"Udah bosen hidup ya?" Suara yang sudah familiar berhasil menghentikan aksi makhluk yang berusaha mencelakai Thea.
"Ngapain di sini? Mau bunuh diri The?" Karena tak kunjung mendapat jawaban, akhirnya orang itu berjalan hendak duduk di sebelah Thea. Namun, dengan cepat Thea menghentikan langkahnya.
"Bukan urusan lo!" Thea langsung berdiri dan meninggalkan lelaki itu tanpa wajah berdosa sedikit pun.
Masih dengan wajah cengo, ia kembali bercelatuk sebelum ikut pergi dari rooftop, "Dan pada akhirnya Farel ditinggal tanpa alasan yang jelas lagi gaessss."
-o0o-
Sementara di kelas XII IPA-2 masih membicarakan kejadian yang terjadi beberapa waktu lalu. Gosip tentang Thea yang berkhianat pun kini telah menyebar luas ke beberapa kelas, dan tentu saja itu merupakan sebuah perbincangan panas yang sangat sayang jika dilewatkan.
Nabil yang masih menangis tersedu-sedu membuat murid di kelas merasa prihatin, "Bil yang sabar ya, gue bener-bener gak nyangka kalo si Thea bisa lakuin hal sebangsat itu."
"Lo tenang aja, dia gak akan bisa macem-macem lagi, kita semua bakal jagain lo Nabil."
"Kasihan ya hubungan kalian hampir dirusak sama si Thea!"
"Gue gak bisa bayangin deh gimana rasanya jadi lo, pasti sakit banget ya."
"Gue bangga sama lo Bil, lo relain semua mimpi cuma biar Thea bahagia, sumpah salut banget!"
"Si Thea bego apa gimana sih, sahabat sebaik Nabil malah di sia-siain!"
"Gak usah nyebut Thea lah, sebut aja 'monster'. Lu semua lihat kan gimana anehnya dia!"
Nabil tak menjawab kata-kata gunjingan atau pembelaan yang diucapkan oleh mereka, ia hanya sibuk mengeringkan air mata yang telah membasahi pipinya. Namun, siapa yang tahu bahwa dibalik wajah terpukul dan menyedihkan itu tersirat rasa bahagia yang menjalar di hatinya.
"Bangga punya sahabat kayak gue? Plis bitch gue itu ular berbisa yang siap musnahin kalian kapan aja. Yakin masih mau bilang gue sahabat yang paling baik? Mau buktiin gak?" Nabil bergumam dalam hati sambil menahan senyumnya agar tak mengembang.
Thea yang daritadi berdiri di depan pintu, melepaskan pagutan tangannya di kenop. Wajahnya memerah, dadanya bergemuruh kencang, kedua tangannya mengepal dengan kuat, dan cairan bening di pelupuk matanya siap meluncur dengan satu kedipan saja.
"Gue denger. Gue denger semua yang kalian ucapin. Gue bukan penghianat. Gue gak rebut siapa-siapa dari Nabil. Gue bukan monster. Gue bukan orang jahat. Gue bukan seseorang yang ada di dalam pikiran kalian. Gue gak seburuk itu. Tolong percaya karena pada dasarnya gue yang jadi korban dan Nabil yang kalian percaya itu adalah pelakunya." gumamnya yang tanpa henti mengeluarkan kalimat sanggahan.
Terlanjur Thea berlari kembali meninggalkan ruang kelasnya, kini cairan bening yang telah ditahan mati-matian itu mengalir tanpa bisa dicegah, hatinya tak kuat lagi menghadapi sikap jahat Nabil. Terlebih saat bayangan Nabil dan Alan yang dengan sengaja menabrak Thea tahun lalu.
-o0o-
"Sampai kapan kau akan terus seperti ini Gavin?"
"..."
"Ayah tak bisa melawan mereka sendirian."
"Bukankah ayah selalu melawan mereka bersama para tentara?"
"Keluarga Black Rowan itu sama seperti kita, mereka vampir bangsawan yang tak mudah untuk dikalahkan!"
"Jika mereka tak mudah dikalahkan oleh ayah dan para tentara, lantas apa gunanya aku untuk ikut serta? Bukankah tetap tak akan mengubah keadaan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BUKAN MAUKU! [HIATUS]
FantasyWalau mereka menjauhiku, setidaknya masih ada kamu yang selalu di sampingku. Walau mereka selalu mengkhianatiku, setidaknya masih ada kamu yang setia di dekatku. Tolong jangan seperti mereka yang pergi di saat tahu bahwa aku mempunyai kekurangan, ak...