ILY, 14

740 59 0
                                    

Dia mengeklik nama yang dia pin-kan. Kemudian meneleponnya.

Tut... Tut... Tut...

Telepon memberikan tanda bahwa panggilannya telah terhubung.

"Halo" sapa orang diseberang telepon setelah mengangkatnya.

"Halo. Ti, gue mau cerita." jawab Anisa menggebu-gebu.

"Ya udah cerita aja. Suara lo kenapa begitu? Kaya orang mau ngajak berantem aja."

""Jangan bikin gue tambah kesel, ya!" dia menjawab pertanyaan yang biasa saja itu dengan ketus.

"Iya iya maaf... Ada apa sih, Sayangku?"

"Ti, tadi kan gue ketemu sama Naufal." nada bicara Anisa sudah sedikit kembali normal. Meski tidak sepenuhnya.

Tia di seberang sana mengerutkan keningnya. Tanda dia merasa kebingungan.

"Naufal? Naufal yang mana?"

"Naufal yang berondong itu lho. Perasaan gue cuma pernah cerita sama lo Naufal itu deh."

"Ok! Lupakan! Masa tadi itu berondong ngajak gue ke mall. Nggak cuma berdua sih. Sama adiknya juga. Terus dia minta gue buat bantu dia pilihin baju buat nyokapnya. Eh, ternyata baju yang gue pilih bukan cuma buat nyokapnya. Tapi, buat gue juga. Sama mukenanya sekalian lagi. Emang songong banget itu bocah! Minta disantet kayaknya dia. Mana bajunya kaya orang-orangan sawah. Gue belum siap pakai begituan."

"Ppffftttt... Bwahahahahaha... Se... Hahahaha rius lo? Hahahaha"

Tawa yang sempat Tia tahan. Kini sudak meledak dengan kencangnya. Dia tak tahan mendengar cerita sahabatnya itu. Menurutnya apa yang dialami Anisa dengan Naufal sangatlah lucu.

Dia tertawa terpingkal-pingkal sambil memegang perutnya. Dirasakannya perut rata itu mulai terasa sakit akibat tertawa tidak karuan.

"Diam nggak lo?"

Mendengar suara sahabatnya yang terdengar hendak mengamuk, cepat-cepat Tia meredakan tawanya. Sebisa mungkin mengatur napasnya yang tidak beraturan.

Selama hidupnya, baru pertama kali ini dia dengar ada spesies manusia seperti Naufal. Sehingga sulit baginya untuk mengendalikan diri supaya tidak tertawa dengan cerita Anisa sahabatnya.

"Ok ok... Sorry. Jadi itu berondong ngasih lo barang model begitu? Gila sih tu cowok."

"Eh, tapi ngomong-ngomong gimana? Lo tanya nggak masalah tobat itu?" lanjutnya.

Mata Anisa terbelalak. Dia sampai lupa menanyakan hal yang sejak pertemuannya dengan Naufal telah mengusik hatinya.

"Astaga! Gue lupa."

"As expected from Anisa," jawab Tia dengan malas. Dia sudah hafal dengan sifat sahabatnya yang satu itu. Anisa benar-benar pelupa.

"Nanti malam lo mau datang ke birthday party nya Reza nggak? Gue sih pasti datang,"

"Di Sky Bar, kan?"

"Iya lah. Langganan itu anak, kalau ngadain pesta pasti disana. Nggak heran sih. Sesuai sama isi kantongnya,"

"Jadi gimana? Nanti malam datang, kan? Udah lama kita nggak ikut night party. Gue jemput deh." lanjut pemilik suara itu karena tidak mendapatkan respon yang berarti dari lawan bicaranya.

"Nggak usah. Liat nanti malam aja, Ti."

***

I Love You, Yaa Habib Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang