CG-15. PPC Squad

1.6K 84 18
                                    

"Dari kamu aku mengerti, ternyata rasa nyaman bukan acuan yang terpenting untuk kamu bisa membalas perasaanku"

-Aditya Fedrosa-

C R A Z Y G I R L•

Vote + Comment

Instagram : @rachma.arsyad

Happy Reading > <

-oOo-

Dengan helaan napas panjang, mata sipit gadis itu masih setia menunggu notifikasi dari Maudy—sahabatnya. Baru satu hari tanpa melihat Pangeran disekolah membuat gadis yang sedang duduk dengan menopang dagu itu merasa gundah gulana.

Maudy, Pangeran, dan Aldi yang ditugaskan mewakili SMA Taruna, sudah berangkat sejak kemarin, bersama pak Eko tentunya yang merupakan pendamping mereka.

Berhubung tempat pelaksanaan Olimpiade Matematika Nasional tingkat SMA  berada di luar kota, membuat Febby tidak bisa melihat Pangeran. Andai tempat diadakan Olimpiade itu berada di ibu kota, sudah pasti Febby tidak akan tanggung-tanggung untuk menyusul Pria yang di sukainya, hanya untuk melihat dan memberikan semangat.

Febby sudah mengirim pesan beruntun, tapi tertanda disana hanya conteng satu abu-abu. Keinginan Febby sekarang yaitu Maudy mau melakukan apa yang diinginkannya. Memfoto kegiatan Pangeran dan mengirimkannya segera. Jujur saja Febby tak punya satupun foto milik Pangeran. Ia tak pandai menjadi paparazi. Yang dapat memfoto seseorang dengan diam-diam.

Ponsel Febby berdering, dengan secepat kilat ia melakukan pergerakan mengecek ponselnya. Memastikan bahwa itu berasal dari Maudy. Tapi nyatanya tidak, itu adalah notifikasi grup Chat dari PPC Squad. Entah kenapa grup Chat itu selalu ramai, mungkin dikarenakan dominan para anggotannya adalah jomblovers .

Febby mencoba mengirim pesan Whatsapp kepada Aldi. Berharap pria itu dalam keadaan Online. Namun nyatanya tidak, baik Maudy maupun Aldi, tak ada yang aktif. Sepertinya nasib baik tidak berpihak kepada Febby kali ini. 

Tertinggal satu peluang lagi, untuk bisa mendapatkan foto Pangeran. Pak Eko, iyya pak Eko. Tapi haruskah? Entah mendapatkan pencerahan dari mana? Febby berniat untuk mengirim pesan kepada guru itu. Tidak tidak, Febby tiba-tiba membatalkan niatnya. Teringat bahwa pak Eko adalah seorang jomlo dari embrio membuat Febby bergedik ngeri.

Febby menghelai napas panjang, ia benar-benar tidak tahu ingin berbuat apa? Andai Pangeran tidak memblokirnya waktu itu, ia tidak akan repot-repot seperti ini. Ia pasti sudah mengirim pesan kepada Pangeran sedari tadi. Febby memandang ponselnya dengan nanar.

Febby menolehkan kepalanya kearah Adit yang duduk diseberang bangkunya. Pria berlesung pipi itu tampak asik dengan dunia gamenya.

"Ditt?" panggil Febby yang tak mendapatkan sahutan apa-apa.

"ADIIIIT WOOYY," Febby yang merasa terkacangi lantas berteriak. Tak peduli tatapan sinis yang ditunjukan teman-teman sekelasnya. Gadis itu selalu saja berteriak tiba-tiba, membuat siapa saja yang mendengarnya ingin menerkam Febby hidup-hidup.

"Apa sih, Feb? Gue lagi main jangan nge-ganggu!" titah Adit tanpa menoleh, bahkan tatapannya masih setia kepada benda pipih berteknologi canggih itu.

"Lo Mabar sama siapa sih? Seru banget kayaknya?"

"Sama si Reyhan, mantan lo, haha," Adit tertawa hingga lesung tercetak jelas dikedua pipinya, yang dapat membuat siapa saja kaum hawa yang melihatnya merasa meleleh. Eitss tapi tidak dengan Febby, malah gadis itu merasa biasa saja tak ada yang istimewa di balik tawa maupun senyum Adit.

CRAZY GIRL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang