21. Kenapa?

255 30 93
                                    

Matahari mulai memunculkan wajahnya dengan malu-malu. Begitu juga dengan kicauan burung yang telah bersorak ramai melombakan suara merdunya. Kini gadis itu telah berdiri di depan gerbang yang menjulang tinggi, tak ada siapa pun selain dirinya dan satpam.

"Aduh si eneng meni suhud udah dateng jam segini, yang lain teh da belum pada dateng atuh neng."

Thea tak menjawab atau menunjukkan ekspresi sedikit pun, dan satpam itu hanya tersenyum kikuk karena tak mendapat balasan respon baik.

"Eneng mau nunggu di sini atau langsung masuk wae? Soalnya kata orang yah sekolah ini teh sedikit angker neng, bapak juga gak tahu sih angker kayak gimana, bapak kan satpam baru, hehe."

"Saya masuk aja."

"Yaudah atu neng bapak mah gak akan maksa, cuma takut aja eneng kenapa-kenapa, sekolah ini kan luas." ucap satpam itu sambil membuka gerbang, Thea langsung berjalan menghiraukan si satpam. Namun langkahnya tiba-tiba terhenti.

"Jangan dulu ditutup Pak, si ibu sama anaknya pengen masuk juga."

"Kumaha?"

Tiba-tiba angin bertiup kencang, menerbangkan beberapa daun kering ke arahnya.

"Astagfirullah, naha yah ini bulu-bulu bapak pada berdiri. Mana lagi si ibu sama anaknya yang mau masuk teh. Ah si eneng mah ngabohong wae." satpam itu menutup gerbang dan langsung berlari ke pos satpam.

Setelah tak ada siapa pun, gerbang kembali terbuka dengan sendirinya dan mengeluarkan decitan yang begitu pelan.

"Tolong... Tolong kami... Tolong antarkan kami ke tempat yang lebih layak." lirihnya sambil menggendong anak lelaki yang berlumuran darah.

-o0o-

Thea berjalan menyusuri koridor di lantai satu, benar di sana tak ada siapa pun. Lalu ia melihat jam yang masih menunjukkan pukul setengah enam pagi.

Thea mengeluarkan earphone dari dalam tas, namun saat ia akan memasang tiba-tiba earphone tersebut jatuh terpental ke lantai.

Ia berdecak kesal dan meraih earphonenya kembali, "Kurang kerjaan, bisanya gangguin orang mulu!"

Merasa dicibir, akhirnya sosok anak kecil berbaju biru yang telah usang itu muncul di hadapan Thea. Jelas ia terkejut, terlebih saat anak itu melotot ke arahnya dengan tajam. Tak ingin kalah akhirnya Thea balik menatap anak itu lebih tajam.

"Apa lo lihat-lihat hah? Mau apa? Jailin gue lagi? Ngapain masih melotot, mau gue colok tuh mata biar kayak setan di film The Babadook? Apa? Masih berani lihatin gue hah? Sini lawan gue tuyul jelek!"

Anak itu tiba-tiba berlari menembus Thea sambil terus cekikikan.

"Tuyul gila!"

Thea melanjutkan langkahnya kembali menuju ke lantai 2. Namun niatnya ia urungkan karena melihat seorang lelaki berhoodie hitam di depan sana.

"Loh itu bukannya si Gavin kan. Katanya belum ada yang dateng, gimana sih si satpam bohong."

Thea hendak mengejarnya, namun baru beberapa langkah tiba-tiba tangannya tertarik ke belakang. Ia tak sempat melihat karena orang itu telah menariknya untuk berlari sangat cepat. Anehnya Thea tak bisa melawan sedikit pun, ia hanya pasrah saat orang itu menariknya entah ke mana, yang jelas bukan area sekolah.

-o0o-

Waktu telah menunjukkan pukul 7:35, keadaan kelas masih sangat ramai dikarenakan free class. Gavin yang melihat kursi di sampingnya kosong merasa tak tenang. Padahal tadi pagi ia melihat Thea, tapi mengapa gadis itu belum masuk kelas sampai sekarang? Ke mana dia? Apakah dia bolos? Belum sanggup karena kejadian kemarin? Begitu pikirnya.

BUKAN MAUKU! [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang