ILY, 23

612 44 4
                                    

18.54 - Selasa, 21 April 2020

.

.

.

Ini mimpi kan? Katakan padaku ini hanya mimpi. Setidaknya bagian yang paling memalukan ini. Bagaimana bisa aku salah mengambil paper bag dan berakhir memberikan paper bag berisi pakaian dalam wanita?

"Bagaimana bisa?" lirihku.

Benar pakaian dalam wanita. Ini hal paling memalukan seumur hidupku. Astaga... Pantas saja tadi wajah Naufal memerah. Ternyata bukan karena marah, tapi karena malu!

Ku beranikan melirik Naufal. Dia tidak melihat ke arahku. Meja kaca di depannya lebih menarik perhatiannya. Matanya tak lepas dari sana. Sedetik kemudian dia meraih gelas berisi jus jeruk di hadapannya, dengan tergesa. Sikap tenangnya sirna, tingkahnya seperti pertama kali dia bertemu denganku. Bahkan lebih parah saat ini.

Bibirnya entah merapalkan kalimat apa, setelah itu dia menenggak habis jus itu tanpa jeda.

"N-Naufal... Bu-bukan ini maksudku. Aku..."

Aku salah mengambil paper bag!

Kenapa sulit sekali mengatakannya? Aku benar-benar malu. Gimana nggak malu coba?

Kesalahan ini karena paper bag itu berwarna dan berukuran sama. Perbedaannya hanya ada di tulisan yang tertulis di kedua benda itu.

Yang satu bertuliskan 'Pierre Cardin Paris' di sisi bawahnya. Sedangkan yang satunya bertuliskan 'Khadijah' di sisi bawah kanannya.

Bukan aku tidak bisa membacanya, hanya saja masing-masing tulisan itu tidak terlalu menonjol. Yang satu berwarna sama dengan paper bag nya, hanya saja sedikit timbul. Dan yang lain berukuran kecil dengan font bergaya alfabet Romawi (huruf tegak bersambung) berwarna emas. Terletak di pojok pula.

Semalam setelah membeli beberapa pakaian, aku mampir ke outlet Pierre Cardin yang terletak tak jauh dari toko tempatku membeli pakaian. Lalu aku membeli tiga set pakaian dalam yang dibungkus dengan plastik bening yang bertuliskan merk tersebut dan empat potongan yang ada box nya.

Aku membawa terlalu banyak barang, termasuk keranjang buah itu. Sehingga yang satu itu tertinggal di kursi belakang mobil beserta salah satu paper bag lain yang berisi jilbab.

Siapa sangka kejadiannya bakalan kayak gini?

"Aku sebenarnya mau mengembalikan gamis yang waktu itu, bukan... Ini" kataku dengan nada yang melirih di ujung kalimat.

Naufal tidak menanggapiku. Tidak dengan deheman atau apapun itu. Benar-benar seperti bicara dengan benda mati.

"Lagipula kurasa aku tidak cocok menggunakan itu. Maksudku... Belum waktunya. Aku belum ingin. Untuk mukenanya, aku akan mengganti uangmu."

"Kamu bisa simpan itu. Siapa tahu suatu hari kamu membutuhkannya. Aku tidak akan mengambil kembali itu. Aku tidak akan mengambil kembali sesuatu yang telah kuberikan kepada orang lain. Aku tidak pernah melakukannya."

"Tapi, mungkin kamu bisa memberikannya kepada orang lain. Ibu kamu misalnya."

Asal jangan Syifa aja!

"Aku tidak akan mengambilnya kembali. Untuk mukenanya, kamu tidak perlu menggantinya."

Terserah kamu aja!

Ingin aku meneriakkan itu keras-keras. Tapi aku harus menahannya. Jangan sampai aku benar-benar lepas kendali, lalu berteriak. Bagaimana pun, ini di rumahnya. Aku disini datang sebagai tamu. Berkunjung baik-baik.

I Love You, Yaa Habib Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang