"Pada nyatanya Fajar dan Senja itu berbeda. Senja memang indah tapi Fajar lebih baik daripada Senja. Fajar memulai hari yang baru, sedangkan Senja mengakhiri."
• C R A Z Y G I R L •
Tenda berwarna Orange itu terbuka lebar. Menampakkan seorang gadis dengan bibir pucatnya. Rambut yang awut-awutan mirip seperti Tarzan, ia berjalan dengan langkah pincang ditengah sekitar masih dalam kegelapan. Namun, arah tujuannya itu mengarah pada cahaya yang indah diujung sana.
Tak kuat berdiri, Febby memilih duduk ditanah yang sedikit basah karena hujan kemarin malam yang mengguyur, ditambah lagi embun yang tebal. Walapun celana yang dikenakan Febby sudah gadis itu pastikan akan kotor, ia malah membiarkan saja. Seolah tak peduli.
Melirik pergelangan kakinya yang telah diperban, bibir pucat itu tersenyum hambar. Mengingat kejadian kemarin malam membuat dirinya tidak bersemangat lagi.
Febby merasakan sesuatu mendarat di bahu kanannya. Sedikit kaget karena masih keadaan gelap, berganti menjadi helaan napas legah saat mengetahui bahwa Adit tahu-tahu saja sudah duduk disampingnya.
"Ngapain lo disini? Sendiri lagi? Diculik tuyul tau rasa lo, haha." diakhiri tawa receh dari Adit untuk mencairkan suasana.
"Yang ada gue yang culik tuh tuyul, buat jadi peliharaan. Kan lumayan, gue bisa kaya raya nanti. Hahaha." dibalas candaan juga dari Febby membuat suasana semakin hidup.
Adit tersenyum, akhirnya ia bisa mendengar tawa itu lagi, walaupun terdengar paksa.
"Kalau lo, ngapain disini?" tanya Febby.
"Mau liat Fajar."
Hening melanda untuk beberapa saat. Arah pandang keduanya fokus pada Sang Surya yang sebentar lagi muncul. Rona berwarna kemerah-merahan terbentang Horizontal diangkasa. Indah hanya kata itu yang mewakili semuanya.
"Lo gak biasanya bangun pagi, kayak gini. Febby yang gue tahu sih, pemalas. Kalau hari libur bangunnya paling cepat jam sebelas, paling lama yaah gak bangun-bangun."
Didetik berikutnya, sebuah toyoran mendarat sempurna dikepala Adit. "Resek emang lo!"
"Resek kayak ginipun gue yang selalu ada buat lo, Feb." ucapan Adit membuat arah pandang Febby mengarah pada pria yang masih setia menatap Fajar diujung sana.
"Iya-iya, lo yang selalu ada buat gue."
"Lo gak minat ngomong terima kasih? Apa gitu?" Adit menaik-turunkan alisnya seraya tersenyum jahil.
"Terima kasih Adit sahabatku ter-resek sejagad raya." lantas Febby merentangkan kedua tangannya mengenai leher Adit, pria itupun hampir terhuyung kebelakang karena terus saja menghindari tangan Febby.
Tak mau kalah, Adit mencubit kedua pipi Febby gemmas. Febby yang merasakan sesuatu sakit dipipinya berusaha agar Adit melepas cubitannya. Tapi nihil, tenaga Adit lebih kuat darinya. "Kalau gue resek, lo ngesellin." tukas Adit.
"Adiitt sakit, lepas!" seraya mencebikkan bibirnya kesal, Febby juga mengusap-usap pipinya, dikala Adit sudah melepas cubitan penuh gemmas itu. "Sakit tahu cubitan lo itu." ucap Febby bernada sedikit marah.
"Yah, maaf."
"Gue gak mau maafin lo!" tukas Febby tajam, Adit yang tidak menyangka Febby akan meresponenya seperti itu, lantas mengerutkan dahinya menyesal. "Sebelum lo ngasih gue Bakpao." ekspresi Adit mendadak berubah, ia memutar bola matanya, terlebih lagi melihat raut wajah Febby yang seperti memohon.
"Aelah Bakpao mulu." cibir Adit.
"Gue pengen Bakpao Adit. Lo kan tahu sehari tanpa Bakpao tuh kayak gak makan seribu abad."
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY GIRL [END]
Teen Fiction"Kesalahan terbesarku tak bisa mencintai siapapun selain kamu!" ••• Menceritakan tentang Febby Giovani, gadis gila pengincar Cogan disekolah. Cantik, tangguh dan pantang menyerah, berwajah tembem, bertubuh mungil, manja, bawel memiliki tingkat keper...