"Kumohon berikan aku sedikit jeda untuk bisa berhenti mencinta. Aku butuh istirahat sejenak untuk menyembuhkan luka yang terlanjur tercipta."
• C R A Z Y G I R L •
Mulut Bobi sudah sedari tadi menggerutu, mendomel tidak jelas. Mimik wajah pria bongsor itu juga tampak kesal. Dengan menggendong tas pribadinya yang besarnya, melebihi ukuran tubuhnya sendiri, ditangan kanan Bobi juga menenteng tas tak terlalu besar milik Febby.
"Kalau lo gak ikhas bantuin gak usah bantu! Ngaku-ngaku jadi temen, giliran temen minta bantuan ajah kayak gak ikhlas." tukas Febby tajam.
Bobi yang sadar dengan ucapan Febby yang sudah jelas mengarah pada dirinya hanya menghelai nafas kemudian memutar bola matanya. "Gue ikhlas kok Feb, ikhlas lahir batin tujuh turunan delapan tanjakan juga sekalian." dengan wajah yang dibuat manis-manis Bobi berusaha agar Febby tidak memecatnya dari hubungan pertemanan yang mereka rajut semenjak awal masuk SMA.
"Bagus."
"Andai lo bukan temen, gue udah tendang lo ke Uranus." ucap Bobi dengan nada pelan, saking pelannya Febby tidak mengerti Bobi berucap apa.
"Apa lo bilang?"
"Enggak Feb, lo cantik hari ini." alibi Bobi, entah kenapa Febby berubah menjadi singa betina sekarang. Garang.
"Gue cantik setiap hari. Thank you."
Adit yang sedari tadi menyaksikan kelakuan dua manusia yang tak pernah akur itu hanya menggelengkan kepalanya heran sekaligus terkekeh geli.
Semuanya sudah berbaris, siap untuk menuruni Gunung. Hanya menunggu aba-aba dari Pak Eko saja. Bahkan Adit juga sudah mempersiapkan punggungnya untuk digendongi Febby kesekian kalinya. Dengan kondisi kaki Febby yang masih proses penyembuhan, Adit tidak akan membiarkan sahabat perempuannya itu menuruni Gunung tanpa bantuannya. Ingat! tidak akan.
Sumpritan Pak Eko terdengar, memberikan aba-aba bahwa barisan terdepan dipersilahkan untuk menuruni Gunung disusul mereka yang dibelakang.
Adit sudah jongkok didepan Febby menyuruh gadis itu menaiki punggungnya. Febby yang baru saja ingin menuruti perkataan Adit, langsung terhenti tatkala suara seorang pria terdengar dari arah belakangnya.
"Febby biar gue yang gendong!"
Febby menoleh didapatinya Pangeran sedang berjalan kearahnya dan juga Adit.
"Feb, gak usah dengar apa kata dia. Lo naik ajah!" Febby mengangguk hendak menuruti ucapan Adit, namun dengan cepat Pangeran memegangi pergelangan tangan gadis itu. Hal yang pertama kali dirasakan Febby adalah tegang bukan main. Untuk pertama kalinya Pangeran bersikap seperti itu pada Febby. Ada apa?
Semua teman-temannya yang lain sudah menuruni Gunung, terkecuali seorang gadis yang sedari tadi memperhatikan adegan Febby, Adit dan juga Pangeran dengan dahi berkerut heran. Ia adalah Maudy. Sedikit heran dengan tingkah Pangeran yang seperti memaksa Febby untuk menuruti perintahnya.
"Feb, lo naik ke punggung gue! Gue yang gendong lo sampe Bus." tawar Pangeran datar tak berekspresi sedikitpun.
Benar dugaan Febby ada yang aneh pada Pangeran. Tapi apa? Kenapa pria itu tiba-tiba saja bersikap yang bahkan Febby tidak pikir sebelumnya. Pangeran memang sukar untuk ditebak.
Adit berjalan mendekati Pangeran, hingga kedua pria itu berhadapan dengan jarak yang sangat dekat. Febby hanya berdiri tepat dibelakang punggung Adit.
"Enggak. Gue gak akan biarin Febby dekat-dekat sama lo! Semenjak Febby ketemu lo, hidup dia sengsara. Dia sering nangis, dan itu semua karena lo!" diakhiri telunjuk yang mengarah di dada Pangeran dengan kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY GIRL [END]
Fiksi Remaja"Kesalahan terbesarku tak bisa mencintai siapapun selain kamu!" ••• Menceritakan tentang Febby Giovani, gadis gila pengincar Cogan disekolah. Cantik, tangguh dan pantang menyerah, berwajah tembem, bertubuh mungil, manja, bawel memiliki tingkat keper...