19. Terungkap

236 31 152
                                        

Gavin melangkahkan kakinya untuk mencari keberadaan Thea, anehnya perempuan itu telah menghilang entah ke mana. Namun tentu saja ini bukan hal sulit bagi Gavin, ia cukup memejamkan matanya untuk mengetahui keberadaan Thea. Rooftop. Ya perempuan itu sedang berada di rooftop. Gavin segera menyusul dengan langkah panjang yang begitu cepat.

Lelaki itu menghembuskan napasnya lega saat ia melihat Thea sedang duduk di ujung atap. Punggungnya bergetar, bisa ia tebak bahwa Thea sedang dalam keadaan menangis.

"Nabil kenapa lo tega lakuin ini? Sebenernya apa salah gue? Apa lo belum cukup ngambil Alan di hidup gue? Apalagi yang mau lo ambil Bil? Tolong jangan ambil orang-orang yang sekarang ada di deket gue, cuma mereka alasan dari semangat gue Bil."

"Hidup gue hancur gara-gara pengkhianatan lo sama Alan, gue berubah kayak gini karena kalian. Nabil, sebenernya lo kenapa? Apa yang bikin lo berubah? Mana Nabil sahabat gue yang dulu? Gue rindu lo Bil gue rindu, kenapa lo bisa setega ini sama gue."

Thea semakin menangis dengan menjadi-jadi, Gavin yang daritadi melihatnya pun merasa tak tega dan berusaha untuk mendekat.

"Cengeng!"

Thea terkejut saat suara khas bariton familiar itu terdengar, ia segera menoleh dengan perlahan.

"Lo? Ngapain di sini? Mau ikut nuduh gue kayak yang lain? Silahkan Vin silahkan, kalo perlu lo juga menjauh kayak mereka dan gak usah deket sama gue lagi!"

Gavin mengernyitkan dahinya bingung, "Memangnya kita pernah dekat? Sejak kapan? Bukankah kita memang jauh?"

Thea tak menghiraukan ucapan Gavin, matanya kembali menatap hamparan gedung tinggi di hadapannya. Gavin pun hanya bisa menghela napas pasrah dan ikut duduk di sampingnya.

"Nu acuzați pe cineva dacă auziți doar o explicație de la una dintre părți. Este un mincinos, este un trădător pe care nu trebuie să-l credeți! Sunt dezamăgit! Jangan menuduh seseorang jika kalian hanya mendengar penjelasan dari salah satu pihak. Dia pembohong, dia pengkhianat yang tak seharusnya kalian percaya! Aku kecewa!"

Thea tersentak saat Gavin mengatakan kembali kalimat yang sempat ia utarakan di kelas tadi. Mengapa lelaki itu bisa hapal bahkan mengetahui artinya?

Gavin yang sadar akan pertanyaan Thea pun langsung tersenyum manis, "Harusnya aku yang bertanya, mengapa kau bisa bahasa Rumania? Apa kau pernah tinggal dan belajar di sana?"

"Hah? Sebenernya gue juga gak tahu, kalimat itu tiba-tiba keluar gitu aja. Seakan-akan kayak ada sesuatu yang dorong gue buat ngucapin itu, padahal gue gak pernah belajar sedikit pun tentang bahasa Rumania."

"Jadi kalimat itu bukan kau yang mengatakannya?"

"Gue emang yang ngucapin kalimat itu, tapi niatnya pake bahasa Indonesia bukan bahasa Rumania. Dan gue juga bingung kok lo bisa tahu bahasa Rumania?"

"Karena aku memang tinggal di sana."

"Loh bukannya lo pindahan dari Kanada kan?"

"Belum saatnya aku bercerita hal ini kepada orang lain."

Lagi-lagi hening menyelimuti keduanya, hanya terasa terpaan angin yang menggelitik tubuh mereka.

"Nabilla Aleshandrika. Seorang gadis yang merupakan sahabat Althea Cassandra. Dia yang selalu menemani dan mendukung di saat Thea sedang dalam posisi terpuruk. Tapi sebenarnya yang menyebabkan keterpurukan itu adalah dia sendiri, lalu dia datang seolah menjadi sahabat yang selalu sigap. Dia juga yang merebut Vialland Marvelino dari Thea. Dia yang senang saat Thea sedang terbaring koma di rumah sakit, dan dia yang kecewa saat Thea ternyata masih hidup." Tatapan Gavin tak terlepas sedikit pun dari manik mata Thea yang kosong, lalu ia kembali melanjutkan kalimatnya.

BUKAN MAUKU! [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang