23. 🍁Camping Puncak dan Teman Senasib🍁

826 39 0
                                    

Tekan bintangsebelum membaca

Tapi nggak papa, San. Kita kuat, kita pasti bisa. Ayo kita berjuang sama-sama.
–Sesil

Happy reading


_🍃_


Sesil mengeluh capek saat menggendong ransel berwarna ungu yang penuh dengan barang-barangnya untuk camping nanti. Dia baru saja masuk gerbang sekolah, tapi tepukan dibahunya mengejutkan Sesil.

"Hey!! Bawa apaan kayaknya berat banget?" tanya Meysa melihat ransel Sesil.

"Banyaklah, kita kan tiga hari disana, jadi pakaian juga harus banyak, siapa tahu disana dingin atau mungkin hujan," jelas Sesil. Meysa mengangguk mengerti, dia juga membawa pakaian lebih, untuk jaga-jaga.

"Lo bawa selimut, kan?" tanya Meysa. Masalahnya tadi dia buru-buru dan lupa membawa selimut.

"Iya, aku bawa kok. Nanti kita pakai sama-sama." jawab Sesil. Dia mengerti maksud Meysa bertanya itu. Meysa tersenyum dan mengajak Sesil merapat di lobi sekolah yang mulai ramai.

Tidak sengaja, mata cokelat Sesil beradu pandang dengan mata hitam legam Kevin, mereka saling tersenyum satu sama lain seolah menyiratkan kerinduan. Semalam mereka masih mengirim pesan, tetapi hanya sebentar karena mereka harus packing barang-barang yang dibawa camping.

Sekitar jam 08.00 WIB, empat bus besar mulai meninggalkan lingkungan sekitar SMA Pelita Jaya menuju ke puncak. Kelas Sesil berada di bus pertama, sedangkan kelas Kevin berada di bus ketiga. Walaupun terpisah, mereka sesekali berkirim pesan singkat lewat ponsel masing-masing.

Suasana bus Kevin sangat ramai. Kelas XI IPS 1 dan 2 berada dalam satu bus, dari bangku belakang terdengar suara genjrengan gitar yang dibawa Juna XI IPS 2 dipadukan dengan suara yang sangat merdu dari Aldy XI IPS 1, saking merdunya, sampai beberapa kali diprotes siswi  IPS 1 karena mengganggu tidur mereka. Seakan menulikan telinganya, Aldy masih lanjut bernyanyi sesekali dia mengajak siswi IPS 2 untuk berduet dengannya.

Kevin tersenyum tipis melihat tingkah Aldy yang sangat memalukan baginya, tapi tidak bagi Aldy, karena urat malunya sudah putus, mugkin.

Suasana bus Sesil berbanding terbalik dengan suasana bus Kevin yang ramai. Kelas XI Unggulan berada satu bus dengan XI IPA 1. Mungkin mereka menyukai kesunyian, karena tidak ada yang bercanda tawa ataupun menyanyi tidak jelas seperti yang dilakukan Aldy. Benar-benar monoton, hanya suara dari DVD yang memecah keheningan di dalam bus, perang dingin yang terjadi diantara keduanya mungkin salah satu alasannya. Ditambah beberapa diantara mereka jarang bertemu dan berkomunikasi karena kelas unggulan di lantai dua, jadi mereka masih merasa asing satu sama lain.

Sesil terkejut saat dibangunkan dengan cukup brutal oleh Meysa. Hidungnya ditutup dengan ibu jari dan jari telunjuk Meysa, Meysa tertawa geli melihat wajah bantal Sesil.

"Udah sampai!! Mau turun atau tidur disini?" tanya Meysa menyiratkan ejekan untuk Sesil.

Sesil mendengus sebal, "Ya turun, tapi lain kali kalau bangunin orang jangan gitu, kaget tau!" ucap Sesil kesal.

VINSIL [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang