Bagian dua puluh sembilan

53.6K 2.4K 59
                                    


Sebelum baca ada baiknya tekan tombol bintang yang ada di bawahh!!

Udah?

HAPPY READING!!!

====


Vanya masih merenung memikirkan kejadian yang membuat hatinya hancur berkeping-keping. Yang membuat harapan yang tadinya ia kira nyata berakhir sia sia. Sebuah hubungan yang ia kira akan menjadi lebih baik. Malah menjadi lebih buruk. Seseorang yang membuatnya percaya akan dongeng Cinderella adalah orang yang membuatnya jatuh sejatuh jatuhnya.

Vanya masih setia berada di kelas padahal bel sekolah sudah berbunyi, sedari tadi ia di kelas hanya melamun bahkan ia sudah melewatkan pelajaran hanya karna hal tidak penting itu.

Clara melihat sahabatnya yang selalu melamun pun sebenarnya kasihan, tapi ia tidak bisa ikut campur dalam masalah ini. Karna Clara tau itu hanya akan memperburuk keadaan.

"Va, you okey?" Tanya Clara.

Vanya menoleh ke arah Clara."aku gapapa kok ra" jawab Vanya sambil tersenyum.

"Kita pulang yuk" ajak Clara.

Vanya menoleh ke arah Clara sejenak."Kamu duluan aja, aku masih ada urusan nih. Kan kamu tau sekarang aku udah ikut eskul hehe" jawab Vanya seraya terkekeh.

Clara memutar bola matanya malas."Iya deh, yang sibuk mah. Yaudah gue duluan ya lo hati-hati" jawab Clara seraya bangkit dari duduknya dan pergi keluar kelas meninggalakan Vanya.

Gue tau lo lagi sedih Va, lo cewek kuat Va  -batin Clara.

Vanya menghela nafasnya kemudian ia membereskan bukunya dan memasukan nya kedalam tas, setelah itu ia juga keluar dari kelas dan berjalan menuju ruang eskul.

Ketika Vanya berjalan di koridor sekolah, tak sengaja ia melihat Reygan yang sedang duduk seraya memainkan ponselnya, ia pun tersenyum. Namun sedetik kemudian senyum itu hilang ketika ia melihat gadis yang berada di samping Reygan dan mereka terlihat sangat bahagia. Vanya tersenyum getir melihat itu kemudian ia melangkahkan lagi kakinya menuju ruang eskul.

Reygan yang tak sengaja melihat keberadaan Vanya pun bangkit dari duduknya dan mengejar Vanya berniat untuk menjelaskan tentang apa yang Vanya lihat.

"Kamu mau kemana?" Tanya Abella. Gadis yang berada di samping Reygan.

"ada urusan sebentar" jawab Reygan dan pergi meninggalkan Abella.

Reygan terus mengejar Vanya, sampai langkahnya terhenti kala melihat Vanya yang sedang berdiri di dekat mading seraya melihat lihat kegiatan di mading hari ini. Reygan tersenyum samar dan berjalan mendekat ke arah Vanya."Va" panggil Reygan.

Vanya menoleh ke arah samping, betapa terkejutnya ia kala melihat Seseorang yang ia dambakan ada di samping nya.

Vanya hanya tersenyum ke arah Reygan, tapi senyum itu membuat hati Reygan teriris kala melihatnya.

"Gue tau, lo pasti marah sama gue. lo boleh pukul gue atau tampar gue, gue rela Va" lirih Reygan.

Lagi lagi Vanya hanya tersenyum."Buat apa aku tampar kak Reygan? Emang kak Reygan salah apa? Dan buat apa juga aku marah?" Ucap Vanya sambil terkekeh miris.

Reygan tersenyum getir melihat Vanya yang mencoba tegar, ia tau Vanya sebenarnya kecewa dengan nya. Tapi mengapa gadis itu masih bisa tertawa seakan tidak ada beban.

"Va, serius lo gak marah kan? Lo masih mau bertahan sama gue kan?" Lirih Reygan seraya membawa Vanya ke dalam pelukannya.

Vanya hanya diam tidak menerima pelukan Reygan, karna setiap kali Vanya memikirkan Reygan pasti hatinya selalu sakit.

Vanya melepas pelukan Reygan dan beralih menatap Reygan dnegan tatapan serius. "Kak aku boleh minta sesuatu?" Tanya Vanya.

Reygn mengangguk. "Anything for you" jawab Reygan.

Vnaya tersenyum. "Aku mohon pergi dari hidup aku dan tolong jangan suruh aku untuk bertahan dengan hubungan ini, kita jalanin aja hidup masing-masing seperti semula, waktu aku belum kenal kak Reygan." lirih Vanya dengan air mata yang masih tertahan.

Reygan terpaku tak percaya mendengar itu. "Enggak Va, lo harus tetep bertahan sama gue. Gue bakal jelasin yang sebenernya ke Elo kalo Gue sama Abella itu—" ucap Reygan terpotong.

"Kak, aku yakin cewek yang kak Reygan sebut itu jauh lebih baik dari aku" lirih Vanya. "Aku mohon jangan sakitin perempuan itu, dan lupain aku. Aku permisi" lanjut Vanya setelah itu meninggalkan Reygan yang masih mematung tak percaya.

Reygan mengacak-acak rambutnya frustasi "Vanya Dengerin gue dulu!!" Pekik Reygan seraya mengejar Vanya.

Vanya berhenti tanpa menoleh. "Gak ada yang perlu di jelasin lagi, di sini aku yang salah, aku yang terlalu berharap. Dan semoga bahagia kak" dan setelah mengatakan itu Vanya kembali berjalan menjauhi Reygan.

"Apa karna Cowok yang di ruang eskul itu, lo jadi tinggalin gue!!" Pekik Reygan.

Vanya menoleh ke arah Reygan dengan pandangan menahan amarah. "Ini sama sekali gak ada hubungan nya sama kak Adit! Dan jangan sangkut pautkan seseorang yang gak salah!!" Jawab Vanya.

Reygan berjalan mendekat ke arah Vanya. "Jadi namanya Adit, oh lo suka sama dia?" Tanya Reygan sinis.

Mata Vanya membulat sempurna. "Kenapa kak Reygan mikir gitu?" Tanya Vanya.

"Yaa, buktinya lo ninggalin gue dan gak mau bertahan demi gue" jawab Reygan.

Vanya mengehela nafasnya. "Buat apa bertahan kalo ujung-ujung nya sia sia? Buat apa berjuang kalo udah tau akhirnya di buang? Kak Reygan tuh egois. Kak Reygan yang suruh aku bertahan dan tetep berjuang tapi kak Reygan sendiri yang runtuhin pertahanan aku. Kak Reygan itu gak pernah ngertiin Aku! Kak Reygan itu egois! Aku kecewa." Ucap Vanya dengan suara naik satu Oktaf, Vanya merutuki dirinya yang bisa bisanya menangis di hadapan Reygan.

"Lo gak tau gimana rasanya jadi gue, gue lebih kecewa dari lo!" Jawab Reygan. "Gue kecewa sama diri gue sendiri, gue pengecut karna gue gak bisa milih" lanjutnya dalam hati.

"Terserah! Aku capek. Intinya trimakasih atas semua harapan yang kak Reygan kasih ke aku,dan semoga langgeng sama tunangannya" ucap Vanya. "Aku pamit kak" lanjutnya dan benar-benar meninggalakan Reygan.

Sepeninggal Vanya Reygn benar-benar kacau ia mengacak acak rambut nya frustasi.

"GUE TAU GUE EGOIS VANYAA!!!" pekiknya keras.

"Tapi apa salah kalau gue egois buat pertahanin cinta gue" gumannya dan kemudian pergi meninggalkan koridor sekolah yang menjadi saksi bisu pertengkaran mereka.

Di sisi lain gadis dengan manik mata biru itu menahan tangisnya dan menyimpan luka di balik sebuah senyuman manisnya. Gadis yang tak lain dan tak bukan adalah Vanya. Ia sedang berdiri di depan pintu ruang Eskul tanpa berniat masuk atau mengetuk pintu. Entah apa yang sedang gadis dengan bulu mata lentik itu pikirkan atau mungkin ia masih memikirkan kejadian tadi yang membuat hatinya hancur berkeping-keping.

"Vanya?" Panggil Adit seraya menepuk pundak Vanya.

Vanya tersadar dari lamunannya dan menatap Adit yang tadi memanggil nya. "Ehh.. iya kenapa kak?" Tanya Vanya.

"Kenapa gak masuk?"

"Ohh ini mau masuk kok hehehe, kita jadi latihanya kan kak?" Tanya Vanya.

Adit tersenyum seraya mengusap lembut puncak kepala Vanya. "Jadi lah, yaudah yuk masuk" ajak Adit dan Vanya pun mengangguk setelah itu mereka berdua masuk ke dalan ruang eskul.

"Apa karna dia lo gak mau bertahan sama gue?" Tanya seseorang di balik dinding pembatas ruang eskul.

~•~•~


Tbc.

G

imana part ini?

Next?

VANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang