"Kamu curang! Kamu bisa bikin aku jatuh cinta dengan mudah. Sedangkan kamu? Membalasnya saja tidak"
•C R A Z Y G I R L•
-oOo-
Bugh
Bugh
Bugh
Tangan yang berlapisi sarung tinju itu terus saja meninju keras samsak tinju yang bergelantungan. Seraya meluapkan segala amarah sekaligus emosinya. Tak peduli rasa lelah sekaligus sakit yang dirasakan pria yang hanya memakai kaos putih oblon itu. Buliran keringat pun saling berjatuhan dipelipis, leher serta lengannya, bahkan kaos yang dikenakannya pun basah karena cucuran keringatnya sendiri.
Febby bakalan berusaha buat Pangeran bisa suka sama Febby!
Pangeran benci yah sama Febby? Febby harus gimana? Agar Pangeran bisa suka?
Apa Febby kurang cantik? Atau kurang menarik?
Deretan pertanyaan yang diajukan Febby ke Pangeran sewaktu dikantin terus berputar dikepala Adit. Seolah menguasai semua organ tubuh pria itu.
Tenaga Adit bertambah dua kali lebih keras untuk memukul samsak tinju itu. Dengan bola mata yang memerah karena sudah menahan sakit sedari awal pun tak dihiraukan sama sekali. Rasa sakit yang dirasakan ditangannya belum cukup kuat dari pada rasa sakit dihatinya.
Adit tak pernah menduga bahwa mencintai Febby akan semenyakitkan ini!
"ARGHSSSS!"
Adit terduduk lemas dibawah lantai tempatnya biasa berlatihan tinju jika waktunya benar-benar kosong. Ia biasa ke tempat ini, karena pemilik tempat latihan tinju adalah Saudara Papanya.
Napas Adit memburu. Celana sekolahnya pun masih terpasang sempurna di kakinya, sedangkan Baju sekolahnya ia biarkan tergeletak begitu saja dilantai.
"GUE BENCI DIRI GUE SENDIRI!" teriak Adit seraya mengusap wajahnya kasar. Sedetik kemudian ia mengingat kembali apa yang dilakukannya hari ini untuk Febby.
Flashback on
"Sialan!" umpat Adit, lalu matanya beralih pada Febby yang menunduk lesuh. "Gue juga kayak gini karena lo. Demi lo. Demi kebaikan diri lo sendiri. Terserah deh capek gue ladenin lo mulu!" ucap Adit sebelum memutuskan keluar dari kelas meninggalkan Febby seorang diri.
Adit sempat memandang Febby didalam kelas sebentar, hingga pada akhirnya langkah kakinya membawanya pergi.
Adit memutari seluruh penjuru sekolah. Ia tidak tahu ingin kemana. Alam pikirannya kacau, hatinya gundah gulana, dan langkah kakinya berjalan tanpa arah tujuan dan kepastian.
Hingga pada akhirnya kakinya membawanya pergi menuju lorong loker yang sepi. Ia terduduk diujung pojok disana. Memejamkan mata, menenangkan jiwa, raga dan hati yang terluka.
Dalam keheningan dengan sangat jelas indra pendengaran Adit mendengar suara sepatu yang beradu masuk ke area lorong loker dan berjalan dibalik jejeran loker yang diposisinya sekarang.
Samar-samar Adit mendengar suara pembicaraan. Hingga otaknya menyimpulkan terdapat dua orang yang saling berbicara disana.
Awalnya Adit tidak mengubris dan memilih mengabaikan. Namun lagi-lagi otaknya berpikiran bahwa ia tidak asing dengan suara itu. Sangat sering didengarnya. Otaknya menebak-nebak siapakah itu sebenarnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY GIRL [END]
Teen Fiction"Kesalahan terbesarku tak bisa mencintai siapapun selain kamu!" ••• Menceritakan tentang Febby Giovani, gadis gila pengincar Cogan disekolah. Cantik, tangguh dan pantang menyerah, berwajah tembem, bertubuh mungil, manja, bawel memiliki tingkat keper...