empat puluh tujuh

57K 2.1K 44
                                    

Hii!!

Maap lama up nya, kmrn aku sempet drop plus bru pindah rumah jadi mohon mengerti ya:)

Maaf apabila tidak puas dengan part ini:)



Vanya turun dari motor dan memberikan helm kepada tukang ojek tang telah mengantar nya sampai ke depan gerbang panti asuhan yang telah menjadi rumahnya selama bertahun-tahun, Vanya memberikan uang berwarna hijau pada tukang ojek itu setelahnya ia pun masuk ke dalam panti. Ia merasa asing dengan pemandangan yang ia lihat di pekarangan panti, ia melihat mobil hitam terparkir rapih di depan pekarangan.

Vanya pun meninggalkan kebingungan itu dan lebih memilih masuk ke dalam, ia terlalu lelah. Hari ini benar-benar hari penuh drama bagi Vanya. Drama keluarga dan drama cinta yang entah kapan selesainya.

Vanya mengucapkan salam seperti biasa dan menaruh tasnya di di sofa tapi ketika ia ingin menaruh tasnya ia merasa ada yang janggal ia pun mendongkrak kepalanya menatap satu persatu manusia yang duduk di sofa.

Ada felina, Andi a.k.a suami felina, Adit, dan tentunya ada Hanin juga.

"Vanya, kamu baru pulang nak?" Tanya Hanin.

Vanya mengangguk dan mencium tangan kanan milik Hanin. "Kenapa ramai begini bu?" Tanya Vanya.

Hanin tersenyum. "Mereka keluarga Darmawan pemilik dari SH entertainment dan mereka ini keluarga kandung kamu nak, mereka yang selama ini kamu tunggu tunggu Vanya" ucap Hanin bahagia pada Vanya.

Vanya menatap datar keluarga kandungnya dan tersenyum hambar. "Aku capek bu, aku ke kamar dulu ya" jawab Vanya dan bergegas meninggalkan ruang tamu.

Adit bangkit dan menggenggam tangan Vanya. "Va tunggu!" Seru Adit.

"Kenapa lagi sih!" Kesal Vanya.

"Lo gak bisa lari dari masalah Va! Apa lo gak kasian liat mama nangis karna kelakuan lo yang kayak gini? Gue tau, kita sekeluarga emang salah karna udah anggap lo mati. Tapi gak gini cara lo buat bales itu semua! Mau bagaimana pun kita ini keluarga lo!" Ucap Adit menggebu-gebu.

Vanya melepas paksa tangan Adit yang menggenggam tangan nya. "Aku tau itu! Tapi ini terlalu mendadak buat aku kak! Aku mohon kak Adit ngertiin perasaan aku" pinta Vanya dengan nada gemetar.

Adit pun spontan memeluk Vanya. "Kembali dengan kami Vanya" mohon Adit.

Vanya berusaha berontak dari pelukan Adit, melihat itu Hanin pun berdiri dan menghampiri Vanya.

"Vanya!!" Pekik Hanin.

Vanya diam Adit pun ikut diam.

"Bu Felina dan pak Andi itu orang tua kamu nak! Dulu kamu bilang kamu gak akan marah sama mereka apapun alasannya? Tapi sekarang apa?" Tanya Hanin.

Vanya hanya diam menatap sendu kedua kakinya.

Felina ikut bangkit dari duduknya. "Beri dia waktu bu, saya mengerti perasaan Vanya. saya pun tidak akan memaksa Vanya, bila dia tidak ingin tinggal bersama kami" ujar Felina membuat Vanya sontak mendongak.

Felina menghampiri Vanya dan menepuk bahunya. "Mama tau kamu butuh waktu, mama berharap kamu kembali kami sangat rindu kamu nak" Felina tersenyum manis pada Vanya.

Andi pun ikut bangkit. "Baiklah bu, kami pamit pulang. Jika ada waktu kami akan mampir ke sini lagi" ucap Andi seraya menjabat tangan Hanin begitu juga dengan Felina.

Felina dengan enggan pun meninggalkan panti asuhan itu bersama suaminya dan Adit.

Setelah beberapa saat setelah Felina sekeluarga pergi, Hanin menatap Vanya kecewa. "Ibu percaya kamu pasti tau apa yang terbaik buat kamu" ucapnya. "Ibu ke dapur dulu" lanjut Hanin seraya membereskan gelas dan membawanya ke dapur.

Vanya menghela nafasnya dan ia pun ikut pergi meninggalkan ruang tamu menuju kamar nya.

~•~•~

Devan bergeming ketika sofa di sebelahnya bergoyang menandakan ada seorang yang baru saja duduk di sampingnya, Devan pun menoleh mendapati Reygan dengan posisi menyandar pada sofa dan memejamkan matanya.

Devan masih enggan menoleh hanya untuk melihat keadaan abangnya, ia lebih memilih melanjutkan kegiatan nya bermain Game mobile di ponsel pintarnya.

Terdengar helaan nafas kasar yang berasal dari Reygan. "Kenapa tuhan gak kasih gue bahagia! Gue juga pengen bahagia kayak mereka!" Monolog Reygan.

Mendengar itu Devan menaruh ponselnya di meja dan menatap nanar abangnya yang masih memejamkan matanya. "Lo gak akan pernah merasakan setitik kebahagiaan kalo diri lo sendiri masih terpuruk dan gak mau ngejar kebahagiaan yang seharusnya lo dapetin!" Jawab Devan. "Bahagia itu bukan semata-mata tuhan yang kasih, tapi kita sebagai manusia juga harus berusaha meraih kebahagiaan itu. Bahagia itu bukan di ukur dari seberapa banyak lo ketawa 'haha hihi' sana sini atau lo bisa senang senang tanpa beban. Bahagia itu di ukur dari seberapa banyak lo mensyukuri nikmat yang tuhan kasih selama ini buat lo!" Sambung Devan.

"Jadi kalo selama ini lo selalu ngerasa lo gak pernah bahagia. Sebenernya lo salah! Lo itu bahagia tapi lo nya aja yang gak pernah bersyukur" tambah Devan lagi.

Reygan menatap kosong meja coklat yang ada di depannya. "Gue sempet kejar kebahagiaan gue tapi gue lebih memilih orang lain yang lebih dulu rasain kebahagiaan itu" jawab Reygan.

"Cara lo salah! Gimana lo bisa bahagiain orang lain kalo diri lo sendiri gak bahagia" bantah Devan.

Devan menatap Reygan. "Gue tau, ini tengang Vanya kan?" Tanya Devan.

Reygan yang tadinya menatap lurus meja pun beralih menatap Devan.

Devan tersenyum melihat reaksi spontan Reygan. "Gue udah relain Vanya buat Lo. Vanya itu cinta nya sama lo bukan sama gue, mau sekuat apapun gue paksa dia tetap aja cinta sama lo" Devan tertawa hambar sejenak sebelum melanjutkan perkataannya. "Gue heran sama dia, dia itu antara terlalu baik sama bego. Dia masih aja nunggu lo, cowok brengsek yang hatinya labil. Padahal udah ada gue yang dua kali lebih ganteng dari lo" lanjut Devan.

Mendengar itu Reygan tertawa ia sangat setuju dengan apa yang di katakan Devan. Vanya itu cewek yang baik. Reygan jadi berpikir dua kali kalau ia benar-benar ingin memacari gadis itu. Reygan hanya takut mengecewakan Vanya untuk yang kesekian kalinya lagi.

"Tapi menurut gue dia lebih pantes sama lo, di banding gue yang cuma nyakitin doang" jawab Reygan.

"Dia cintanya sama lo, jadi mendingan lo perjuangin dia, tebus semua kesalahan-kesalahan yang dulu lo buat sama dia" seru Devan.

Reygan mengembuskan nafasnya lesuh. "Pusing gue!" Pekiknya.

Devan terkekeh melihatnya. "Btw  Abella apa kabar?" Tanya Devan yang sebenarnya meledek.

Mendengar itu Reygan langsung menatap sengit Devan. "Ya mana gue tau" jawab Reygan datar ia pun bangkit dari duduknya. "Udah ah gue pengen tidur capek!" Sambungnya dan meninggalkan Devan yang tengah terkekeh geli.

Tbc.

Next?

VANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang