Jam pelajaran terakhir telah Thea habiskan di gudang bersama lelaki itu. Ternyata ia tak seburuk yang ada di pikiran Thea, walaupun bahasanya menyerupai Gavin namun sifatnya tentu bertolak belakang dengan dirinya.
Anehnya lagi Thea tak tahu mengapa bisa secepat ini menjadi dekat dengannya. Bahkan jika mengingat tawanya saja membuat Thea menjadi tersenyum sendiri.
"Heh! Senyum-senyum sendiri lo ntar kesambet, gue lagi yang repot!" Farel menepuk pundaknya kencang karena ia takut jika Thea tiba-tiba kerasukan seperti waktu dulu.
Gadis itu hanya mendelik sekilas lalu melanjutkan kembali langkahnya diikuti oleh Farel.
Namun, saat hendak menuju parkiran langkahnya terhenti kala seorang lelaki sedang menunggunnya di samping sebuah mobil.
"Ga-Ga-Gavin." gumamnya pelan namun tentu Gavin masih bisa mendengarnya. Ia menoleh dan menghampiri keduanya dengan cepat.
Farel bingung mengapa Thea seperti ketakutan dan berlindung di belakangnya? Sebenarnya ada permasalahan apa antara ia dan Gavin?
"Pulanglah bersamaku." ucapnya dingin tanpa menoleh ke arah Farel.
"Enak aja lo jangkung! Gue disuruh emak bapaknya buat jagain ini bocah, jadi gue yang bakal anterin dia dengan selamat sentausa ke depan pintu gerbang rumahnya yang ada di dunia."
Gavin hanya bergeming di tempat sambil menatap tajam Farel, dan dengan tiba-tiba Farel seolah terhipnotis oleh Gavin. Ia mendorong Thea ke hadapannya.
"Lo pulang bareng Gavin, gue gak bisa nganterin." ucapnya lalu beranjak pergi ke parkiran motor meninggalkan dirinya.
Thea meneguk salivanya dan berusaha untuk melarikan diri, namun Gavin yang cekatan langsung menarik tangannya menyeret untuk segera masuk ke dalam mobil.
"Lo-lo ngapain? Gue mau keluar, gue-, gue gak mau berurusan sama makhluk kayak lo!"
Gavin hanya meliriknya sekilas dan hal itu membuat nyali Thea kembali menciut.
Thea sendiri bingung di mana letak keberaniannya selama ini? Mengapa dihadapkan dengan Gavin saja benar-benar membuatnya ketakutan setengah mati?
"Tolong jangan sakitin gue, gue janji gak bakal sebar tentang identitas lo. Gue mohon lepasin gue sekarang juga."
Bukannya merespon, Gavin malah semakin mengencangkan laju mobil tersebut membuat Thea merapalkan berbagai macam doa di hatinya. Sungguh ini lebih menakutkan dibanding bertemu dengan sosok makhluk halus seperti biasanya.
Setelah beberapa menit menguji nyali di dalam mobil akhirnya mereka pun sampai di sebuah hutan. Badan Thea bergetar hebat, pikirannya berlarian kesana-kemari.
Akankah Gavin membawanya ke hutan dan langsung menyedot darahnya seperti di film-film? Akankah hidupnya berakhir konyol seperti ini? Atau mungkinkah Gavin berencana mengubahnya menjadi seorang vampir? Ah tidak-tidak Thea tidak mau jika hal itu sampai terjadi.
Ia harus mencari cara untuk melarikan diri dari sini, namun bagaimana caranya? Bahkan Gavin bisa dengan mudah membuat Farel takluk hanya dengan tatapannya. Ah iya Farel, apakah lelaki itu pulang dengan selamat? Atau ia kecelakaan karena mengendarai motor dengan keadaan tak sadar?
Oh tidak-tidak Thea tak bisa hanya diam saja, ia harus segera menyelamatkan Farel.
Gavin mendengus kesal karena pemikiran Thea yang sangat beruntun, ia kira Thea adalah gadis pendiam nyatanya ia sangat cerewet.
"Bisakah kau diam dan tidak berpikir macam-macam? Dia tak apa, justru yang harusnya kau pikirkan adalah keselamatan diri sendiri."
Matanya terbelalak? Mengapa akhir-akhir ini banyak orang yang bisa membaca pikiran Thea, dan apa katanya? Sekarang ia harus memikirkan dirinya sendiri? Oh tuhan apa yang sebenarnya akan lelaki ini lakukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
BUKAN MAUKU! [HIATUS]
FantasyWalau mereka menjauhiku, setidaknya masih ada kamu yang selalu di sampingku. Walau mereka selalu mengkhianatiku, setidaknya masih ada kamu yang setia di dekatku. Tolong jangan seperti mereka yang pergi di saat tahu bahwa aku mempunyai kekurangan, ak...