Setelah perdebatan dengan orang tuanya kemarin, kini Thea berhasil pindah ke sekolah yang baru. Ia berharap bahwa di sekolahnya ini bisa mengubah sedikit tentang hidupnya. Ia juga tak akan terlalu gamblang berbicara bahwa bisa melihat kejadian yang akan datang, atau tentang kemampuannya yang lain. Ia akan berusaha menutupinya rapat-rapat.
Kini Thea sedang mengikuti langkah guru yang membawanya ke kelas dari belakang. Dengan perasaan tak tenang, ia mencoba menghiraukan suara-suara yang masuk ke dalam telinganya. Ia tak mau kejadian di sekolah yang dulu terjadi lagi di sini.
Tok. Tok. Tok.
Thea tercengang, XII-IPA 2! Yaa di sekolah ini Thea kembali menginjak menjadi murid kelas 12. Pihak sekolah memberikan toleransi atas musibah yang menimpa Thea satu tahun lalu. Tapi dengan catatan bahwa Thea harus mampu mengejar ketinggalannya dari kelas 11 dengan cara apapun, alhasil Thea pun menyanggupinya.
Semua orang yang berada di dalam kelas menoleh ke arah pintu. Lalu guru itu mempersilahkan Thea masuk untuk memperkenalkan diri.
"Baiklah, coba perkenalkan diri kamu." titah sang guru sambil tersenyum hangat, namun yang Thea berikan hanya wajah datar tanpa ekspresi.
"Gue Althea Cassandra, biasa dipanggil Thea. Pindahan dari SMA Merpati Cakrawala." ucapnya datar, membuat orang yang ada di sana memberikan tatapan tak bersahabat. Namun, Thea tak menghiraukannya, ia juga tak apa jika tak memiliki teman, karena untuk apa ada seorang teman bila ujungnya hanya pengkhianatan yang dilakukan.
"Ada yang ingin ditanyakan?"
Tiba-tiba seorang lelaki mengacungkan tangannya, "Thea cantik sih, manis, tapi sayangnya nyeremin. Masa daritadi perkenalan gak ngeluarin ekspresi apapun."
"Iya ih Thea senyum dong pasti cantik banget deh."
"Tapi gue suka nih modelan cewek kayak gini, bikin penasaran."
"Bagi kontaknya dong cantik, sekalian alamat rumah juga biar nanti ngapelinnya gampang."
Sontak hal itu membuat mereka tertawa sambil bersorak ria, namun tidak dengan Thea, ia terus memberi tatapan tajam kepada siapapun, tak berniat mengubah ekspresi wajahnya barang sedikit pun. Lalu guru pun menyuruh Thea segera duduk, lagi-lagi di bangku kosong, karena jumlah muridnya memang genap.
"Yahh si cantik duduk sendirian, mau aku temenin nggak?" Seorang lelaki di sampingnya berusaha menggoda Thea, namun lelaki itu tiba-tiba meringis saat mendapat tatapan tajam dari yang begitu tak bersahabat.
Kedua perempuan di depan Thea menengok ke belakang, lantas mengulurkan tangannya untuk berkenalan. Sayangnya Thea tetap bergeming sampai keduanya pun menarik tangannya kembali.
"Kenalin nama gue Andiniartyasmirakish tapi biasa dipanggil Andin." ucapnya sambil tersenyum lebar.
"Kalo nama gue Salma, cewek yang paling imut dan unyu-unyu badai seantero sekolah."
"Lo berdua udah tahu nama gue, jadi gue gak perlu ngenalin lagi." jawabnya acuh tanpa ekspresi lalu mengeluarkan bukunya. Andin dan Salma hanya mencebikkan bibirnya, seraya bergumam, "Thea jahat yah."
-o0o-
Bel pulang telah berbunyi sejak 10 menit yang lalu. Namun, Thea tak bisa beranjak dari tempatnya. Kaki dan tangannya benar-benar tak bisa digerakkan, badannya sangat kaku dan dingin walau wajah putihnya memancar dengan sangat pucat.
"Lepasin gue." cicitnya dengan suara tertahan.
"Lo gak bakal bisa pergi sebelum lo mau nolong gue!"
"Gue gak bisa, lo minta tolong buat hidup lagi itu mustahil!"
"Gak ada yang mustahil, lo cukup pergi ke Gunung Alfertida dan nyerahin tumbal, itu bisa bikin jiwa gue perlahan hidup lagi."
"Gue gak mau!"
"Gue gak terima penolakan! Lo harus lakuin itu!" teriaknya lalu menyeret badan Thea ke arah dinding, makhluk itu mencekiknya tanpa menyentuh sedikit saja anggota tubuhnya.
"Gue bisa bunuh lo dalam hitungan detik kalo tetep gak mau bantuin gue!"
Thea ingin mengeluarkan suara, namun rasanya tenggorokan ia sudah kering, pasokan oksigennya tak bisa lagi ia dapat. Wajahnya memutih dengan begitu pucat. Tangannya tak kuat lagi menahan sesuatu yang mencekik lehernya tanpa ampun.
"Hei lo kenapa? Ngapain?" Tanpa disangka seorang lelaki berlari ke arah Thea yang entah kapan telah terlepas dari cekikannya, tubuhnya lunglai ke bawah. Matanya sayup-sayup bertahan agar tak memejam.
"Lo gak papa?" tanyanya khawatir sambil menyentuh kedua pipi Thea. Ingin sekali ia berontak saat tangan itu menyentuhmya, namun tak bisa, tenaganya tak cukup sampai akhirnya ia hilang kesadaran.
-o0o-
![](https://img.wattpad.com/cover/180920849-288-k471613.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BUKAN MAUKU! [HIATUS]
FantasíaWalau mereka menjauhiku, setidaknya masih ada kamu yang selalu di sampingku. Walau mereka selalu mengkhianatiku, setidaknya masih ada kamu yang setia di dekatku. Tolong jangan seperti mereka yang pergi di saat tahu bahwa aku mempunyai kekurangan, ak...