Bagian tiga puluh delapan

55.5K 2.2K 21
                                    

Heloww Key up nih kangen gak?

Yaudah kalp enggak wokwokwokwok.

Jan lupa komen dan Votee yaaa

Maap bnyk tipo :)

HAPPY READING!!!




===

Vanya dan Adit telah selesai melakukan pendonoran darah untuk Mama Felina dan sekarang Vanya dan Adit tengah berjalan menuju kantin rumah sakit. Melihat kondisi Vanya yang sedikit lemah sehabis pengambilan darah itu, Adit mengajak Vanya makan sebentar untuk mengembalikan stamina nya seperti semula. Dan Vanya pun menyetujuinya.

Mereka mencari tempat duduk yang kosong untuk mereka tempati. Vanya mengedarkan pandangannya dan mencari tempat duduk yang kosong. Alih-alih menemukan tempat duduk Vanya malah menemukan Devan dan Reygan yang sedang beradu tatap dengan wajah keduanya yang sangat serius. Jarak Vanya dan meja Reygan tidak terlalu jauh jadi Vanya masih sedikit bisa mendengar percakapan mereka. Bukan bermaksud untuk menguping memang percakapan mereka tak sengaja masuk ke telinga Vanya.

"Kalo lo cinta sama Vanya, ambil aja! Gue gak butuh cewek yang gak jelas asal-usulnya" ucap Reygan membuat Vanya mematung seraya memegang dadanya yang terasa sesak akibat perkataan Reygan itu.

Apa anak haram seperti Vanya itu tak pantas mendapatkan cinta?

Apa yang salah dengan dirinya?

Apa karna ia tidak punya orang tua?

Vanya menatap nanar punggung Reygan yang kian menjauh dari pandangan nya, sekilas Vanya melihat Reygan melirik tajam ke arahnya dan setelah itu ia pergi entah kemana.

"Kak Reygan" lirih Vanya.

Adit melihat gelagat aneh dari Vanya pun menepuk pundak Vanya memguatnya terksiap seraya mengahpus air matanya yang terjatuh di pipi mulusnya itu.

"Vanya? Lo nangis?" Tanya Adit khawatir.

Vanya tersenyum seraya menggeleng. "Enggak kok kak, aku tadi cuma kelilipan aja" jawab Vanya.

Adit mengangguk. "Ohh yaudah yuk kita duduk di situ aja bareng Devan" tunjuk Adit pada Devan yang sedang setia bermain ponsel nya.

Vanya pun mengangguk menyetujui ucapan Adit.

Seseorang di belakang Vanya memendam raut bersalah setelah mengatakan perkataan yang sangat menyakiti itu. "Maafin gue Va" ucap orang itu dan segera pergi dari kantin rumah sakit.

~•~•~

Reygan tak kembali ke ruang rawat Abella. Ia sudah menghubungi Danis bahwa ia ada urusan mendadak dan tak bisa ikut serta untuk menemani Abella di rumah sakit. Padahal itu hanya alibi Reygan, cowok dengan manik mata hijau itu butuh waktu untuk sendiri dan memikirkan apa yang harus dia lakukan.

Reygan melajukan mobilnya diatas rata-rata masa bodo dengan pengemudi lain yang mengumpati nya, ia hanya ingin melampiaskan emosi nya. Masalah datang bertubi-tubi di hidup Reygan. Mulai dari hubungan nya dan Vanya yang merenggang, Abella gadis yang ia sayang menderita penyakit keras, Ashela adiknya yang katanya hampir membunuh Vanya, dan Devan yang ternyata memiliki perasaan lebih dengan Vanya.

Soal tadi, Reygan sengaja mengatakan itu. Ia ingin Devan berjuang demi cintanya tanpa bayang-bayang dirinya. Ia juga ingin Devan bahagia. Karna Reygan tau, Devan memiliki trauma dengan cinta masa lalu nya. Dan sekarang dengan Vanya, Devan perlahan lupa akan trauma itu. Entahlah soal perasaan nya pada Vanya, itu terlalu rumit untuk di katakan.

VANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang