12. Gigitan

230 41 114
                                    

Matahari memunculkan sinarnya dengan malu-malu. Semakin lama semakin terang disertai awan yang membentuk indah dengan banyak burung yang saling bersahutan.

Sungguh ini adalah pagi yang begitu indah dan cerah, namun suasana ini tak sesuai dengan keadaan hati Thea.

Gadis itu sibuk mondar-mandir di kamarnya, pikirannya berkecamuk tak tenang saat mendapat bayangan bahwa Farel hari ini tak akan masuk sekolah. Namun, ia juga tak bisa mengetahui alasan lelaki setengah otak itu kenapa absen.

"Ahh jangan sampe dia mati karena setan yang dibonceng kemaren!"

Thea segera berlari ke garasi mengambil mobil, bahkan ia sampai tak sadar telah melewatkan sarapan bersama kedua orang tuanya.

Saat sedang melajukan mobil dengan kecepatan di atas batas normal, tiba-tiba gadis itu menghentikannya di tengah jalan. Lagi-lagi sekelebat bayangan terlintas di kepalanya. Bayangan di mana dua orang siswi di sekolahnya tewas di tempat yang berbeda namun memiliki luka di bagian yang sama.

Thea kembali melajukan mobilnya dengan cepat dan benar saja saat ia sampai, sekolahan itu bagai pasar yang sedang membagikan sembako gratis, sangat penuh dan sesak. Kedua korban itu akan di evakuasi di rumah sakit.

"Tahu gak bekas lukanya itu di mana?"

"Kalo yang gue denger sih di leher, kayak bekas gigitan gitu. Ada dua titik."

"Nah dua korban itu ditemuin di tempat yang berbeda tapi lukanya sama!"

"Kayak gigitan ular! Tapi biasanya ular nyerang paling di daerah kaki kan, kok ini sampe ke leher sih?"

"Menurut gue bukan gigitan ular deh."

"Terus apa? Masa begal gak mungkin banget, yang ada juga ditikam atau ditusuklah merekanya!"

"Ya bukan itu juga ogeb! Kalo menurut gue itu gigitan vampir!"

"Hah? Vampir? Hahaha mana ada vampir di jaman yang serba elit ini hellowwwww. Lagian vampir tuh cuma mitos belaka."

"Plis deh mikir yang logis sedikit bisa kali ah."

"Ya gue kan cuma nebak, siapa tahu bener. Di film-film juga gitu kan."

"Semerdeka lu aja deh, selamat berimajinasi aee!"

Mungkin itulah obrolan yang dapat Thea dengar. Vampir. Memangnya vampir itu ada? Rasanya mustahil, tapi bagaimana jika memang ada? Ah entah mengapa ia jadi teringat Gavin!

Kemarin malam ia melihat Gavin dengan mulut yang dipenuhi darah, apa jangan-jangan lelaki itu makhluk berdarah dingin? Tidak-tidak-tidak! Itu tidak mungkin! Dia adalah manusia sama seperti dirinya, walau terlihat berbeda juga dari orang lain, ya mungkin karena mempunyai kemampuan khusus tentunya.

Thea melanjutkan langkahnya untuk segera kembali ke kelas, namun dari kejauhan ia melihat seseorang yang cukup familiar perawakannya. Wajahnya tak terlihat karena tertutup hoodie berwarna hitam.

"Itu kayak Gavin. Tapi itu kan bukan jalan ke kelas, loh dia mau ke mana?" Perlahan-lahan Thea mengikutinya dari belakang. Berusaha mengejar karena tertinggal cukup jauh, susah memang jika memiliki langkah pendek seperti ini, berbeda dengan dia, lelaki bertubuh jangkung dengan langkah panjangnya, ah seperti jerapah saja.

Sebenarnya Gavin akan pergi ke mana, lalu ini jalan menuju mana? Thea tak tahu akan hal itu. Lagipula bukannya Gavin adalah murid baru, tapi kenapa ia tahu betul jalan di tempat ini?

Thea terperanjat kaget saat ia memasuki hutan, "Ah di mana ini? Hutan? Kenapa ada hutan di dekat sekolah?" Thea terus bertanya-tanya dalam hati, sampai ia tak sadar jika Gavin telah menghilang entah ke mana.

BUKAN MAUKU! [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang