10. Darah?

235 47 148
                                    

Bel pulang telah berbunyi sejak 5 menit yang lalu, lagi-lagi Thea tidak bisa menggerakkan kakinya. Entah apa yang membuatnya seperti itu, namun cekalan sebuah tangan di kakinya terlalu kuat sampai menyebabkan si empunya merasa kaku.

Gavin yang daritadi tak beranjak pun menoleh sebentar ke arah Thea. Ia cukup terkejut karena melihat wajah Thea berubah menjadi pucat pasi, keringatnya pun mulai bercucuran.

Mungkin memang pada dasarnya ia tak pernah peduli dengan orang lain, sampai akhirnya ia memutuskan untuk segera pergi dari sana meninggalkan Thea.

Setelah di rasa tidak ada siapapun, sosok itu langsung menampakkan diri di hadapan Thea dan membuatnya semakin ketakutan. Badannya kembali menggigil tanpa diperintah, sosok itu, sosok yang kemarin mencekiknya di sini.

"Mau lo apa?"

Mendengar pertanyaan Thea sosok itu malah tertawa dengan lebar, menganggap bahwa itu adalah pertanyaan yang sangat konyol.

"Kamu tahu apa mauku, lalu untuk apa kamu menanyakannya kembali?"

"Jadi apa kamu tetap tak ingin membantuku, hm?"

"Gak! Sampe kapan pun gue gak akan pernah bantu setan kayak lo!" Senyuman yang tadi terukir di bibirnya kini berubah menjadi sebuah seringaian dengan mata tajam begitu menusuk.

Tanpa aba-aba kursi yang di duduki Thea langsung terpelanting ke belakang, membenturkan kepala belakangnya ke arah dinding. Thea meringis kesakitan, terlebih saat tubuhnya yang juga ikut ambruk ke lantai.

"Masih tak ingin membantuku atau sudah berubah pikiran?"

"Oh sepertinya kau memang ingin bermain-main denganku ya. Baiklah jika itu maumu!"

Tiba-tiba tubuh Thea melayang di udara, pintu kelas pun tertutup dengan keras.

"Masih tak ingin membantuku, Nona?"

Dengan sisa tenaga, Thea berteriak dengan pandangan murka, "Gak sudi! Lebih baik gue mati daripada harus nyerahin tumbal demi bikin lo hidup kembali!"

"Permintaan yang sangat mudah!"

"Bukk!" Punggungnya membentur dinding dan membuat Thea semakin merasa nyeri dengan tak tertahankan.

"Bagaimana? Kau berubah pikiran?" Lagi-lagi Thea menggelengkan kepala berkali-kali, lalu dalam hitungan detik tubuhnya dibenturkan ke seluruh penjuru ruangan. Kepala yang sudah berdenyut-denyut terus ia benturkan sampai tak sadar membuat hidungnya mengeluarkan darah.

"Sa-kit!"

Makhluk itu tersenyum miring, "Bukankah ini keinginanmu untuk mati di tanganku?"

"Bersenang-senanglah denganku di sisa hidupmu, Nona!"

"Bruk! Bruk! Bruk!" Tubuhnya terus melayang dan terombang-ambing membentur dinding, tak peduli dengan darah yang terus mengalir dari hidungnya ke lantai bahkan ke dinding sekali pun.

-o0o-

Gavin berjalan santai di koridor sambil menyumpal telinganya menggunakan earphone. Langkahnya terhenti saat bayangan seseorang yang sedang disiksa sampai tak berdaya tiba-tiba terlintas begitu saja di kepalanya.

Awalnya Gavin tak menghiraukan bayangan itu dan memilih melanjutkan langkahnya, namun seperti ada sesuatu yang menahan langkahnya. Hatinya langsung bergejolak tak karuan. Bayangan seseorang yang sedang merintih kesakitan semakin jelas berputar di pikirannya.

Sebenarnya ada apa? Siapa orang yang ada di bayanganku ini?

Namun selangkah ia maju, sebuah nama langsung terbesit di otaknya. Thea. Gadis dengan wajah yang berubah pucat pasi itu belum pulang. Apakah memang gadis itu yang ada dalam bayangannya?

BUKAN MAUKU! [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang