"setidaknya dengan bikin lo benci sama gue, gue bakal ada teruskan dipikiran lo?"
Pagi hari yang mendung itu Sagara berangkat ke sekolahnya. Ia mengendarai Motor Sport hitam kesayangannya dan mengenakan Jaket berwarna navy yang biasanya Sagara kenakan.
Sagara turun dari motornya, bersamaan dengan Akina yang turun dari mobilnya, mereka berdua bertatapan. Sagara pun berdiri di belakang motornya, menunggu Akina lewat dihadapannya.
Akina sedang menunduk melihat layar Hpnya dengan senyum yang ia tampilkan
Dengan sengaja, Sagara mengulurkan kakinya di depan Akina yang membuat gadis itu jatuh tersungkur di depannya.
Setelah jatuh, Sagara mengulurkan tangannya di hadapan Akina.
"aduh? Sakit ga? Makanya kalo jalan juga liat ke bawah. Bisa berdiri ga? Mau gue gendong?"
Akina melihat Sagara dengan tatapan tajam. Ia mengambil Hpnya yang terjatuh dan berdiri di depan Sagara dengan kepala yang sedikit mendongkak, karena perbedaan tinggi badan.
"LO SENGAJA KAN NYANDUNG GUE?!"
"ih! Lo mah kalo ketemu gue bawaanya berburuk sangka terus. Dosa Kin, dosa"Sagara tersenyum mengejek ke arah Akina yang mukanya merah padam, lalu tatapannya turun ke lutut Akina yang berdarah.
Senyum Sagara menghilang seketika.
"HALAH! GA USAH CERAMAHIN GUE! NGAKU LO SAGA! LO SENGAJA KAN?!"
Sagara berjongkok di hadapan Akina, ia melihat keadaan Lutut Akina yang mengeluarkan darah.
"lutut lo ga papa kin?" tanya Sagara yang mendongkak ke arah Akina.
Akina menendangkan kakinya kedepan. "GAUSAH SOK PERDULI SAMA GUE!" Akina melangkahkan kakinya pergi dari tempat parkiran. Dan tentunya juga dari Sagara yang masih berjongkok.
---
Radendelvinn
Kin?
Katanya tadi lo
Disandung sama
Sagara ya?Ga disandung si
Cuma gue aja yang jalan
Ga liat liat den.
Kenapa nanya gitu?Serius? Disandung kali?
Udah di obatin belum?Iya engga. Belum nih
Belum sempet ke UKS.Oh gitu.
Coba lo keluar kelas
Bentar ajaNgapain?
Read
Akina berjalan keluar kelasnya dengan bertanya tanya dalam hatinya, saat keliar dari kelas, Akina mendapati Raden tengah di depan kelasnya."eh Raden! Ada apa lo kesini?" tanya Akina dengan raut wajah yang bahagia.
Tatapan Raden mengarah kepada lutut Akina.
"tuh diobatin. Ntar infeksi"
Raden menyerahkan sebuah kantong keresek kecil berwarna putih kepada Akina yang senyum senyum tidak karuan
"ih, padahal ga usah loh. Makasih ya, Den? Perhatian banget si lo" ucap Akina sembari menampilkan senyuman yang sangat manis versi Akina.
"ya"
Raden pergi menjauhi kelas Akina. Akina pun menatap punggung Raden yang semakin mengecil dan akhirnya berbelok dan tidak terlihat lagi.
