"Biarkan putri Raquela menjadi milikku!"
Gavin terkejut mendengar permintaan Nero. Bagaimana ia bisa menyerahkan Raquela kepada orang yang jelas-jelas sedang ia jauhi. Tapi jika tidak, bagaimana dengan nasib Thea yang terus-menerus ada di tangan Nero.
Arrgghhh!!
"Bagaimana aku bisa menyerahkan putri Raquela kepadamu? Dia sedang terbaring lemah akibat ulah tangan nakal dari keluargamu!"
"Baiklah jika kau tak mau menyerahkannya kepadaku maka gadis ini akan menjadi mainanku!" ucapnya sambil membelai mesra wajah Thea.
Gavin tak bisa membiarkan ini terjadi. Ia harus segera menyelamatkan Thea darinya, untuk urusan putri Raquela biar ia setujui saja lagipula Qila masih belum sadarkan diri.
"Aku akan menyerahkannya ketika dia sudah sadar!"
Nero mendelik sambil tersenyum miring, "Aku pegang janjimu pangeran Gavin!"
"Sekarang lepaskan gadis itu!"
Nero menampilkan smirk andalannya kembali, "Kau menginginkannya?"
"Tentu saja, kau jangan mengingkari janjimu sendiri Nero!"
"Baiklah, kemari dan ambil sendiri."
Gavin berjalan mendekat ke arah Thea dan Nero, tinggal beberapa langkah lagi ia sampai namun Nero malah melemparkan tubuh Thea ke arah danau Lanier. Jelas hal itu membuat Gavin membelakkan matanya terkejut, sedangkan Nero dengan renyahnya tertawa sambil perlahan mulai menghilang entah ke mana.
Gavin segera menyusul Thea dengan terjun ke dalam danau itu. Lama ia mencari sampai akhirnya menemukan badan Thea yang sudah mengapung. Dengan cepat ia meraih tubuh rengkuh itu dan membawanya ke darat.
Sungguh sangat mengkhawatirkan, wajahnya benar-benar putih memucat seperti orang yang sudah meninggal. Gavin terus menepuk-nepuk wajahnya dan tak lupa menekan bagian dada agar ia cepat sadar, tapi sayang Thea masih tak menunjukkan reaksi apapun.
Gavin bingung harus melakukan apalagi, namun jika Thea tak segera diselamatkan maka jiwanya tak akan bisa kembali masuk ke dalam badannya. Kekuatan yang Gavin punya pun tak bisa membantu sama sekali. Apa yang harus Gavin lakukan sekarang?
Ah iya, Gavin ingat bahwa manusia biasa memberikan napas buatan yang dinamakan CPR, ia tahu hal itu karena pernah melihatnya. Namun, Gavin ragu apa harus melakukannya kepada Thea? Tapi jika tidak nyawanya yang akan terancam.
Akhirnya dengan setengah hati ia mendekatkan wajahnya, ia tatap wajah polos itu dari dekat, sangat cantik. Gavin memejamkan matanya, mulai membuka mulut Thea dan menutup hidungnya. Perlahan ia mulai memberikan napas buatan kepada Thea.
Saat bibirnya menyentuh bibir Thea, badan Gavin menegang seperti disengat aliran listrik dengan detak jantung yang tak beraturan. Jelas saja hal ini belum pernah Gavin rasakan sebelumnya. Apa maksud dari perasaan ini?
Gavin telah selesai memberikan napas buatan, namun anehnya Thea masih belum sadarkan diri. Apa Gavin salah melakukannya? Apa ia harus kembali mencoba?
Benar saja, setelah kali ketiga memberi napas buatan, akhirnya Thea menyemburkan banyak air sambil terbatuk-batuk. Gavin segera menyingkir dengan pikiran yang belum tersadar sepenuhnya.
"Gu-gue ada di mana?"
Setelah mendengar suara yang sudah menyerupai rintihan itu Gavin pun tersadar dan langsung mendekat ke arahnya.
"Apa kau tak apa?"
"Gavin? Lo Gavin kan?"
Gavin mengangguk lalu menarik Thea ke dalam pelukannya. Ia sangat mengkhawatirkan Thea, entah karena alasan apa namun ia tak mau jika Thea meninggalkannya apalagi di bawah kendali tangan vampir, sungguh ia sangat tidak rela.
"Syukurlah jika kau baik-baik saja, aku sangat senang mendengarnya. Sekarang kau harus segera masuk kembali ke dalam tubuhmu."
"Maksudnya?"
"Jiwamu sudah terpisah dari badanmu, dan di sini bukanlah tempatmu."
Thea yang belum mengerti maksud ucapan Gavin hanya bisa terdiam sambil memeluknya dengan erat, entah mengapa badan Gavin terasa sangat hangat padahal ia juga sama seperti dirinya dalam keadaan basah.
"Aku sangat mengkhawatirkanmu Althea Cassandra." Kalimat itu terdengar begitu lembut dan membuat Thea ingin segera melelapkan matanya di pelukan Gavin.
-o0o-
"GAVIN!" Thea tiba-tiba berteriak dengan keringat yang sudah bercucuran.
"Thea akhirnya kamu sadar!" Lisa segera memeluk Thea dengan tidak sabaran, begitu juga dengan Farhan.
"Thea kenapa, Mom?"
"Tiga hari ini kamu gak sadar sayang, dokter bahkan tabib sekalipun gak ada yang tahu kamu kenapa."
"Mom sama Dad bener-bener khawatir, kita takut kehilangan kamu kayak waktu itu lagi."
Thea hanya bisa tersenyum haru, ternyata kedua orang tuanya begitu sayang kepadanya. Thea memang benar-benar kurang bisa bersyukur di dalam hidupnya.
Tunggu, Gavin? Gavin ke mana? Bukankah ia sedang berpelukan dengannya di pinggir danau? Lalu mengapa ia ada di kamar tidurnya? Apakah tadi hanya sekedar mimpi? Namun mengapa terasa begitu nyata?
"Hallo, nak Farel Thea sudah sadar."
"..."
"Iya, om sama tante tunggu di sini."
Thea mengerutkan keningnya, sejak kapan Farel dan orang tuanya menjadi dekat? Darimana juga ayahnya bisa mendapatkan nomor telepon Farel?
Padahal Thea hanya menghilang selama tiga hari, namun mengapa ia ketinggalan banyak berita seperti ini. Ah sangat menyebalkan!
-o0o-
Yuhuuu aku balik lagi, udah up nih cepet kan? Ada yang seneng gak seneng gak? Awkwkkk, happy reading sayang sayangnga aku🖤😗

KAMU SEDANG MEMBACA
BUKAN MAUKU! [HIATUS]
FantasyWalau mereka menjauhiku, setidaknya masih ada kamu yang selalu di sampingku. Walau mereka selalu mengkhianatiku, setidaknya masih ada kamu yang setia di dekatku. Tolong jangan seperti mereka yang pergi di saat tahu bahwa aku mempunyai kekurangan, ak...