CG-36. Hujan dan Gelap

1.6K 70 10
                                    

"Resiko patah hati adalah terlalu mencintai"

• C R A Z Y G I R L •

Langkah kaki itu tak terarah menembus kegelapan bersama cairan bening dimatanya yang terus mengalir, mewakili perasaannya yang terluka. Air mata itu bahkan telah tercampur oleh air hujan yang juga sama derasnya. Kini Bogor  menunjukkan jati dirinya sebagai Kota hujan.

Tak mempedulikan segala keadaan, langkah kaki itu memacu semakin cepat. Tanah yang digenangi air dan pakaian yang basah kuyub sama sekali tak dipedulikan gadis berkupluk itu. Hatinya hancur, harapannya juga lebur.

Kegelapan yang mendominasi segala arah pandang, hingga tak sadar bahwa ranting pohon yang tajam telah mengoyak pergelangan kaki gadis itu ketika berlari. Ia baru merasakan setelah sesuatu begitu nyeri yang ia rasakan disana. Tapi jujur saja, sakit di pergelangan kaki Febby hanyalah luka kecil jika dibandingkan luka yang ada di hatinya.

"Aah," Febby mendesah pelan. Bisa ia rasakan darah di kakinya sudah banyak yang keluar karena luka itu cukup lebar. Ditambah lagi ia sudah mengigil kedinginan, karena hujan tak kunjung mereda.

Tak ada tempat teduh. Febby membutuhkan pertolongan.

Febby terduduk ditanah yang becek, dengan sekuat tenaga ia menyeret dirinya sendiri kepada sebuah pohon besar yang tak jauh dari posisinya sekarang. Untuk berteduh dari hantaman air hujan sekaligus sambaran kilat dan gemuruh guntur yang sesekali terdengar.

"Tolong."

Suara itu terdengar parau. Bibir kecilnya mengigil kedinginan. Ia meringkuk badanya sendiri. Sesekali ia menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya satu sama lain untuk menciptakan hawa hangat, tapi hasilnya tetap nihil. Febby tetap kedinginan.

Jeduaaar

"ADIIIT!"

Febby refleks berteriak memanggil nama Adit bersamaan tangannya yang menutup kedua telingannya kuat. Cahaya kilat dan suara gemuruh guntur mengerikan itu terdengar sangat keras membuat Febby dikuasai oleh ketakutan. Ia butuh Adit sekarang.

Bahkan disaat Febby membutuhkan pertolongan, tak ada nama lain yang ia sebut selain Adit.

Febby terisak dengan bibir pucat. Gadis itu kehabisan tenaga. Dengan hujan yang menimpanya, matanya semakin lama semakin terpejam, hingga akhirnya kegelapan yang semula ia lihat, kini kegelapan itu menyambutnya kembali, bersamaan dengan tubuhnya yang roboh ke tanah.

-oOo-

"Feb, lo dimana?"

Teriakan itu begitu mencoba mengalahkan suara derasnya hujan. Dengan cahaya lampu seadanya dari blitz ponsel Adit. Ia mencoba mencari keberadaan gadis yang dicintainya.

Disaat keadaan seperti ini lah membuat Adit risau. Entah apa yang dilakukan Febby saat ini. Hujan, malam, sendirian, Adit bahkan merasa gagal untuk menjaga Febby seperti apa yang  dijanjikannya oleh Faizal— Pateng Febby.

Adit marah, merasa muak dengan dirinya sendiri. Seharusnya tadi ia mengejar Febby terlebih dahulu, bukannya malah menghajar Pangeran dan meluapkan emosinya.

"Febby lo dimana?" teriaknya dengan frustasi. "Sampai lo kenapa-napa, gue gak bakalan pernah maafin diri gue sendiri."

Tiba-tiba saja, suara gemuruh guntur menggeleggar, begitu terdengar sangat keras di indra pendengaran Adit. Dengan raut wajah cemas, hatinya dibuat tidak enak. Seperti ada seseorang yang kini tengah memanggil namanya dan suara itu berasal dari arah barat.

CRAZY GIRL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang