"Tapi apa sus?" Tanya Lisa tidak sabaran di campur perasaan khawatir yg lain pun merasakan hal yg sama sambil menatap Suster menunggu jawabannya.
Suster menghela nafas ia lantas melihat wajah semua orang di depannya yg tampak tegang.
"Tapi nona jennie terus menyebut namaa lice. Siapa dia?" Ujar Suster merasa penasaran pada nama tersebut
Semua orang mengusap dada lega lantaran ternyata di beri jawaban yg tidak mengkhawatirkan.
"Dia putraku sus, ini dia" jawab Lisa menyentuh kepala Lice yg masih berada di gendongan Jisoo
"Oh...tampan sekali. Baiklah. Lebih baik silahkan kalian masuk, tapi tolong jaga ketertiban karna kondisi pasien cukup mengkhawatirkan" Jelas Suster seraya memberi senyuman ramahnya.
"Baik sus, terima kasih" Balas Tuan Kim sopan pula
Suster mengangguk kemudian ia pergi membiarkan semua orang masuk pada ruangan Jennie.
Tiba di dalam. Semua mata tertuju pada Jennie yg tengah berbarung lemah yg kini menatap pada orang orang yg baru memasuki ruangannya. Pertama yg menjadi tujuan mata Jennie pada Lisa. Tersirat jelas di mata Jennie penuh kekecewaan serta kesakitan yg amat dalam begitu wajah suaminya spontan mengingatkan kejadian beberapa jam yg lalu. Dadanya kembali sesak hatinya serasa di cabik cabik oleh ribuan tombak. Pikirnya. Meski sakit di khianati oleh suaminya akan tetapi lebih sakit jiga suaminya bermain api dengan kakanya sendiri seperti menjilat ludah sendiri. Memikirkan hal tersebut Jennie meremas kepalanya yg mendadak cenat cenut sakit bukan main.
"Sayang.. kau tidak apa apa?" Ibu Jennie segera mendekat dan mengusap tubuh sang anak
Jennie menggeleng pelan dengan wajah makin pucat.
"Mama..." Essy kembali menangis sambil duduk di kursi samping ibunya
Jennie tersenyum lemah tangannya terangkat untuk mengusap wajah putrinya. Essy segera membantu tangan ibunya untuk menyentuh wajahnya
"M-mama baik baik sajah. Jangan menangis!" Ucap Jennie pelan. Essy diam sambil terisak
"L-lice mana?" Jennie melihat ke arah sekitar sebab sejak tadi Jisoo berdiri di samping Jungkook sambil menggendong Lice. Kontak batin yg kuat begitu Jennie menyebut namanya. Lice langsung menangis seakan amat merindukan ibunya. Jisoo pun dengan waswas mendekati Jennie membawa Lice
Hati Jennie semakin pilu melihat mata putranya yg sembab yg kini masih menangis. Jennie ikut meneteskan air mata yg tidak tega melihat bayinya mengibakan.
"S-sayang..sini" Jennie berusaha bangkit untuk duduk. Reflek Lisa ia segera mendekat membantu sang istri namun belum juga menyentuh tubuhnya Jennie bicara
"Aku tidak membutuhkan bantuanmu!"
Deg
Praktis Lisa diam di tempat dengan hatinya yg terasa di tusuk panah.
Melihat situasi seperti itu. Tuan Kim tidak diam, ia membantu Jennie duduk dan di bantu oleh Essy. Begitu Jennie sudah duduk ia menatap Jisoo datar.
"Kemarikan anakku. Dan kau pergi dari hadapanku. Aku tidak sudi meliaht wajah kalian berdua!"
Semua orang diam mendengar ucapan tajam Jennie yg bermaksud kepada Jisoo dan Lisa.
Jisoo sadar dan mengerti perasaan adiknya. Jisoo mengangguk sedih kemudian memberikan Lice pada Jennie.
"Ma-maafkan aku...aku memang pantas untuk kau benci! Tapi tolong maafkan aku!" Seru Jisoo menunduk malu di sertai rasa penyesalan yg begitu besar
Semua orang diam, tidak ada yg berani bicara dalam ke adaan tegang seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
-Tenggelam Dalam Dosa- (Jenlisa)
FanfictionHaruskah ini kujadikan takdir? tidak!! aku juga manusia biasa yg ingin bahagia dan menikmati hidupku layaknya pada umumnya_LISA