"Ku mohon beri aku kesempatan. Akan kupastikan, kamu akan merasakan rasa yang selama ini kamu sendiri abaikan."
• C R A Z Y G I R L •
Febby, Maudy, Adit dan Bobi baru saja keluar kelas, setelah mengahabiskan beberapa menit hanya untuk berbincang hal Unfaedah. Sesekali Febby dan Bobi adu mulut karena perbedaan pendapat. Adit dan Maudy yang hanya menjadi saksi juga tak dapat menahan tawa.
Seraya berjalan, Bobi menceritakan kesialan yang menimpa dirinya kemarin sewaktu pulang sekolah. "Gue sampe nyungsep ke selokan anjirt, gara-gara dikejar kerumunan Angsa."
Febby, Adit, dan Maudy langsung tertawa terpingkal-pingkal mendengar cerita Bobi.
"Pulangnya gue langsung bau comberan. Kampret tuh Angsa, sampe gue ketemu lagi. Gue tampol dia pakek sempak gue yang lebar."
Febby memegangi perutnya, sesekali ia menyeka air matanya yang entah kenapa keluar setelah mendengar cerita Bobi yang sumpah mengocok perut. Febby benar-benar membayangkan, bagaimana seorang gentong aer nyungsep disolokan penuh comberan.
"Anjirrt, hahaha. Selokannya gakpapa kan?" tanya Febby masih dengan gelak tawanya yang belum usai.
Bobi menatap Febby datar. "Malah nanyain kondisi selokan. Gue ragu, lo temannya selokan apa gue sih?"
Febby tidak menjawab, ia masih berusaha keras untuk mengontrol tawanya yang semakin menjadi-jadi.
"Goblok sih lo, emang lo ngapain sampe bisa dikejar angsa?" tanya Adit dibuat terheran-heran.
"Gak gue apa-apain. Cuma lemparin batu doang abis itu gue dikejar deh sampe nyungsep." jelas Bobi semakin memperparah tawa Febby.
Adit menepuk bahu Bobi pelan, berusaha menahan tawa lalu ia berkata. "Makanya, besok-besok jangan ngelempar pakek batu."
"Terus pakek apa dong?" tanya Bobi polos.
"Pakek otak lo."
"Suka tega lo sama gue, Dit. Kalo gue ngelempar otak gue, terus gue pakek otak apa?"
"Otak Angsa, haha." Maudy menyahut, membuat Bobi semakin merasa dirinya dibully.
Febby, Maudy dan Adit sudah tak kuasa menahan tawa. Membuat Bobi kesal adalah hal yang menyenangkan bagi ketiganya. Melihat ekspresi wajah Bobi saja sudah bisa mengundang tawa.
Pria bertubuh bongsor itu menghentak-hentakkan kakinya ke lantai koridor penuh kesal. Bisa-bisa roboh tuh sekolah.
Dua orang siswa yang tak sengaja lewatpun, berjalan terteler-teler seakan ada gempa yang dibuat-buat oleh hentakan kaki Bobi.
"Febby!"
Tepat setelah hendak melintasi kelas XI IPA-1 seseorang berseru memanggil nama gadis yang masih dikuasai oleh tawa yang tak kunjung reda. Melihat si pemanggil, dengan usaha besar Febby meredakan tawanya. Hal yang sama dilakukan Maudy dan juga Adit.
"Pangeran?"
Pangeran mendekat, aura pria jangkung itu seolah menyerap atmosfer kebahagiaan keempat sahabat itu. Tawa yang sedari tadi tercipta perlahan lenyap.
"Nih kotak makan lo!" disodorkannya kotak makan itu ke sang pemiliknya. Febby tanpa segan juga menerima. "Makasih." ucap Pangeran yang mampu membuat Febby merasa diterbangkan.
"Sama-sama Pangeran." balas Febby berusaha menyembunyikan rona merah dipipinya. Febby merasa malu. Padahal biasa malu-maluin.
Bobi bersikap biasa saja, Adit menunjukan wajah datar, Maudy tersenyum penuh kepalsuan. Siapa saja yang berada diposisi Maudy pasti akan merasa sakit, melihat sahabat sendiri begitu perhatian dengan pria yang dicintai, tapi Maudy bisa apa? Febby juga sahabatnya mana tega Maudy melakukan suatu hal yang dapat membuat jalinan persahabatannya renggang karena satu pria.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY GIRL [END]
Novela Juvenil"Kesalahan terbesarku tak bisa mencintai siapapun selain kamu!" ••• Menceritakan tentang Febby Giovani, gadis gila pengincar Cogan disekolah. Cantik, tangguh dan pantang menyerah, berwajah tembem, bertubuh mungil, manja, bawel memiliki tingkat keper...