ILY, 27

573 42 4
                                    

23.32 WIB - 9 Mei 2020

Assalamu’alaikum... Selamat membaca!

Jangan lupa vote ya...

Komentarnya juga ditunggu. DM terbuka lebar, kalau sungkan disini. Hihihi...

PD banget ini saya nulis ini :v

Diambil yang baik-baik saja, yang jelek dibuang.

Jika ada kesalahan, mohon dimaklumi dan ditunjukkan, supaya saya dapat memperbaikinya.

May Allah Bless You, All.

Aamiin.

With Love ❤️

NaufalHabibie.

.

.

.

Sudah empat hari terhitung sejak Tia meninggalkan kota ini. Anisa tidak bisa egois untuk mencegah kepergian Tia. Walaupun sebenarnya dia ingin. Bagaimana pun Tia harus pergi, keadaan memaksanya.

Ibu yang membesarkannya dalam keadaan tidak baik, meski beliau bukan ibu kandung Tia, tetap saja beliau adalah ibunya. Dan Anisa sedikit banyak mengerti keadaan Tia. Anisa mengerti posisinya. Dan dia tidak ingin sahabatnya merasakan menyesal nantinya. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk tidak mencegah Tia pergi.

Saat ini, Anisa merasa kehadiran Safiq kembali benar-benar berada di waktu yang begitu tepat. Dengan begitu dia menjadi merasa tidak sendiri lagi. Satu hal yang disayangkan, Anisa tidak sempat saling mengenalkan keduanya. Karena keesokan hari setelah pembicaraan dengan Tia tentang pulang kampung itu, Tia langsung berangkat pagi buta sekali.

Sedangkan hari itu, Safiq menemui Anisa baru setelah dhuhur. Hanya sebentar mengajak Anisa mengobrol di kedai kopi dekat tempat tinggal Anisa. Niat hati ingin mengobrol lebih lama. Tapi apa mau dikata? Hari itu Safiq ada acara, sedangkan Anisa juga akan mulai bimbingan perdananya dengan Syifa jam setengah dua siang.

Dan sampai hari ini dia belum lagi bertemu dengan Safiq. Mereka hanya sebatas komunikasi via WA saja. Karena Safiq belum memiliki waktu luang lagi.

Selama empat hari ini belajar dengan Syifa. Sebenarnya Anisa merasa itu cukup menyenangkan, tapi disaat yang sama juga Anisa merasa itu memalukan. Anisa belajar semuanya dari dasar, mengulang hal yang dulu pun sempat dipelajarinya di kala usianya masih belia. Disaat dia masihlah seorang gadis polos yang bahkan belum tau apa itu duka.
Masa kecilnya benar-benar penuh dengan bahagia

Anisa belajar wudhu lagi dengan benar. Belajar sholat lagi dengan benar. Dan sedikit tentang Fiqih dasar yang sempat dia lupakan.

Dan hari ini, dia sedang belajar lagi membaca Al-Quran. Mengingat lagi huruf-huruf yang dulu pun bisa dia baca dengan lancar. Namun, sedikit demi sedikit kemampuan itu seolah lenyap saat dirinya sudah mulai tahu apa itu yang namanya hubungan tidak berguna yang disebut dengan pacaran. Puncaknya adalah ketika Anisa mulai mengenal dunia malam.

"Kak Anisa, kita pelan-pelan saja ya." kata Syifa saat hendak menuntun Anisa membaca surah Al-Qadar.

Dia mendapat izin dari Ayah dan Ibunya, bahkan kedua orang tuanya sangat mendukung Syifa. Keduanya berharap dan berdoa agar ini bisa menjadi ladang pahala untuk putri mereka.

"Iya." jawab Anisa singkat.

Anisa mengulang bacaan yang dibacakan oleh Syifa terlebih dahulu. Sesekali dia tersendat. Lidahnya terpeleset.

Beruntung Syifa dengan sabar menuntunnya agar bacaannya bisa lebih baik. Membenarkan setiap kesalahan bacaan yang Anisa lakukan. Menunjukkan dimana letak kesalahannya. Begitulah.

I Love You, Yaa Habib Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang