Akhirnya malam telah berganti menjadi pagi, bulan telah berganti menjadi matahari, dan burung hantu juga telah berganti menjadi burung merpati.
Pagi ini Thea bergegas cepat masuk ke dalam kelas. Di sana hanya ada beberapa orang saja yang datang, karena yang daritadi Thea saksikan sebuah keramaian bukanlah berasal dari manusia.
Kini Thea hanya bisa duduk termenung dengan wajah datar tanpa ekspresi yang pikirannya tak menentu. Farel. Ya lelaki itu sebenarnya ke mana, mengapa Thea tak bisa melacak keadaannya, jangan bilang jika ia telah mati bersama wanita pengantin itu. Ah tidak-tidak-tidak mungkin!
Jujur meskipun Farel menyebalkan, selalu membuat Thea marah dan merasa terganggu jika dia ada di dekatnya, tapi dialah seseorang yang tak takut dan mau berdekatan dengan dirinya. Saat semua orang memilih menjauh tapi lelaki itu malah mendekat. Rasa hangatnya pertemanan akan terasa lagi oleh Thea, namun ia juga tak boleh terlalu percaya kepadanya, ingatlah sebuah pengkhianatan yang dilakukan dua orang sekaligus di masa lalunya. Jadikan kisah itu sebagai pelajaran, bukan untuk di ulang lalu terjerumus untuk ke sekian kalinya.
"Mungkin nanti pas pulang gue bakal ketemu sama Farel. Ah ya benar, gue diem aja di UKS kan si Farel suka ngontrol tiap ruangan." gumamnya dalam hati.
Saat kepalanya menengok ke samping, sungguh Thea sangat terkejut ketika mendapati Gavin tengah memperhatikan dirinya. Kernyitan halus muncul di dahinya, "Dia tak apa-apa, jangan terlalu khawatir!"
"Hah? Maksudnya?" Namun lelaki itu tak menjawab pertanyaan Thea, yang ada malah memasang earphone ke telinganya.
-o0o-
Bel pulang akhirnya berbunyi, tetapi sehabis istirahat kedua tadi Gavin tak ada di kelas, tasnya juga menghilang. Apa Gavin pulang? Atau ada urusan keluarga? Ah Thea tak ingin terlalu memikirkannya.
Kakinya buru-buru melangkah keluar kelas untuk mengontrol ruang UKS, namun sial di ruang itu masih banyak orang. Thea terus menunggu dengan mengintip dari atas tangga, perlahan orang dari ruangan itu mulai keluar. Namun lagi-lagi orang yang terakhir malah mengunci pintunya. Ah shit bagaimana ini? Jadi Thea harus menunggu Farel di mana jika tidak di UKS.
Thea masih diam untuk merenung di sana, ruangan sekitar UKS sudah sepi, lalu Thea memutuskan untuk segera turun. Namun, niatnya ia urungkan saat melihat seorang laki-laki bersweater putih dengan muka yang terhalang hoodie itu mendekat ke pintu UKS.
Kepalanya celingak-celinguk ke sekitar memastikan bahwa keadaan aman. Tanpa menyentuh gembok tiba-tiba pintunya langsung terbuka. Thea melotot kaget tak percaya, bagaimana mungkin pintu yang terkunci bisa terbuka hanya dengan menatapnya saja. Thea segera turun untuk melihat siapa lelaki itu.
Ternyata keterkejutannya tak sampai disitu, saat masuk UKS Thea bisa melihat bahwa lelaki itu sedang mengambil kantong darah lalu meminumnya seperti orang kesurupan. Tak hanya satu, namun sampai tiga kantong.
"Lo siapa?!" Thea memberanikan diri untuk bertanya. Laki-laki itu tak menyahut dan juga tak menoleh. Namun dengan gerakan cepat ia melesat ke luar UKS, Thea mengerjapkan matanya berkali-kali dengan pikiran kosong.
Siapa dia?
"Tok tok tok"
Seseorang mengetuk pintu lalu sedikit terkejut karena melihat Thea di dalamnya.
"Maaf, lo siapa ya? Kenapa bisa masuk ke sini padahal tadi ruangannya udah gue kunci."
Thea yang sedang melamun pun terkejut, namun secepat mungkin menormalkan kembali wajah datarnya, "Gue masuk karena ruangan ini emang masih terbuka." ucapnya lalu dengan dingin ia keluar dan berjalan menuju koridor untuk pulang.
Tapi seseorang yang sudah familiar memanggilnya, "Thea!"
"Anjay gue cariin daritadi juga." ucapnya setelah Thea menoleh ke arahnya.
"Kenapa kemaren gak sekolah?" Tanpa sadar, pertanyaan itu lolos begitu saja dari bibir Thea.
Farel memicingkan matanya curiga, "Aaaaa nanya-nanyaaaaa, kangen ya kangen ya gue gak masuk. Iya tahu kok meskipun nyebelin tapi gue tuh emang ngangenin, banyak orang yang bilang gitu."
Thea hanya memutarkan bola matanya malas, "Gue kemaren balik dulu ke Bandung The, soalnya oma gue tiba-tiba sakit."
"Gue kira lo dibawa mati sama pengantin yang lo bonceng waktu balik dari rumah gue!"
Farel membelakkan matanya kaget, "Maksud lo apaan? Pas pulang gue gak bonceng siapa-siapa kok!"
"Lo tahu alesan gue nyuruh lo mandi waktu itu?"
Farel hanya menggeleng polos, Thea menatap matanya, ia bisa merasakan kecemasan bercampur rasa takut yang tertahan, lalu ia menghembuskan napasnya panjang, "Biar gue jelasin dari awal."
Akhirnya Thea menjelaskan semua kejadian saat Farel pertama masuk ke rumahnya. Makhluk-makhluk itu seakan senang saat Farel masuk ke sana. Mulai dari ia yang ditempeli oleh makhluk halus maupun saat ia diikuti ke rumahnya.
"Tapi pas balik lo gak papa kan?" Farel hanya bisa menggeleng lagi dan lagi, wajahnya tak bisa ditebak, terlalu banyak ekspresi yang ia keluarkan. Mungkin Farel shock mendengar hal tersebut, apalagi saat tahu bahwa Thea bisa melihat 'sesuatu'.
"Sorry karena ngajak nemenin gue malah lo sendiri yang kena akibatnya."
Ekspresi Farel berubah seperti biasa, ia tersenyum, "It's oke waeeee Thee, it's oke wae. Farel gak papa Farel gak takut Farel gak nyesel!" ucapnya sambil menyanyikan lagu aku ra popo, hanya saja liriknya diganti dengan seenak hati.
Karena Farel kembali seperti semula, maka mata Thea langsung menajam lagi saat menatapnya, sedangkan yang ditatap hanya bisa menyengir polos.
"Lo gak takut ditatap sama gue? Kenapa gak jauhin gue kayak yang lain?"
"Kenapa gue harus takut sama lo? Emangnya lo Tuhan? Kenapa juga gue harus jauhin lo? Apa alesannya?" Bukannya menjawab Farel malah membalikkan pertanyaan dari Thea.
Keadaan mendadak hening, namun tiba-tiba seseorang menepuk pundak Farel. Dia adalah Arka, Thea bisa menebaknya.
"Woy bro! Berduaan aja gak takut yang ketiganya setan?"
"Ya lu setannya berarti!"
"Bangke lo!"
"Oh iya kenalin The ini Arka temen gue, dan Ar kenalin ini Thea."
"Arka!" lelaki itu mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan Thea, namun Thea tak membalasnya dan membuat Arka terkekeh sendiri dengan canggung.
"Gue pulang duluan!" pamitnya tanpa melepaskan muka datar dan tatapan tajam yang masih setia menusuknya.
"Dia kok serem amat, lo gak takut deket sama itu cewek Rel?"
"Sesama manusia ini kenapa mesti ditakutin. Udah ah yok cabut!"
"Gue belum pernah lihat, dia murid baru?"
"Hmm."
"Pokoknya gue gak mau lagi ketemu sama cewek itu, udah jutek, mukanya pucet ya walaupun cakep, terus nyeremin lagi, sombong banget gak mau jabat tangan gue, tepos gitu aja bangga!"
"Lah emang dia mau ketemu sama lo? Kagak kali! Gak usah jelek-jelekkin temen gue njing!"
"Yah lo mah gitu sama temen sendiri Rel, gak asik!"
"Baperan lu kayak cewek!"
Meskipun dari jarak yang lumayan jauh, tapi Thea masih bisa mendengarnya. Lagi-lagi orang itu takut kepadanya, dan Thea hanya bisa tersenyum miris terhadap takdirnya. Akankah ada takdir yang lebih indah untuk Thea jalani, Tuhan?
-o0o-
![](https://img.wattpad.com/cover/180920849-288-k471613.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BUKAN MAUKU! [HIATUS]
FantasyWalau mereka menjauhiku, setidaknya masih ada kamu yang selalu di sampingku. Walau mereka selalu mengkhianatiku, setidaknya masih ada kamu yang setia di dekatku. Tolong jangan seperti mereka yang pergi di saat tahu bahwa aku mempunyai kekurangan, ak...