"Keinginanku tak banyak, hanya menginginkan dirimu, itu saja sudah cukup."
• C R A Z Y G I R L •
Suara sistem peralatan medis memecahkan keheningan, tetesan demi tetesan air impus terus mengalir di selang kecil yang terhubung di pembuluh darah, perban yang terikat mengelilingi kepala, serta masih banyak lagi peralatan medis yang terpasang di tubuh gadis itu.
Tepat disamping Febby, seorang pria dengan mata sembabnya terus menatap lekat. Derai air mata tak henti-hentinya mengalir dipipi itu. Merasa tak percaya semesta akan memberikan musibah berat yang kapan saja bisa merenggut nyawa gadis dicintainya ini.
Waktu terus berputar dan kini jarum jam menunjukkan angka 2 pagi di dinding ruangan. Adit masih setia dengan fokus tatapnya mengarah pada gadis yang tengah terbaring lemah.
"Maafin gue, Feb!"
Entah keseberapa kian kalinya Adit mengatakan itu pada Febby. Rasa bersalah yang berakhir permintaan maaf.
"Gue gagal."
Adit menjeda, ia menghelai nafas panjangnya.
"Gue gagal menjadi sahabat terbaik lo, menjadi orang yang selalu ada buat lo, menjadi orang yang mencintai lo, gue gagal dalam hal segalanya, Feb." Adit mengusap wajahnya penuh frustasi. "Gue gagal, Feb, gagal!" tambahnya kemudian merasa marah pada dirinya sendiri.
"Sorry and i love you."
-oOo-
Adit membuka matanya, suara dari peralatan medis itu begitu memekik telinga ia terbangun tiba-tiba. Dengan cahaya lampu temaram, Adit dibuat panik dengan keadaan. Adit panik bukan main, melihat kondisi Febby yang semula tenang kini dengan deru nafas yang tidak teratur pada alat Nebulizer di hidungnya.
Arah pandang Adit mengarah pada jam dinding ruangan, tepat jam 3 pagi. Apa yang harus dilakukannya?
"DOKTER!"
Adit berteriak kemudian berlari keluar ruangan mencari Dokter, tak memperdulikan apakah Dokter itu sedang beristirahat dan terlelap dalam tidur, yang dipikirnya sekarang adalah bagaimana kondisi Febby tetap stabil.
"Dokter!"
Tiba diujung lorong yang diketahui Adit adalah ruangan Dokter, Adit tanpa membuang waktu lagi langsung saja masuk dan melihat sang Dokter tengah tertidur lelap di meja. Mungkin saja Dokter itu tak sengaja tertidur.
"Dok, Bangun!"
-oOo-
"Kamu bisa keluar ruangan dulu!" instrupsi sang Suster kepada Adit yang berdiri ditepi ranjang sebelah Febby, Adit menggenggam erat tangan gadis itu, memberikan seluruh kekuatannya.
Sedangkan Dokter fokusnya mengarah pada Febby, memeriksa dan mengecek segala peralatan medis agar tak ada yang salah.
"Enggak Sus, saya mau disini. Saya mau lihat keadaan sahabat saya." tolak Adit.
"Tapi—"
"Enggak Sus, jangan larang saya disini. Saya mohon." pinta Adit penuh dengan permohonan, kemudian arah pandangnya kembali kepada Febby. "Yang kuat Feb, gue tahu lo kuat." lirihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY GIRL [END]
Teen Fiction"Kesalahan terbesarku tak bisa mencintai siapapun selain kamu!" ••• Menceritakan tentang Febby Giovani, gadis gila pengincar Cogan disekolah. Cantik, tangguh dan pantang menyerah, berwajah tembem, bertubuh mungil, manja, bawel memiliki tingkat keper...