15. Mimpi atau Nyata?

226 34 87
                                    

"Bruk!" Tiba-tiba gadis yang sedang tertidur di kelas itu terkejut dan langsung mendongak ke arah suara yang terdengar beberapa detik lalu.

"Kenapa gue bisa ketiduran di kelas sih?" gumamnya pada diri sendiri.

Gadis itu segera menoleh ke arah jendela, ia melihat ada perkelahian yang sangat hebat di luar sana. Bukan seperti tawuran anak jaman sekarang, tetapi mereka seperti para bangsawan dan juga rakyat di masa lampau. Gadis itu mengernyitkan dahinya, bukankah ini di sekolah? Lalu mengapa tak ada seorang pun yang ia kenal?

Ya gadis itu tak lain adalah Althea Cassandra.

Thea menutup mulutnya, ia sangat terkejut saat melihat perkelahian -ah ralat ini seperti sebuah pertempuran besar. Banyak orang yang tanpa tega memenggal kepala lawannya. Darah berceceran di luar sana, kepala yang telah lepas dari tubuhnya juga berserakan kemana-mana.

Apa yang harus Thea lakukan? Jika ia keluar, akankah bernasib sama seperti mereka? Terbunuh dengan cara yang sangat tragis? Thea tak mau itu terjadi. Tapi jika terus berdiam diri, ia takut mereka juga akan masuk ke kelas ini dan membantai orang yang dianggap musuhnya, sekalipun Thea yang sama sekali tak mereka kenal. Lalu apa yang harus ia lakukan?

Di saat kebimbangan yang tengah Thea rasakan, tiba-tiba pintu terdobrak dari luar. Thea segera beringsut dan bersembunyi di bawah meja. Namun, sepertinya nasib baik tak berpihak kepadanya. Orang yang baru saja masuk itu mengetahui keberadaannya dan menepuk pundak Thea.

"Hei! Apa yang kau lakukan di sini?" suara bariton yang sudah familiar di telinganya membuat Thea sedikit terkejut, lalu ia berbalik badan untuk melihat siapa orang itu.

"Ga-Gavin, lo kenapa ada di-sini?"

"Harusnya aku yang bertanya seperti itu. Ayo ikut aku, tempat ini terlalu berbahaya untuk orang seperti mu!"

Karena dirasa tak ada pergerakan dari Thea, akhirnya Gavin memegang pergelangan tangannya hendak untuk menarik gadis itu. Tapi badannya tiba-tiba menegang, Gavin merasa bahwa telapak tangannya terbakar saat bersentuhan langsung dengan tangan gadis itu. Ada apa ini? Mengapa ini harus terjadi kepadanya?

Thea yang merasa bingung karena kegelisahan wajah Gavin yang dengan kasar melepas tangannya, berniat untuk membuka suara namun lagi-lagi segerombol orang masuk ke dalam kelas. Tak hanya Thea, Gavin juga sama terkejutnya.

"Kau tak akan bisa kabur lagi pangeran Gavin!" ujar salah satu dari mereka.

Kemudian ia melanjutkan kembali kalimatnya, "Tangkap perempuan dan keturunan De Pompadour itu!" teriaknya dan langsung diangguki oleh semua kurawanya.

Sebelum mereka mendekat, tiba-tiba Gavin memeluk Thea dengan erat, menutupi semua bagian tubuh mungilnya. Sontak hal itu membuat Thea membelakkan mata, ingin sekali ia berontak namun tak bisa, dekapan itu seperti membius Thea dalam sebuah rasa kenyamanan.

Saat di rasa aman akhirnya Gavin melepaskan pelukannya. Thea masih setia terpejam menikmati sensasi yang berbeda dari tubuhnya.

"Buka matamu, kau sudah aman sekarang!"

Matanya terbuka dengan perlahan, Thea mengedarkan pandangan ke sekeliling. Hutan. Ini hutan di belakang sekolah. Mengapa bisa ada di sini? Bukankah tadi ia berada di kelas.

Kini matanya kembali tertuju ke arah Gavin yang sedang terduduk lemas sambil bersandar di sebuah pohon. Wajahnya pucat, banyak bagian yang memar juga berdarah. Tak hanya itu, luka sayatan di lengan kirinya membuat Thea semakin terkejut. Mengapa ia baru sadar jika banyak luka di tubuh Gavin?

BUKAN MAUKU! [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang