ILY, 08

970 68 4
                                    

Anisa PoV

Ini sudah lebih dari satu minggu sejak obrolanku dengan Tia. Dan dalam satu minggu ini juga, aku bimbang. Antara menemui Naufal lagi, atau tidak.

Dalam satu minggu ini, aku seolah kehilangan sebagian diriku. Aku bahkan tidak tertarik lagi untuk sekedar nongkrong di bar.

"Arrggh... Kalo gini terus lama-lama aku bisa gila!", aku berteriak frustasi. Menjambak rambutku yang sama sekali tidak bersalah.

Kemudian tanganku beralih ke benda empuk berbentuk persegi panjang di sebelahku. Apalagi? Kalau bukan bantal?

Ku dekap bantal itu. Lalu dengan segala kekuatan, ku gigit bantal itu. Dan, percaya atau tidak, sarung bantalnya sedikit sobek.

Wahhhh... Ternyata kekuatan gigitanku tidak bisa diremehkan.

Prok. Prok. Prok.

Ku tepukkan kedua tanganku sembari menggelengkan kepalaku. Masih tidak percaya atas apa yang baru saja ku lihat. Sesaat, aku mengagumi kekuatanku sendiri.

Detik selanjutnya, aku segera tersadar. Aku ingat betul hal apa yang membuatku bertingkah abnormal seperti ini.

"Ah! Terserah! Aku tidak peduli lagi. Lebih baik ku temui dia, daripada aku gila."

Ku raih Hp-ku yang juga berada di sampingku.

Ku buka aplikasi bersimbol telepon berwarna hijau. Tentu saja, WhatsApp.

Ku cari nomor Naufal, kemudian mulai mengetik beberapa kata untuk ku kirim.

[Hai, Naufal.]

[Ini aku, Anisa. Masih ingat?]

[Aku mau mengembalikan mukena. Kapan kita bisa ketemu?]


Ku pandangi layar Hp. Kira-kira Naufal bakalan balas apa nggak ya?!

Satu menit kemudian. Ting.

[Assalamu'alaikum. Iya. Masih ingat.]

Wow! Ini cowok balas pesanku. Demi apa?!

Sedetik kemudian, aku menjengitkan alisku, diikuti senyum seringaiku.

Gimana Naufal? Apa aku sangat berkesan? Sampai-sampai kau masih ingat aku. Oh. Aku baru sadar. Rupanya pesonaku sangatlah kuat. Sampai bisa membuat brondong sepertimu mengingatku.

Aku terkekeh, geli dengan yang baru saja ku pikirkan. Sampai sebuah kata yang terpampang di layar Hp-ku membuatku sadar.

Assalamu'alaikum?!

Woy Anisa! Kenapa bisa lupa, kalau yang kamu kirimi pesan saat ini adalah seorang ustadz? Ya, walaupun masih muda.

Setidaknya ya, kasih salam kek?! Aduh... Bo-doh.

[Wa'alaikumsalam. Maaf lupa. Jadi kapan kita bisa ketemu?]

I Love You, Yaa Habib Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang