27. Siapa?

101 10 52
                                        

Puas menghirup aroma menyegarkan dari leher Thea, Gavin mulai memunculkan taringnya sambil menyeringai hebat.

Akhirnya ia bisa mendapatkan gadis ini, gadis yang tentu saja bisa membuat dirinya menjadi tak terkalahkan.

"Gavin, lo mau ngapain?" Suara lemah itu tiba-tiba mengembalikan kesadaran Gavin. Apa yang baru saja Gavin lakukan? Ia akan menghisap darahnya kah? Tidak, Gavin tidak boleh melakukan hal itu.

Tubuh Gavin beringsut menjauhi Thea. Ia benar-benar tak sadar telah melakukan hal semacam itu. Thea yang kebingungan hanya bisa berdiam diri saat melihat taring yang masih muncul.

"Lo, lo siapa sebenarnya?"

Gavin yang sadar akan perubahan Thea yang ketakutan hanya bisa menatapnya dari jauh. Usai sudah, kini rahasianya akan terbongkar.

Gavin pun berusaha mendekati Thea, namun gadis itu terus saja berusaha menghindar.

"Jangan mendekat Gavin! Lo bukan manusia, lo itu makhluk jadi-jadian yang bikin semua orang merasa gak tenang! Lo, menyeramkan Gavin!" ucapnya begitu lantang, jujur saja Gavin tak menyangka bahwa Thea akan mengatakan hal seperti itu.

Sakit memang, namun apa daya karena semua yang dikatakan Thea memang benar. Ia hanyalah makhluk menyeramkan yang selalu membuat orang lain merasa ketakutan.

"Tolong dengarkan, aku tak seperti sosok yang kau pikirkan, ak-"

"Stop it! Barusan lo mau hisap darah gue Gavin! Gue kira mereka adalah orang terjahat yang gue kenal, ternyata salah. Karena lo lebih jahat dari mereka semua."

Gavin hanya diam mendengarkan satu per satu kalimat yang Thea lontarkan tanpa memberikan respon apapun.

"Pergi dan jangan pernah ganggu gue atau rahasia lo bakal gue sebar!"

Apa? Thea berniat mengumbar rahasianya kepada orang lain? Tidak mungkin. Thea pasti hanya sekedar mengancam karena ia terlalu ketakutan.

"Gue gak main-main! Pergi sekarang juga atau gue bakal teriak!"

Baiklah, Gavin menyerah. Mungkin ini memang sudah menjadi takdirnya.

-o0o-

Thea berlari menyusuri koridor, wajahnya terlihat sangat ketakutan. Bahkan ia tak menghiraukan tatapan yang orang lain perlihatkan kepada dirinya.

Gavin sungguh sangat menyeramkan, apa yang sekarang harus ia lakukan? Berada di dekat lelaki itu benar-benar membuat bulu kuduknya merinding.

Kakinya entah mengapa malah menuju gudang sekolah yang selalu sepi. Ia masuk ke dalam sana, meringkuk di bawah bangku-bangku kotor yang telah usang.

Apa yang harus Thea lakukan? Bagaimana jika Gavin tahu keberadaan Thea? Tidak, itu tidak boleh sampai terjadi. Thea harus bersembunyi di bawah sini agar Gavin tak menghampirinya.

"Gavin gak akan tahu gue ada di sini, gak, Gavin pokoknya gak bakal tahu."

Tiba-tiba ada sebuah tangan yang mulai membelai rambutnya, jelas hal itu membuat Thea meloncat saking terkejutnya.

"Mengapa kau sangat ketakutan seperti itu? Ada apa?" tanyanya lembut namun dengan sorot mata yang menajam.

Ternyata bukan Gavin, dia adalah lelaki yang Thea temui di kantin tadi. Syukurlah setidaknya itu bisa membuat Thea bernapas lega.

"Lo, kenapa bisa ada di sini?"

"Aku hanya mengikutimu karena sejak tadi kau berlari tak karuan dan hal itu membuatku merasa khawatir."

"Lo siapa? Kenapa cara ngomong lo sama kayak Gavin?"

Bukannya menjawab, lelaki itu malah tertawa padahal Thea tidak sedang melucu sama sekali.

"Apa lo adalah seseorang yang sama kayak Gavin?"

Tawanya berhenti secara tiba-tiba, wajahnya berubah menjadi datar.

Benarkah lelaki ini adalah orang yang satu bangsa dengan Gavin?

"Apa gadis ini telah mengetahui identitas Gavin?" batinnya bertanya-tanya kebingungan.

Thea perlahan mundur berusaha menjauhkan diri dari lelaki yang bisa saja sejenis dengan Gavin, namun langkahnya terhenti ketika mendapatkan senyuman manis yang terasa menghipnotisnya.

"Apa yang kau maksud? Gavin? Aku tak mengenalnya. Di sekolah ini aku hanya mengenal kau saja, tidak ada yang lain."

Keningnya berkerut tak paham, apakah ia adalah murid baru makanya tidak mengenal orang lain?

"Tidak, aku bukan murid baru. Aku tidak sekolah di sini."

Thea membelalakkan matanya terkejut, mengapa ia bisa membaca pikirannya sedangkan dirinya tak bisa membaca sedikit pun. Apa sekarang kemampuan Thea sudah mulai berkurang?

"Oleh sebab itu, apa kau bersedia menjadi temanku Althea Cassandra?"

Biasanya tanpa pikir panjang Thea akan langsung menolaknya dengan ketus, namun entah mengapa bersama lelaki ini membuat Thea tak bisa melakukan hal itu. Ada apa ini? Sebenarnya siapakah dia?

Di tengah kegelisahan yang Thea rasakan, justru lelaki ini terus menerus tersenyum begitu manis membuatnya seakan terhipnotis dan tak bisa berpaling.

"Aku tahu semua hal tentang hidupmu, mulai dari rasa sakit yang sejak dulu kau rasakan. Maka dari itu tolong ijinkan aku untuk menjadi matahari yang perlahan bisa membuat hari mu menjadi lebih bersinar." ucapnya dalam tanpa sempat mengalihkan pandangannya.

Setelah dirasa Thea masih berpikir kosong dan belum mencerna ucapannya, lelaki itu pun kembali melanjutkan kata-kata yang semakin membuat dirinya semakin terbius.

"Kau akan aman jika bersamaku, kau tak akan pernah diganggu oleh makhluk halus yang selalu mencelakaimu, dan aku akan berusaha untuk selalu memperlakukanmu selayaknya putri di kerajaan."

"Kau, sangat berarti bagiku, Anastasya."

Thea menegang di tempat, mengapa lelaki ini tahu dengan panggilan kecil itu? Seingatnya ia telah menghapus bagian nama karena mempunyai kejadian tragis di masa lalunya..

"Hal itu tak penting aku tahu darimana, yang perlu kau tahu hanyalah aku akan menjadi tameng dari semua rasa yang selalu menghantuimu."

"Lo siapa? Jawab gue dengan jujur. Kenapa lo bisa tahu tentang hidup gue?"

"Kau juga tak perlu tahu siapa diriku, kau hanya cukup mengetahui namaku. Kelak suatu hari nanti kau akan mengetahui dengan sendirinya."

"Maksud lo?" tanyanya kebingungan dengan dahi yang mulai berkerut, pasalnya lelaki ini terus menerus berbicara tentang hal yang tak Thea pahami.

Ia hanya menggelengkan kepalanya pelan, "Kau cukup memanggilku dengan nama, Albern."

"Albern?" Lelaki itu mengangguk dengan smirk tajam yang menghiasai wajah tampannya.

"Biarkan aku bermain-main denganmu sebentar, nona. Sepertinya ini akan terasa sangat menyenangkan." ujar batinnya pelan.

-o0o-

Hallo, maaf aku baru bisa up sekarang dan selalu gantung kalian tanpa kepastian. Semoga kalian bisa maklumin aku dan masih mau buat baca kelanjutan ceritanya. Hehe ahay lupyuuu mwahmwah😗🖤🖤

BUKAN MAUKU! [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang