Thea kembali menuju kantin hendak menemui lelaki yang baru saja ia tinggal. Namun, saat kembali lelaki itu sudah tidak ada, padahal hanya ia tinggal sebentar saja. Aneh memang.
Di saat sedang melamun, tiba-tiba Gavin datang dengan wajah memerah seperti sedang menahan amarah. Thea bingung karena lelaki ini langsung menarik tangannya secara kasar.
Heran, tadi Alan yang menarik paksa tangan Thea, sekarang Gavin. Mengapa orang-orang ini senang sekali menarik tangannya menggunakan kekerasan?
Gavin membawanya ke taman belakang sekolah tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Dengan sebuah kedipan, tempat yang mulanya sebuah taman kini berubah menjadi sebuah hutan. Pohon rindang yang tumbuh di setiap tempat semakin menambah kesan menyeramkan.
"Lo ngapain bawa gue ke sini? Ini di mana?" Thea bertanya dengan nada was-was, pasalnya lelaki ini tidak bersikap seperti biasanya.
Gavin masih bergeming di tempat dan tak menghiraukan ucapan Thea. Kini di pikirannya hanya terdapat satu tujuan yang tak dapat ia hindari.
Thea semakin mundur saat langkah Gavin mulai mengikis jarak. Langkahnya tercekat karena ia menabrak sebuah pohon. Namun, saat Thea mulai bersandar, pohon itu tiba-tiba menghilang dan menyebabkan Thea terjatuh ke tanah.
Gavin yang melihat hal itu hanya menampilkan smirknya tajam dan ikut berjongkok menyamakan posisi Thea.
"Gavin lo mau ngapain?" Thea bertanya kembali saat merasakan sesuatu yang begitu aneh.
"Nikmatilah, kau akan menyukainya." Lelaki itu mendorong pelan bahu Thea sampai ia limblung ke bawah.
Posisi seperti ini membuat Thea semakin ketakukan, Gavin yang entah sejak kapan mulai menindih badannya dengan bertumpu pada kedua siku disertai senyum yang tak pernah pudar sedikit pun.
Sungguh, Gavin terlihat sangat tampan sekaligus mengerikan di saat seperti ini.
Belaian lembut di rambutnya membuat Thea hanyut dalam suasana, terlebih saat Gavin mulai membelai mesra bagian wajahnya. Ia ingin berontak namun tubuh menolak seolah sedang menikmatinya.
Kelembutan seperti ini membuat dadanya berdesir hebat. Gavin mulai menyentuh telinga yang merupakan bagian sensitif bagi Thea, kemudian ia membisikan sesuatu yang membius pikirannya.
"Kau sangat cantik, lebih cantik dari putri kerajaan di bangsaku. Kau berbeda karena memiliki sesuatu yang tak orang lain punya. Kau, mutiara penyelamatku."
Setelah mengucapkan sesuatu yang membuat Thea tenang, kini matanya beralih pada leher putih bersih layaknya susu. Ia hirup dalam-dalam aroma khas seraya mengecupnya pelan dan hal itu membuat Thea menggeliat perlahan.
Setelah puas menghirup, matanya kian terbuka dengan bola mata yang sudah memerah. Gavin menyeringai sambil menunjukkan taringnya. Kini ia berhasil membuat gadisnya tunduk dengan sukarela.
-o0o-
Farel celingukan kesana-kemari mencari keberadaanThea, aneh gadis itu tak terlihat sama sekali setelah ia tinggalkan di kantin. Padahal keadaan sekolah sudah mulai sepi karena dibubarkan.
Ya, sekolah sengaja bubar dikarenakan banyak murid yang tiba-tiba kesurupan. Terutama Alan yang mengalami kerasukan berbeda dari anak lainnya. Ia terus berlarian sambil mengatakan, "Darah, darah, aku butuh darah, aku ingin darah, darah seorang gadis yang bisa membuatku merasa sangat nikmat seolah merasakan surga dunia."
Aneh memang, ia seperti kerasukan oleh sosok vampir yang ceritanya saja hanya mitos belaka. Terkadang dunia bisa selucu itu.
"Ya tuhan, Thea lo ada di mana?" tanyanya sambil berlarian mengecek setiap ruang kelas. Nihil, ia masih tetap tak menemukannya.
Seseorang menepuk bahunya keras menyebabkan Farel terlonjat karena terkejut, "Lo cowok yang waktu itu kan? Masih inget gue gak?"
Farel mengernyitkan dahi heran, siapa gadis ini? Rasanya Farel tak pernah kenal dengan dirinya.
"Sorry, lo siapa? Kita kenal ya?"
Gadis itu melebarkan matanya tak percaya, mengapa lelaki ini tak mengingatnya padahal ia pernah diberi rayuan manis habis-habisan oleh dirinya. Tuhan, salah apa ia sebenarnya?
"Gue Nabil, waktu itu kenal di ruang olahraga. Cewek yang waktu lo anterin ke UKS, inget kan?"
"Oh iya gue inget sekarang." Farel menganggukan kepalanya pelan, namun matanya tak berhenti menatap sekitar tetap mencari keberadaan Thea.
"Ada apa?" tanyanya kemudian.
"Nggak kok, gue cuma pengen nyapa lo doang. Kita pulang bareng yuk Rel."
Setelah beberapa saat tak mendapat respon, Nabil kembali mengatakan sesuatu karena merasa terabaikan.
"Lo lagi nyari siapa sih, kok kayak yang bingung gitu?"
"Gue lagi nyari Thea, lo kenal gak? Tahu dia ada di mana? Gue khawatir banget, takut dia kenapa-kenapa soalnya daritadi gak kelihatan."
Nabil terkejut, lagi-lagi Thea lagi-lagi Thea. Mengapa harus dia yang menjadi penghalang dari cintanya, dulu Alan sekarang Farel. Sebenarnya apa mau Thea? Kenapa ia selalu merebut semua hal milik Nabil?
"Ck, gue lagi nanya malah dianggurin, kayaknya lo gak kenal sama dia. Yaudah gue balik duluan ya." Tanpa menunggu jawaban dari Nabil, Farel pun segera melangkahkan kaki sambil berusaha menghubungi orang tua Thea. Mungkin saja ia sudah pulang, begitu pikirnya.
"Awas aja, gue bakal bikin perhitungan lagi sama lo Thea!" ancamnya sambil berusaha menahan amarah yang daritadi ia tahan.
-o0o-
Pendek ya? Aduh monmaap banget soalnya gatau ya mood akutu susah dilawan, lagian ini bikinnya dadakan pas tadi subuh, jadi maap kalo feelnya gak nyampe sampe relung hati paling dalam eaakk ahay🤣🤣
Alan : "Thor, kok peran gue jelek mulu sih, dulu disuruh ngikutin rencana jahat Nabil sekarang sekalinya muncul malah kesurupan. Gak sayang sama gue emang ya lu."
Farel : "Gitu-gitu juga masih mending dikasih peran, padahal harusnya lu udah dihempas jauh dari skenario. Sekalian bawa noh si Nabil biar gak ganggu mulu!"
Nabil : "Gua anak polos baik cakep paling cetar membahana badai gini kenapa disalahin mulu sih, emang dasar kalian pada jahat, gak punya hati!"
Farel, Alan : /lirik sinis
Gavin : /tiba-tiba dateng
/lempar granat
/ketawa sendiri
/ngilang lagiThea : "Gavin gila?"
-o0o-
![](https://img.wattpad.com/cover/180920849-288-k471613.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BUKAN MAUKU! [HIATUS]
FantasyWalau mereka menjauhiku, setidaknya masih ada kamu yang selalu di sampingku. Walau mereka selalu mengkhianatiku, setidaknya masih ada kamu yang setia di dekatku. Tolong jangan seperti mereka yang pergi di saat tahu bahwa aku mempunyai kekurangan, ak...