"Bersama senja yang telah berpamitan, kamu dengan mudahnya mengahancurkan harapan, yang memang awalnya aku ciptakan."
• C R A Z Y G I R L •
Tenda-tenda semua telah dibangun, memadati puncak Gunung. Setelah menyantap makan siang bersama, kini para pendaki mencari kayu bakar untuk persiapan api unggun dimalam hari nanti.
Tanpa terkecuali, bahkan Pak Eko dan Bu Rena pun turun tangan untuk mencari kayu dari hasil ranting-ranting pohon yang jatuh di sekitaran. Banyaknya pepohonan yang tumbuh membuat pencarian kayu bakar tidak begitu sulit ditemui.
"Kak Febby, coba cari kayunya disekitaran sana! Mungkin banyak."
Maya menunjuk kearah pohon besar diujung sana, jaraknya yang lumayan jauh dari pohon itu membuat Febby awalnya ragu tapi dengan cepat Febby menepis keraguan itu dan memilih mengangguk setuju.
Dengan beberapa ranting kayu ditangannya, Febby berjalan mendekat kearah Pohon yang ditunjukkan Maya tadi. Dan benar saja, banyak ranting-ranting yang berasal dari pohon besar diatasnya berserakan ditanah.
Seraya memungut satu persatu, tiba-tiba timbul rasa aneh yang menggerogoti seluruh tubuh Febby. Entah kenapa menurut Febby suasananya berubah mencekam. Bulu kuduk Febby berdiri kala angin berhembus dengan kencangnya. Daun-daun kering beserta butiran debu tanah bertebrangan membuat penglihatan Febby tidak tampak begitu jelas. Maya serta teman-temannya yang lain awalnya ada disana kini tidak ada lagi dipenglihatan Febby.
Tak berselang lama, angin itu berhembus normal. Suara kicauan burung, suara daun-daun yang bergesek satu sama lain, serta cahaya Matahari yang berusaha menembus daun-daun yang rimbun, Febby memastikan bahwa sekarang suasananya kembali seperti sedia kala.
Menghelai nafas, Febby kembali memunguti ranting-ranting pohon sebanyak mungkin, mencoba melupakan kejadian beberapa saat lalu.
Ranting pohon yang sudah ia kumpulkan ditangannya menurutnya lebih dari cukup. Ia hendak kembali tapi matanya melihat kesebuah ranting yang baru saja jatuh dari pohon besar diatas Febby. Letak jatuhnya tidak jauh dari posisi gadis berkupluk putih itu, awalnya Febby menghiraukan tapi entah kenapa sisi lain dari dirinya ingin sekali memunguti ranting itu.
Tidak ingin berlama-lama, Febby mendekat kearah ranting yang mencuri perhatiannya. Dipungutnya lalu diletakkannya bersama kumpulan ranting lain yang berada ditangannya.
Bibir Febby ternganga melihat pemandangan didepannya. Bukan pemandangan indah tapi sebaliknya. Seraya meneguk saliva dengan susah payah, Febby memundurkan langkah. Tanpa sadar ia sekarang berada diujung pijakan tanah yang dibawahnya seperti jurang mematikan. Bahkan ada sebuah batu besar dibawah sana. Febby bergedik ngeri, ia tidak bisa membayangkan jika dirinya jatuh dan kepalanya terbentur dibatu besar itu.
Tidak...tidakk
Febby membuang jauh-jauh khayalan mengerikan yang baru saja melintas dipikirannya. Lagi pula Febby tidak sudi mati muda apalagi ditengah liburan mendaki seperti ini.
"Astagfirullah al-adzim."
Febby tersentak kaget kala sebuah tangan menepuk pundaknya. Ia langsung menghadiahkan toyoran keras kepada sang pelaku. Sang pelaku itu adalah Adit.
"Gue kaget tau nggak. Kalau gue jatuh terus kenapa-napa gimana? Ah, kalau gue sampai mati gimana? Dibawah tuh ada batu gede, kalau kepala gue kebentur gimana? Ya ampun, Dit. Gue gak mau." Febby merocos heboh bahkan sangat heboh menurut Adit. Cara bicaranya yang hampir tidak memiliki titik koma membuat Adit sampai bingung Febby berucap apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY GIRL [END]
Ficção Adolescente"Kesalahan terbesarku tak bisa mencintai siapapun selain kamu!" ••• Menceritakan tentang Febby Giovani, gadis gila pengincar Cogan disekolah. Cantik, tangguh dan pantang menyerah, berwajah tembem, bertubuh mungil, manja, bawel memiliki tingkat keper...