aaakk-"
"Harusnya kau mati jen! Kau sudah membuatku kehilangan kim dan kau terus menyiksa hatiku. Dan sekarang-"
"Aakkhh..." Mata Jennie sudah merem melek merasakan sakit yg amat menusuk kerongkongan hingga sesak
"Dan sekarang essy terluka tidak berdaya itu semua karnamu juga! Seharusnya aku membencimu dan kau tidak patut untuk di beri kesempatan karna seharusnya aku sudah membuangmu dari kehidupanku. Tapi kenapa-"
"Uhukz...aakk-" Jennie makin tercekat hampir sekarat begitu tangan di lehernya makin kuat
"Kenapa aku tidak bisa membencimu jen? Kenapa? Kau tau alasannya? Karna cinta terkutuk ini terlalu besar padamu. Cinta yg hampir membunuhku secara perlahan. Cinta yg membuatku buta hati gelap mata! Seharusnya aku membunuhmu!" Ucapan Lisa melemah bersamaan tangannya merosot ke dada Jennie. Sungguh hatinya serasa di sayat melihat Jennie barusan atas perbuatannya. Lisa lemah seketika dengan air mata berlinang sementara Jennie terbatuk batuk sambil mengusap ngusap lehernya.
Lisa menangis dalam diam yg kini sudah menjatuhkan kepalanya ke dada Jennie. Terisak isak dalam pelukan sang istri yg sesungguhnya sangat ia rindukan. Meratapi nasib pernikahannya membuat Lisa terisak cepat. Nasib rumah tangga yg di ambang pintu dan menginginkan perpisahan namun nyatanya hati keduanya saling takut untuk kehilangan satu sama lain.
Jennie ikut menangis merasakan sakit di lehernya beserta sakit amat dalam melihat suaminya yg kini menangis dalam pelukannya. Batinnya menjerit kala mengingat semua yg sudah terjadi dan banyak korban yg sudah tersakiti olehnya."Aku..lelah jen.." Suara lemah itu mengundang air mata Jennie berjatuhan. Lisa merasa saat ini bukan hanya hati dan batin yg lelah tetapi fisiknya juga terasa remuk bahkan tenaganya hampir habis di telan emosinya yg sudah menghantam tanah dan setelahnya Lisa tidur di sana sampai ia tidak sadar sudah hari sudah berganti malam. Dari pagi hingga kini Lisa sama sekali belum memasukan nasi sedikitpun ke dalam perutnya yg hanya minum kopi serta merokok saat di jepang.
Jennie yg tidak kuasa ia merengkuh kepala Lisa yg masih di dadanya. Di dekap erat erat sambil menangis."M-maafkan aku! Maaf...kau harus tau bahwa cintaku masih sama seperti pertama kita bertemu...demi tuhan maafkan aku" Seru Jennie serak
Lisa mendongak menatap wajah istrinya untuk memastikan apakah benar istrinya itu masih mencintainya? Dan ia bisa melihat ketulusan dari mata kucing milik istrinya yg terus berair.
"Maaf.." lanjut Jennie sambil mengusap air mata suaminya yg kini hanya diam menatapnya tanpa ekspresi. Jennie terus mengusap air mata Lisa sambil terisak ia lantas mendaratkan sebuah kecupan hangat di kening Lisa membaut sang empunya merintih sakit namun kali ini sakit itu karna merasa terharu dan merindukan perlakuan istrinya di masa lalu. Setelah Jennie melepaskan ciumannya Lisa masih menatap Jennie tanpa ekspresi
"Seharusnya aku membencimu dan membunuhmu. Atau pergi dari kehidupanmu agar aku bisa mendapatkan kebahagiaan di luar sana tanpa dirimu" Jennie menggeleng lemah ia lantas meluk Lisa erat dengan melingkarkan kedua tangannya di bahu suaminya
KAMU SEDANG MEMBACA
-Tenggelam Dalam Dosa- (Jenlisa)
FanfictionHaruskah ini kujadikan takdir? tidak!! aku juga manusia biasa yg ingin bahagia dan menikmati hidupku layaknya pada umumnya_LISA