CG-24. Pelarian atau Pelampiasan?

1.6K 76 3
                                    

"Tak pernah kupungkiri rasa yang awalanya membuatku bahagia justru membawaku kepada rasa sakit yang sesungguhnya"

• C R A Z Y G I R L •

Vote + comment > <

Follow lapak akun ini juga :)

-oOo-

Febby menatap gadis disebelah Adit seraya mengingat-ingat. Sepertinya ia pernah melihat dia sebelumnya tapi dimana?

Berwajah sedikit tembem, tidak terlalu tinggi, berbola mata besar, hidung mancung, rambut terurai panjang, memiliki senyum yang khas. Cukup cantik menurut Febby. Dan jangan dilupakan ia adalah anggota PMR.

Maya Amalia Liviana? Diam-diam Febby membaca Name tag seragam siswi dihadapannya ini.

Siswi yang bername tag  Maya itu bangkit dari duduknya, "Kenalin kak, aku—"

"Ohh lo cewek yang di mading tadi pagi kan?" sahut Febby memotong ucapan gadis itu. Iya! Febby ingat sekarang, mendengar suaranya membuat ia mengingat kembali.

"He he he iya kak," Maya menyengir. "Aku yang di mading tadi. Kenalin, aku Maya."

"Oh Maya. Aelah santai ajah gak usah pakek aku-akuan bisa pakek lo-gue kan?"

"Iya kak gue bisa kok!" ucapnya lalu diangguki oleh Febby. Urusannya bersama gadis itu telah usai. Kini arah pandang Febby beralih pada Adit yang nampak santai. Tidak mengubris kedatangan Febby sedari tadi. Nampak sibuk dengan gitar yang dipangkunya.

"Dit, gue mau ngomong sesuatu!"

"Ngomong ajah kali," sahut Adit tenang. Hampir tak berekspresi. Menatap Febby saja tidak.

"Tapi gue maunya berdua," tutur Febby seraya melirik Maya sekilas.

"Eum. Gue pamit kalo gitu kak!" Maya yang sadar diri dengan ucapan Febby barusan. Lebih memilih pamit tidak ingin menjadi pengganggu keduanya.

"Jangan!" Adit bangkit dari duduknya. Mencegah Maya untuk pergi. "Lo jangan pergi. Urusan gue buat ngajarin lo main gitar kan belum kellar."

Memang benar Maya bersama Adit tadi, karena ia meminta Adit untuk mengajarinya. Hampir satu sekolah tahu bahwa Adit sangat mahir dalam memainkan alat musik petik itu.

Kening Febby berkerut heran. "Tapi Dit, gue mau ngomong penting sama lo," ucapnya pada Adit lalu berganti pada Maya, "gue harap lo ngerti. Lo pergi dulu yah!" usir Febby dengan nada halus.

"Iya kak, gue pergi."

"Jangan gue bilang! Lo tetap disini. Jangan kemana-mana!" larang Adit.

Maya benar-benar dilanda kebingungunan. Siapa yang akan dipatuhinya? Febby ataukah Adit? Pergi? Ataukah tetap disini?

"Dit, lo kenapa sih?" tanya Febby.

"Lo yang kenapa? Datang-datang langsung ganggu. Kalo lo mau ngomong? Ngomong ajah! Gak usah usir-usir Maya!" Adit menampakkan ketidak sukaannya pada kehadiran Febby.

"Kak Adit, mendingan gue pergi ajah yah. Gue gak enak," ucap Maya raut wajahnya begitu memohon tapi sikap Adit yang mendadak menjadi keras terus saja melarangnya pergi.

"Gue mohon lo pergi. Lo bisa temuin Adit setelah urusan gue sama dia sudah selesai. Please!" Febby memohon bahkan kedua telapak tangannya sudah ia letakkan didepan dada. Menandakan ia sangat-sangat memohon.

"Kak Adit biarin gue pergi yah! Kayaknya urusan kak Febby lebih penting daripada gue!"

"Tapi lo lebih penting bagi gue, May!"

CRAZY GIRL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang