Twenty Four

10.8K 901 143
                                    


Dengan telaten Jennie mengobati luka di ujung bibir Lisa dengan jantung berdebar, ia merasa seperti dirinya baru pertama jatuh cinta dulu terhadap Lisa, tidak jarang mata kucingnya menatap intens pada bibir warna merah muda yg amat menggoda, sungguh ia merindukan bibir itu sekian lama tidak merasakannya kembali. Entah kenapa gadis bermata kucing itu seakan akan seperti anak ABG yg sedang di mabuk asmara hanya karna saat ini tengah mengobati luka Lisa seperti sinetron anak labil sedang jatuh cinta.

Sementara gadis tampan nan rupawan yg tengah di obati, ia harus mati matian menahan nafas di karenakan jarak yg sangat intim dengan istrinya membuatnya sesak dan layu seketika. Bukan hanya dada yg sesak tetapi jaka keperkasaannya yg amat mencekik area selangkangannya yg memberi ereksi hebat hingga benda itu menyembul memenuhi celana kerjanya. Wajah memucat beserta mata layu yg terus mencuri curi pandangan pada sesutau yg sangat menggiurkan tepat di depan wajahnya yg myaris terlihat dari belahan Dress yg cukup mini. Terjepit sekal oleh segaris tali warna bening di tambah ekor matanya mendapati bibir mungil yg tampak manis dan sedap membuatnya tidak tahan ingin segera menyerangnya. Sungguh adiknya di bawah sana seolah ingin mendobrak celananya yg sudah menyiksa dirinya menahan birahi yg hampir ke ubun ubun. Tetapi sepertinya gengsi adalah tujuan utama dan di jadikan garis keras untuk saat ini hingga cukup menahan diri sampai wajah dan telingnya terasa panas.

"Sudah" Jennie berucap pelan seraya mengusap pipi sang suami penuh perasaan membuat aliran darah di tubuh Lisa membeku dengan rasanya di elus tangan halus dan lembut

Dengan telaten Jennie melepas blazer Lisa kemudian ia letakan di atas sandaran sofa

*BRAK

"Daddy! Daddy kenapa? Essy mendengar dari bibi daddy terluka" Essy berseru dengan histeries yg kini sudah duduk di samping Lisa setelah mengejutkan kedua orang tuanya alhasil suara pintu kasar

"Sayang..daddy tidak apa apa, daddy hanya sedikit luka" Jawab Lisa dengan senyum terukir lembut dan mengusap lengan Essy

"Tidak apa apa bagai mana? Wajah daddy terluka" Essy menatap sang Daddynya sendu dengan air mata sudah berderai

"Sudah, jangan menangis sayang! Daddy tidak apa apa" Lisa mengusap air mata Essy dengan sayang

"Siapa pria itu daddy? Akan essy bunuh karna sudah melukai daddy essy!" Ujar Essy menatap Lisa berkaca kaca

Jennie menghela nafas pelan ia lantas menatap Essy lembut.

"Sayang..dia itu anak om yogi kaka dari kakekmu, dia om mino yg tinggal di jerman sebelum kau di lahirkan" Terang Jennie lembut

"J-jadi dia sepupu mama? Lantas kenapa menyakiti daddy?" Terlihat raut kesal tersirat jelas di wajah Essy

"Sayang, sudah ya? Daddy tidak apa apa! Essy sudah makan?" Tanya Lisa yg tidak ingin memperdebatkan masalah ini lebih jauh

"Sudah...essy khawatir pada daddy" Essy memeluk Lisa manja

Senyuman tulus mengembang di bibir Lisa dan mendekap anaknya dengan mengecup pucuk kepala Essy.

Hati Jennie sungguh berbunga bunga melihat Lisa yg tidak pernah luput memberikan kasih sayang terhadap anak anaknya dan memanjakannya dengan cara apapun selain kasih sayang. Jika teringat ke sana rasanya ia ingin mati sajah saat ini juga yg sudah menyia nyiakan waktu bersama keluarganya. Dirinya telah di limpahi oleh penyesalan yg beripat lipat karna sudah meninggalkan moment terindah bersama keluarganya bahkan penyesalan itu semakin menampar hatinya yg sudah membiarkan suaminya membesarkan kedua anaknya dalam seorang diri. Berputar masa kemarinnya dirinya sendiri  sajah merasa tidak pantas untuk di sebut seorang ibu. Ia berani bersumpah bahwa kini ia sungguh menyesal sudah mencampakan orang seperti Lisa yg sempurna itu. Ia pun bersumpah pada dirinya sendiri bahwa mulai saat ini akan menebus semua kesalahannya dan menjadi ibu juga istri yg baik.

-Tenggelam Dalam Dosa- (Jenlisa) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang